Wakil Perdana Menteri (PM) Turki Bulent Arinc sebelumnya, mengatakan bahwa pemerintah telah "memetik pelajaran" dan menyesalkan penggunaan kekerasan terhadap para demonstran. Pemerintah Turki pun meminta maaf kepada para demonstran.
"Kami menyambut pernyataan Wakil PM yang meminta maaf atas kekerasan yang berlebihan, dan kami terus menyambut seruan-seruan agar peristiwa ini diselidiki," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (5/6/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak Jumat, 31 Mei waktu setempat, para demonstran di Istanbul, Ankara dan kota-kota lainnya melakukan protes terhadap langkah Islamisasi yang dilakukan Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan. Sebagian demonstran khawatir Turki akan kembali menjadi negara Islam karena baru-baru ini pemerintahnya membatasi penjualan minuman beralkohol.
Para demonstran umumnya kaum muda-mudi dan berasal dari warga kelas menengah perkotaan. PM Erdogan menyebut para pengunjuk rasa tidak demokratis dan terinspirasi oleh partai-partai oposisi.
Dalam aksi demo besar-besaran ini, massa juga menyerukan pengunduran diri Erdogan. Menurut kelompok-kelompok HAM dan para dokter, lebih dari 1.000 orang telah terluka dalam berbagai bentrokan antara polisi dan demonstran. Sekitar 2 ribu demonstran juga telah ditangkap.
(ita/nrl)