Laporan Targeting Scams dari The Australian Competition and Consumer Commission ACCC menunjukkan kenaikan 65 persen dalam penipuan shopping online, tapi penipuan "warisan" masih merupakan yang paling umum.
Kebanyakan korban penipuan dirugikan antara $100 dan $500, dan ACCC khawatir, banyak kejahatan tidak dilaporkan karena orang tidak menyadari bahwa mereka telah ditipu atau malu untuk melaporkannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda mungkin tiba-tiba menerima email yang mengatakan, anda mendapat warisan $1 juta dolar dari seorang tante di Amerika Serikat, tapi anda harus membayar uang ; untuk mencairkannya," kata Delia Rickard kepada ABC.
Rickard mengatakan, meskipun itu bukan bentuk penipuan baru, para pelaku kriminal di balik aksi tersebut semakin pintar dan mampu meyakinkan orang untuk menyerahkan uang.
Ia mengatakan banyak orang tidak tahu bahwa mereka ditipu dan baru sadar ketika sudah terlambat.
Kata Rickard, para penipu memanfaatkan teknologi baru untuk menjerat konsumen dan masalahnya mungkin jauh lebih besar dari jumlah kasus yang dilaporkan.
;
"$93 juta mungkin baru puncak gunung es," katanya.
;
Pelaku ritel 'korban terlupakan' penipuan online
Paul Greenberg, ketua National Online Retailers Association, mengatakan, para retailer seringkali menjadi korban terlupakan dari penipuan online."Beberapa retailer besar mengalami kerugian hingga $1 juta setahun dalam bentuk 'charge back', dalam apa yang diistilahkan penipuan transaksi 'card not present'," katanya.
"Kalau kartu kredit seseorang disalah gunakan, kartu itu digunakan oleh seorang penipu untuk berbelanja barang-barang melalui internet, lalu barang-barang itu dikirim oleh retailer kepada si penipu, maka barang-barang itu pada dasarnya hilang."
"Pemilik kartu kredit yang asli akan mendapatkan uangnya kembali kalau mereka dapat membuktikan bahwa kartu kredit mereka disalah gunakan orang."
"Pihak retailer yang dirugikan," katanya.
Laporan ACCC itu dikeluarkan dalam rangka National Consumer Fraud Week.
(nwk/nwk)