Ottong sehari-hari bekerja sebagai pemulung. Dia tinggal bersama istri dan tiga anaknya.
"Zaman-zaman presiden masih Megawati saya pernah ikut program transmigran, waktu itu gubernur Sutiyoso. Jadi orang-orang disini dipindahin terus dikirim ke Sumatera," ujar Ottong saat ditemui di rumah semi permanennya pinggir Kali Ciliwung, Minggu (31/3/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dia tak betah dengan suasana di tempat baru. Alhasil, setelah tiga kali pindah tempat, Ottong kembali ke Jakarta, jadi kuli bangunan.
"Begitu uang kekumpul saya bawa istri lagi ke buat tinggal di sini," ceritanya sambil menatap sungai.
"Teman saya ada yang dapat beberapa rumah, tapi nggak kuat karena tinggal di sana akhirnya pindah balik lagi ke sini," tandasnya.
Dakim, salah seorang ketua kelompok masyarakat di kolong jembatan ini menambahkan, rata-rata pria dewasa di lokasi tersebut jadi kuli bangunan atau pemulung. Pendapat mereka tak tentu, berkisar antara Rp 20-50 ribu per hari.
"Kebanyakan di sini anak nggak ada yang sekolah, soal faktor ekonomi. Kalau kita mah sebagai orang tua maunya mereka bisa sekolah," jelas Dakim.
(edo/ndr)