"Kotak suara mengarah ke (bahan) plastik supaya tidak rusak dan mudah dipindah-pindah," kata Komisioner KPU Arief Budiman kepada wartawan di kantornya Jalan Imam Bonjol Jakpus, Jumat (5/7/2013).
Menurutnya, ada usulan lain yaitu kotak suara yang berbahan kardus, namun hal itu lebih rentan sehingga kecenderungan KPU tetap menggunakan bahan plastik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain untuk menghemat anggaran, alasan lain adalah karena biaya perawatan kotak suara dari Pemilu ke Pemilu berikutnya cukup mahal. "Bayangkan saja tiap tahun KPU Surabaya itu harus bayar sewa gudang Rp 100 juta per tahun hanya untuk menyimpan kotak suara," ucapnya.
"Jadi kita bikin perlengkapan Pemilu yang habis pakai diadakan, buang. Oleh karenanya prinsip efisien harus jadi pedoman kita," imbuh Arief.
(bal/van)