Mudik Tertib Naik Kereta Api
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Catatan Agus Pambagio

Mudik Tertib Naik Kereta Api

Selasa, 21 Agu 2012 13:41 WIB
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jakarta - Naik kereta api (KA) kelas ekonomi bagi sebagian kelas menengah bawah merupakan alat transportasi termurah di Republik ini untuk menuju ke berbagai kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk ketika saat merayakan Lebaran kali ini.

Kita tahu semua bahwa selama ini kondisi KA Lebaran kelas ekonomi yang berangkat setiap hari dari Stasiun Pasar Senen (SPS) buruk pelayanan dan kondisinya karena dalam satu gerbong setidaknya dipadati oleh sekitar 150 orang dengan fasilitas ala kadarnya, pengap, panas, toilet pesing, sering terlambat dan sebagainya.

Selama ini 'Mudikers' atau para pemudik yang menggunakan KA ekonomi melalui SPS harus berjuang keras. Dimulai dengan saat antre membeli tiket di loket atau membeli tiket melalui calo sampai ketika akan masuk ke dalam kereta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemudik demi mendapatkan tempat duduk atau sekedar pojok kecil di dekat bordes/toilet/di sela-sela kursi penumpang harus rela berjibaku pantang menyerah. Kenyamanan menjadi nomor kesekian bagi 'Mudikers', yang penting bisa terangkut dan tiba di tujuan dengan selamat.

Bertahun-tahun 'Mudikers' KA ekonomi ini bermimpi, kapan orang kelas bawah seperti mereka bisa mendapatkan layanan yang baik di KA. Meskipun harga tiket murah tidak perlu berdesak-desakan untuk mendapat tempat duduk, bahkan dengan cara melempar balita melalui jendela atau menyogok petugas KA atau membayar joki kursi dsb. Drama ini bertahun-tahun terus berulang tanpa ada titik terang bagaimana lebih memanusiakan manusia.

Belum lagi kondisi SPS sendiri yang kumuh, bau, jorok banyak copet dan preman, calo tiket, serta pedagang kaki lima dimana-mana. Lengkap sudah penderitaan 'Mudikers'. Sudah miskin disiksa pula tanpa pelayanan minimum. PT KAI tampaknya tidak peduli karena terus membiarkan kondisi ini terjadi selama puluhan tahun.

Kualitas Layanan Publik Bisa Berubah

Namun kondisi di atas tiba-tiba mulai berubah perlahan tetapi pasti sejak Lebaran 2010 dan puncaknya terjadi di Lebaran 2012 ini. SPS menjadi stasiun yang sangat bersih, tidak ada lagi antrean panjang pembeli tiket, toilet kering dan wangi, di peron bersih tidak ada sampah, calo menghilang, tidak ada orang merokok sembarangan, kantin berjajar rapi, ada ruang menyusui, petugas keamanan dimana-mana dan sebagainya. Ada apa dengan PT KAI? Kok bisa berubah?

Rupanya PT KAI tengah melakukan revolusi pelayanan KA. Tanpa keributan dan penerjunan aparat berlebihan, calo tiket menghilang secara alamiah karena selain tiket bisa dibeli di stasiun juga bisa melalui online dan mini market (Indomaret) dengan menunjukkan KTP atau identitas asli.

Nama di tiket harus sesuai dengan nama di KTP. Sehingga calo sulit membeli tiket kecuali mempunyai KTP asli pemesan. Saat keberangkatan, penumpang menunggu di area yang sudah disediakan di halaman stasiun.

Satu jam sebelum keberangkatan penumpang diminta menunggu di dalam selasar stasiun lalu 30 menit sebelum KA berangkat dipersilakan untuk naik ke dalam kereta tanpa harus berebut karena semua dapat tempat duduk.

Bagi penumpang kelas eksekutif disediakan lounge mewah layaknya di bandara. Pemeriksaan tiket dan KTP dilakukan beberapa kali sampai terakhir di atas KA. Jika nama di tiket tidak sama dengan KTP miliknya, maka ia tidak diperkenankan untuk masuk ke peron atau KA.

Jika tiket dicetak setelah tanggal 1 Juli 2012, maka tiket tersebut hangus. Namun konsumen masih di izinkan untuk mengubah nama di tiket, paling lambat 2 jam sebelum keberangkatan, dengan menunjukkan KTP asli pemilik tiket sebelumnya.

Jika penumpang tidak bisa menunjukkan KTP asli pemilik tiket sebelumnya, tiket hangus. Namun jika tiket dicetak sebelum tanggal 1 Juli 2012, maka pemegang tiket diizinkan untuk mengubah nama di tiket dengan denda 10 persen dari harga tiket.

Dengan pola pembelian tiket seperti ini, gerak calo tiket dipersempit. Tapi bukan calo kalau tidak kreatif (dalam arti negatif). Dalam beberapa hari ini di SPS ditemukan calo yang menjual paket tiket dan KTP DKI palsu. Beberapa anggota Polri pun terkena jerat calo dengan membeli paket tiket tersebut dan akhirnya harus berurusan dengan dengan Provos. Sehingga mereka harus turun dari KA dan batal berangkat.

Dampak Revolusi di PT KAI

Perubahan drastis dijasa layanan KA telah mengubah paradigma lama yang mengatakan bahwa layanan publik yang dikelola Pemerintah atau BUMN tidak akan pernah beres, calo tidak mungkin dibasmi, tiket murah kok mau nyaman dan selamat, tidak mungkin membuat peron steril seperti di bandara karena kawasan stasiun adalah kawasan terbuka dsb. Buktinya PT KAI bisa melakukannya dengan baik dan penumpang tersenyum bahagia.

Memang prestasi PT KAI masih awal tetapi manfaatnya sudh terasa bagi publik. Tidak mudah melakukan revolusi pelayanan publik. Tantangannya besar. Perlu kepiawaian, ketegasan dan kekompakan di jajaran pimpinan dan karyawan PT KAI.

PT KAI telah membuktikan bahwa sebagai BUMN bisa membuat pelayanan publik menjadi lebih baik dan lebih manusiawi sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang diatur oleh Pemerintah. Semoga revolusi pelayanan publik yang dilakukan oleh PT KAI dapat di ikuti oleh BUMN, perusahaan swasta dan instansi pemerintah lainnya. Disisi lain publik harus tetap kritis agar pelayanan PT KAI terus meningkat. Bravo dan terima kasih PT KAI.

*) Agus Pambagio adalah pemerhati kebijakan publik dan perlindungan konsumen.

(mok/mok)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads