Jokowi yang menggenakan kemeja putih lengan panjang digulung ini berbicara mengenai derasnya arus informasi yang ada di media online, di mana kejadian dapat disaksikan dengan cepat, bukan hanya sudah terjadi tapi sedang terjadi.
Begitu pula dengan jejaring sosial Facebook dan Twitter. Keluhan-keluhan masyarakat dapat didengar di jejaring sosial tersebut. Namun, katanya, banyak pejabat yang tidak menyadari peran penting media online dan jejaring sosial itu untuk melakukan perubahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi juga menyentil peran pejabat pemerintahan yang selalu bergaul dalam lingkaran ekslusifitas. Artinya, pejabat tersebut hanya bergaul di lingkaran pejabat-pejabat dan tidak turun ke tingkat bawahan.
"Sekarang ini eranya horizontal, era yang tidak ekslusif. Kalau saya gubernur, bergaul dengan walikota itu eksklusif," tutur Jokowi.
Pergaulan eksklusif tersebut, urai Jokowi, menjadi asal mula permasalahan di sebuah struktur pemerintahan.
"Kalau hanya bergaul ke kanan-kiri, hanya di tingkat kepala, ya enggak akan nyambung ke bawah, sehingga menjadi muncul ketidakpercayaan, distrust" katanya.
"Turun ke lapangan, harus mau lihat dan mendengar," ajak Jokowi.
Dia mengajak seluruh pimpinan di kepolisian untuk tidak sekadar duduk di meja kantor. Dia mengimbau level pimpinan ikut melihat kondisi di lapangan, terutama kondisi anak buahnya.
"Saya menyarankan jangan banyak duduk di kantor, karena problem, masalah ada di lapangan. Hampir 75 persen permasalahan ada di lapangan. Di lapangan itu selalu berganti, problem selalu berubah," katanya.
(ahy/rmd)