Jam-jam puncak naik KRL adalah pukul 06.00 WIB hingga pukul 08.30 WIB. Tak heran bila jam-jam sibuk ini penumpang berjejal bak sarden kaleng. Mau menunggu kereta-kereta berikutnya? Tenggat jam masuk kantor yang terlampaui dan omelan bos pasti langsung terbayang di depan mata.
Tak heran bila di beberapa stasiun, sebutlah Stasiun Pondok Cina, orang-orang naik KRL ke Jakarta malah antre di peron sebaliknya. Tujuannya: naik kereta balik demi untuk mendapat ruang yang lebih lega atau malah mendapatkan tempat duduk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KRL dari Bogor memang sudah mengangkut dari banyak stasiun hingga nyaris berjejal begitu kereta masuk ke Depok. Terkadang saking berjejalnya, jendela-jendela kereta ber-AC dibuka. Banyaknya orang membuat AC tak terasa, udara pun terasa pengap.
Bahkan kadang ada yang nekat tak menutup pintu kereta. Untuk yang tak menutup pintu kereta ini, PT KCJ sudah mengeluarkan ancaman, kereta tak bakal dijalankan bila tak menutup sempurna.
Kadang, kondisi berjejal ini ditambah ulah penumpang yang tidak bertoleransi kepada penumpang lain. Mereka duduk bersila di lantai dalam keadaan kondisi penumpang berjejalan. Penumpang egois ini cukup asyik duduk kendati penumpang lain kesulitan mencari ruang untuk sekadar berdiri. Bila di dalam kereta sudah senggol-senggolan, barulah penumpang duduk bersila ini tersentil untuk berdiri.
Tak seperti dalam bus TransJakarta yang langsung menegur penumpang tak bertoleransi ini, petugas keamanan dalam (PKD) di dalam gerbong kereta malah absen. Dulu saat masih pakai karcis, PKD berkeliling gerbong untuk perforasi tiket karcis. Petugas biasanya hanya berjaga di gerbong-gerbong khusus wanita.
Lebih siang sedikit, sekitar pukul 08.30 WIB, kereta terasa sudah agak lengang dibanding jam-jam sibuk. Di dalam KRL juga tidak terlalu penuh. Padahal saat itu sudah masuk pukul 08.40 WIB. Jam-jam ini, naik KRL memang terasa nyaman dengan pendingin udara yang terasa. Di jam-jam ini, juga tak tampak kehadiran PKD mengecek gerbong.
Kenyamanan naik KRL ini bertahan bukan pada jam-jam sibuk hingga sore hari. Sore hari saat jam pulang kantor, ritme pagi hari itu terulang kembali pada rute Jakarta menuju kawasan Bodetabek. Namun bila warga itu bekerja dengan rute melawan arus, tentu masih merasakan kenyamanan naik KRL ini.
Antusiasnya warga ini dampak dari hukum penawaran dan permintaan karena harga KRL Commuter Line kini turun cukup murah, maka peminat makin membeludak. Hal ini terlihat dan bisa dirasakan oleh para komuter, dari parkiran sepeda motor yang membeludak hingga di dalam gerbong.
Manajer Komunikasi PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan ada peningkatan jumlah penumpang Commuter Line. Menurut Eva, pengguna KRL pada jam sibuk kini naik dari 460 ribu ke angka 590 ribu.
"Biasanya pada pukul 08.30 WIB masih penuh. Pukul 07.00 WIB sangat penuh," ujar Eva.
Popularitas KRL Commuter Line belakangan ini semakin melonjak setelah PT KCJ menetapkan tarif progresif berdasar jarak yaitu Rp 2.000 untuk 5 stasiun pertama dan Rp 500 untuk per 3 stasiun berikutnya.
(nwk/nrl)