"Saat itu saya ditempeleng. Saya tidak mungkin melawan karena dia banyak," kata Jufikar saat dikonfirmasi detikcom, Senin (8/7/2013).
Tak hanya ditampar, Jufikar juga sempat terjatuh dan ditendang di bagian tulang rusuk. Namun dia buru-buru diselamatkan oleh sejumlah staf lain di bandara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia agak susah melawan. Pinggulnya cedera karena sampai diinjak-injak. Ini mau saya bawa ke Jakarta buat dirontgen," terang Jufikar.
Selain dianiaya, Jufikar dan Edi juga sempat diteriaki oleh beberapa pejabat dalam rombongan. Mereka dianggap membangkang terhadap perintah atasan. Padahal sebetulnya menurut Jufikar, mereka sudah berusaha menambah waktu operasional bandara, namun kru pesawat yang tak bisa terbang karena pertimbangan cuaca.
"Bukti laporan ke polisi saya akan kirim ke menteri perhubungan, dirjen dan lainnya. Mereka semena-mena," jelasnya.
Insiden ini terjadi pada Minggu (7/7/2013). Jufikar dan Edi dipukuli karena tak memberi tambahan waktu bagi pesawat yang hendak ditumpangi rombongan tersebut ke Wamena. Operasional bandara setiap hari sebetulnya hanya sampai pukul 16.00 WIT.
Namun rombongan meminta berangkat sekitar pukul 17.30 WIB. Meski sudah diupayakan penambahan, rupanya kru pesawat tak bersedia karena khawatir kena sanksi. Akhirnya pesawat gagal berangkat dan rombongan emosi.
"Mereka berangkat pagi ini akhirnya. Tak ada permintaan maaf sama sekali," ceritanya.
(mad/kha)