"Ketika responden ditanya, tidak ditanya apakah ideologinya Islami atau nasionalis, tapi pilih partai pro rakyat atau tidak. Ini hal menarik ternyata ideologi rakyat bukan berbasis nasionalisme religiusiltas tapi pada komitmen partai," kata ketua DPP PKS Hidayat Nur Wahid kepada detikcom, Kamis (18/7/2013).
Menurut Hidayat, basis agama partai tidak lagi menjadi faktor signifikan bagi masyarakat untuk menentukan partai pilihannya. Justru sisi lain Hidayat mengatakan partai yang berada di posisi atas dan tak berbasis Islam, justru banyak terkena kasus korupsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu kemudian menjadi kontras jika melihat pada laporan KPU soal tanggapan masyarakat atas Daftar Caleg Sementarra (DCS). "Lalu faktanya jika laporan itu dikaitkan dengan hukum, partai mana yang terbanyak dilaporkan, ternyata partai non-agama (nasionalis-red) seperti Demokrat, PDIP dan Golkar," tuturnya.
"PKS tidak ada calegnya yang dilaporkan. Jadi rakyat menilai tidak lagi Islam dan tidak Islam," tegas ketua Fraksi PKS itu.
Belum lagi menurut Hidayat, hasil survei tidak selalu sama menempatkan partai Islam dalam perolehan elektabiltasnya. "Menurut saya lembaga survei ini perlu diproporsionalkan lagi agar rakyat paham realitas survei sebenarnya," ucapnya.
"Tapi tentu apapun ini realitas politik, survei ini sebuah warning bagi partai nasionalis dan religius untuk betul-betul bukan hanya menjelang Pemilu pro rakyat, tapi selalu menjadi komitmen," kata Hidayat.
Berikut hasil Survei Pusat Data Bersatu (PDB) pada Rabu (17/7) yang menempatkan partai berbasi Islam denga perolehan 2 persen ke bawah:
1. PDIP: 14,53%
2. Golkar: 14,1%
3. PD: 9,4%
4. Gerindra: 8,89%
5. NasDem: 3,33%
6. PKB: 2,56%
7. PAN: 2,56%
8. PPP: 2,31%
9. PKS: 1,2%
10. Hanura: 1,03%
11. PBB: 0,3%
12. PKPI: 0,09%
(iqb/van)