Ia menceritakan bahwa kala dirinya maju sebagai caleg di Pemilu 2009, kekuatannya ada pada struktur partai.
"Struktur PKS, karena jangkauan struktur kita bagus, Alhamdulillah," kata Anis Matta yang kini menjabat Presiden PKS, saat berbincang di ruang kerjanya DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jaksel, Kamis (14/3/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anis yang berada di urutan nomor I pada Pileg 2009 itu, mengaku tak banyak modal yang dikeluarkan untuk terpilih. Karirnya bahkan moncer hingga menjabat sebagai wakil ketua DPR.
"Timses kita kan kita tidak bayar, dari struktur (partai) mereka kerja sendiri, bayar sendiri ongkosnya di Dapil," ungkapnya tanpa menyebut besaran finansial yang dikeluarkan.
Soal modal finansial ini, menurut Anis sebenarnya agak susah mendefinisikan biaya yang dikeluarkan itu karena banyaknya pengeluaran yang kadang tidak dimasukkan.
"Misal individu yang bayar sendiri, kan juga tidak bisa kita definisikan murni itu untuk dia sendiri, bisa jadi dia tandem dengan calon lain saat kampanye bareng. Dia yang bayar tapi kan yang dapat manfaat banyak," tuturnya.
"Jadi cost ini sebenarnya cost yang dikeluarkan satu orang tapi didistribusikan untuk banyak orang," imbuhnya.
Ia mencontohkan, untuk kampanye Pileg calon anggota DPRD Provinsi bisa kampanye bareng dengan caleg untuk Kabupaten Kota. "Berarti kan tiga (caleg), kalau nanti tiga-tiganya masuk (menang), sumber pengeluarannya satu," ucap mantan wakil ketua DPR itu.
Karenanya menurut Anis, ada kesulitan dalam mendefinisikan sebenarnya ongkos kampanye itu. Yang bisa dilakkan adalah menghitung rata-rata pengeluaran caleg dalam setiap Pileg.
"(Dengan cara) menggabungkan total pengeluaran partai, plus pengeluaran individu dibagi jumlah kursi. Baru dihitung avarage (rata-rata) per kursi berapa, tapi bukan individu," ucapnya.
"Jadi misal partai yang bayar untuk iklan, untuk atribut, tapi kampanye individu. Total biaya ini kalau digabung semua dibagi jumlah kursi baru bisa dilihat berapa rata-ratanya," tutup Anis.
(iqb/fdn)