Azamat Tazhayakov dan Dias Kadyrbayev, yang sama-sama berusia 19 tahun, dijerat dakwaan berkonspirasi menghilangkan alat bukti terkait kasus bom Boston. Keduanya didakwa membuang sebuah laptop dan tas ransel milik Dzhokhar yang berisi kembang api, beberapa hari setelah ledakan terjadi pada 15 April lalu.
Sedangkan Robel Phillipos, juga 19 tahun, yang berasal dari Cambridge, Massachusetts dijerat dakwaan memberikan keterangan palsu kepada polisi terkait kasus bom Boston. Demikian seperti dilansir CBS News dan boston.com, Kamis (2/5/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dokumen penyidikan yang diperoleh boston.com, disebutkan bahwa ketiga pemuda tersebut terkejut ketika mengetahui bahwa sahabat mereka disebut terlibat dalam ledakan bom Boston yang menewaskan 3 orang dan melukai lebih dari 170 orang.
Segera setelah FBI merilis foto kedua pelaku bom Boston, mereka mendatangi kamar asrama Dzhokhar dan mengambil tas ransel beserta laptopnya. Menurut mereka, Kadyrbaev berinisiatif untuk membuang tas ransel Dzhokhar yang berisi kembang api yang telah dibuka dan diambil bubuk peledaknya.
Menurut dokumen tersebut, tindakan ini dilakukan semata-semata untuk membantu Dzhokhar yang merupakan teman mereka. "Untuk membantu temannya, Tsarnaev menghindari masalah," demikian keterangan mereka seperti disebutkan dalam dokumen tersebut.
Tas ransel tersebut dibuang ke tempat sampah di kompleks apartemen New Bedford, yang merupakan tempat tinggal Kadyrbayev dan Tazhayakov. Sekedar diketahui, keduanya pernah bermasalah dengan aparat berwenang karena melanggar visa pelajar mereka karena sudah sejak lama tidak pergi kuliah.
Dari hasil penyelidikan, FBI menemukan tas ransel tersebut di tempat pembuangan akhir sampah di New Bedford pekan lalu.
Sedangkan Phillipos disebut memberikan keterangan palsu, karena menyampaikan pernyataan yang berubah-ubah kepada FBI. Awalnya dia mengakui tidak pernah mendatangi kamar Dzhokhar. Namun belakangan dia mengakui dirinya ikut bersama-sama dengan Kadyrbayev dan Tazhayakov pergi ke kamar Dzhokhar dan mengambil tas ransel tersebut.
Jika terbukti bersalah atas dakwaan yang dijeratkan, Tazhayakov dan Kadyrbayev terancam hukuman maksimal 5 tahun penjara dan denda sebesar US$ 250 ribu. Sedangkan Phillipos terancam hukuman maksimal 8 tahun penjara dan denda sebesar US$ 250 ribu.
(nvc/ita)