Dalam beberapa minggu terakhir, Hashimoto menjadi pusat pemberitaan karena pernyataannya yang kontroversial soal wanita penghibur saat zaman perang. Hashimoto menyebut keberadaan wanita penghibur sangat diperlukan bagi para tentara Jepang saat zaman Perang Dunia II.
Pernyataan Hashimoto tersebut menuai kritikan dari Kementerian Luar Negeri AS. Jubir Kemenlu AS, Jen Psaki menyebut pernyataan Hashimoto tersebut sangatlah keterlaluan dan menyinggung perasaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biarkan saya luruskan masalah ini. Ketika Amerika menjajah Jepang, apakah mereka tidak menggunakan jasa wanita Jepang?" sebut Hashimoto kepada jutaan follower-nya.
"Saya tidak bisa diam saja, saya merasa perlu menunjukkan ketidakadilan yang dilakukan Amerika dengan mengkritik Jepang, dan mengabaikan tindakannya sendiri. Mereka (AS) harus mengakui bahwa militer AS juga melakukan hal yang sama terhadap wanita setempat, khususnya wanita-wanita Okinawa ketika mereka menjajah Jepang," imbuhnya.
Pada era Perang Dunia II, Jepang memaksa sekitar 200.000 perempuan di berbagai negara mulai dari China, Korea Selatan, Filipina, Indonesia, dan Taiwan untuk menjadi wanita penghibur bagi para tentara. Pemerintah Jepang, yang pada tahun 1993 secara resmi menyampaikan permohonan maaf atas perbuatan tersebut, sampai saat ini masih belum memberikan komentar atas pernyataan Hashimoto ini.
(nvc/ita)