"Saya minta izin ke mandor buat cuci tangan di luar. Saat itu pintu pagar pabrik terbuka, ketika mandor masuk ke dalam saya langsung lari keluar," ujar Dirman sembari tertunduk.
Dirman menceritakan kisahnya dalam jumpa pers di Kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) di Jalan Borobudur, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (8/5/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bilang ke warga kalau saya bukan maling, saya ini buruh nggak betah kerja dan coba kabur, akhirnya warga melepaskannya," tuturnya.
Dirman yang telah lepas dari warga karena teriakan maling dari anggota TNI berseragam loreng itu langsung diikat tangannya. Dirman pun dibawa kembali ke lokasi pabrik. Selama di sana dalam keadaan terikat ia ditelanjangi oleh anggota TNI tersebut hingga mengenakan celana dalam. Kemudian para mandor kembali mengumpulkan buruh, saat itu Dirman dalam keadaan terikat disiksa dan diancam oleh sang mandor dan anggota TNI tersebut.
"Kalian semua kalau macem-macem akan seperti ini, kalau nggak pengin kayak dia atau lebih parah dari ini kalian kerja yang benar dan nurut!" ujar Dirman saat meniru ancaman anggota TNI itu.
Usai mendapat siksaan pukulan dan tendangan secara bertubi-tubi, dalam keadaan terikat dan tidak mengenakan baju Dirman dikurung di dalam kamar mandi selama satu malam. Semenjak itu perasaan takut, dan terancam dirasakan oleh dirinya.
"Abis itu udah nggak berani lagi kabur," ujarnya.
Sementara aktivis KontraS Yati, mengatakan hingga saat ini para buruh tersebut masih mengalami rasa trauma hebat. Bahkan untuk berusaha menceritakan kembali saat bekerja di sana mereka semua ketakutan.
"Kita harus bisa mendekati secara pelahan-lahan karena mereka mangalami trauma," Kata Yati.
Yati mengatakan saat ini ia bersama Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) tengah mengusahakan agar mereka mendapat perlindungan dan pemulihan rasa trauma yang hebat.
"Kita lagi usaha supaya dapat perlindungan, jadi ketika bersaksi ia dapat menceritakan semuanya tanpa harus ada yang ditutup-tutupi," tandasnya.
(nwk/mad)