Sambil memijit betis kaki kirinya, Sriyanti masih mengingat saat-saat ribuan warga menyerang kampung yang dihuninya.
Senin (29/10/2012) sore sekitar pukul 15.00 WIB, selepas berladang, dia dan keluarganya dikejutkan dengan kabar adanya pengepungan warga di Kampung Balinuraga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dag... dig... dug, Sriyanti menyelamatkan dirinya. "Semalam kami menginap di hutan di sela-sela pohon sawit," ujar dia.
Sriyanti rupanya tidak sendiri, ada 50 orang yang juga berlindung di dalam hutan.
Sehari setelah peristiwa tersebut, Sri memberanikan diri untuk kembali ke kediamannya sekadar mencari baju-baju yang bisa digunakan selama mengungsi dari kampungnya.
Sampai akhirnya, dia mendapati kawasan yang dihuninya sudah dijaga aparat TNI/Polri untuk kemudian mengajaknya ke pengungsian Selasa (30/10) malam.
"Awalnya saya ragu, takut diapa-apain tapi akhirnya saya mau waktu lihat warga lainnya mengungsi," katanya.
Hidup di pengungsian tentu tidak sedamai di rumah sendiri. Bersama ratusa warga lainnya, Sriyanti tidur beralaskan terpal dan tikar. Belum lagi MCK dengan jumlah terbatas.
"Kita satu-satu antre tapi ya mau bagaimana lagi. Betah oleh keadaan," katanya.
Pengungsi lainnya, Wayan Busanu (28), juga mau tidak mau harus tinggal sementara di pengungsian bersama seorang istri dan anaknya. "Bosan di dalam sini," keluhnya.
Laki-laki yang sempat terlibat dalam bentrokan itu mengaku dia dan seluruh pengungsi yang berada di satu ruangan penampungan terpaksa harus menahan lapar pada Rabu 31 Oktober.
"Baru 15.30 WIB, kami makan, alasannya karena dapur umum kurang," katanya.
Namun hari ini, para relawan yang mendampingi pengungsi mulai rutin membagikan makanan kepada para pengungsi.
"Hari ini sudah lancar kembali," ujarnya.
Pria yang kesehariannya berkebun karet bekerja di ladang karet ini berharap keadaan kembali membaik dan dapat menikmati tinggal di kampung Balinuraga.
"Kita maunya hidup akur, jangan seperti ada masalah kayak gini," harap Busanu.
Hingga hari ini tercatat 1.596 pengungsi yang terdiri dari 439 kepala keluarga, 368 anak-anak, 586 laki-laki dan 794 pengungsi perempuan.
"Jumlah ini berkurang dari jumlah 1.703 di hari pertama pengungsian," kata kepala posko bantuan, Kombes Eko Indra Heri.
Eko mengatakan sebagian besar pengungsi dijemput keluarga, ada dari Palembang, Lampung Tengah, dan Tulang Bawang Mesuji.
"Mereka diperkenankan meninggalkan pengungsian setelah petugas melakukan pengecekan terhadap identitas pihak yang menjemput," kata Eko.
(ahy/aan)