"Prison culture itu kekerasan tetapi terjadi di dalam penjara yaitu membentuk geng. Kita hanya tinggal menunggu pemicu kecil saja. Air listrik hanya pemicu. Tapi saya tidak akan menganggap peristiwa itu peristiwa yang luar biasa, karena terjadi di seluruh dunia," kata pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amril.
Reza menyampaikan hal ini dalam diskusi 'Gelap Mata di Tanjung Gusta' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/7/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita bicara sebuah tempat di mana pun yang namanya penjara, kita selalu hanya tinggal menunggu terjadinya hal seperti itu," ujar Reza.
Sama seperti Reza, Budayawan Arswendo Atmowiloto juga menilai, masalah yang dihadapi lembaga pemasyarakatan tak pernah ditangani secara serius. Kasus-kasus yang muncul di LP juga dianggap sebagai pengulangan atau kasus klasik.
"Menangani napi dan Lapas tidak bisa satu-satu. Nanti akan muncul lagi, walau sudah mengambil tindakan," ujar Arswendo.
Kericuhan di LP Tanjung Gusta terjadi pada Kamis (11/7/2013). 5 Orang tewas dan ratusan napi kabur dalam peristiwa itu.
(vid/nik)