Fauzan Hanindito, Si Jago Matematika yang Suka 'Ngebut'

Fauzan Hanindito, Si Jago Matematika yang Suka 'Ngebut'

- detikNews
Selasa, 07 Agu 2012 15:08 WIB
Jakarta - Sejak kecil Fauzan Hanindito sudah tertarik dengan angka. Minatnya muncul saat Dito, demikian dia disapa, mengikuti les sempoa. Jadilah Dito jadi siswa yang jago matematika. Rupanya hobi matematikanya ini membuat dia suka ngebut.

Eit, bukan kebut-kebutan naik sepeda di jalanan yang dimaksud. Namun Dito senang ngebut dalam menjawab soal alias mengerjakan secepatnya dengan benar. Inilah modal berharga Dito untuk mengikuti sejumlah kompetisi matematika baik di dalam maupun di luar negeri.

"Dulu waktu kecil pernah dibelikan mainan yang isinya game balapan. Karena sering mainan, akhirnya masuk ke otak kalau melakukan sesuatu juga harus ngebut, harus cepat," terang Dito dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (7/8/2012).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak itu, Dito selalu terpacu untuk sesegera mungkin menyelesaikan 'permainan' angka di hadapannya. Ada kesenangan tersendiri baginya saat bisa menyelesaikan soal matematika dalam waktu singkat. Mungkin rasanya seperti Jorge Lorenzo yang menjuarai balapan di ajang grandprix motor dunia.

"Dari kelas 1 SD les sempoa. Jadi hobi ngotak-atik jari. Di tempat les ada lomba sempoa, tapi saya kalah, nggak dapat apa-apa. Terus saya nggak mau kalah, saya rajin latihan, terus berusaha. Kalau nggak mau kalah harus berusaha," papar Dito.

Dari sekian banyak hal di matematematika, anak kelahiran 8 Desember 1998 ini paling suka belajar teori bilangan. Mengapa? Bagi Dito di teori bilangan itu kompleks, segala hal terkait matematika ada di sana.

Meski jago matematika, namun tidak semua soal bisa dengan gampang diselesaikan Dito. Kadang dia berkutat dengan kertas di depannya mencari jalan keluar penyelesaian suatu soal. Jika jalan keluar itu belum ditemukan, menurut Dito ada sesuatu di dalam kepalanya yang ingin berteriak.

"Akhirnya tanya teman atau tanya guru," ucapnya polos.

Saat otaknya butuh istirahat, Dito memilih berselancar di internet. Selain bergaul via jejaring sosial dengan teman-teman sekolahnya, Dito juga senang mencari sesuatu yang terkait dengan komputer.

Untuk menyalurkan kesukaannya bergelut dengan angka, Dito pun mengikuti sejumlah kompetisi matematika. Yang baru saja diikutinya adalah International Mathematic Contest yang diselenggarakan oleh IMC Union China di Global Indian International School, Queenstown Campus, Singapore, pada 4 Agustus 2012 lalu.

Dalam kesempatan itu, 150 siswa mulai dari klas 3 sampai 11 yang berasal dari 7 provinsi yakni Jambi, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, dan Bali, yang bergabung dalam Klinik Pendidikan MIPA Internasional Bogor turut ambil bagian. Hasilnya tidak mengecewakan. Para pelajar Indonesia menyabet 13 emas, 34 perak, 44 perunggu serta 47 merits.

Kegiatan itu diikuti oleh 1.200 peserta. Indonesia harus bersaing dengan negara lain antara lain China, Taiwan, Hongkong, Malaysia, Singapura, India, Filipina, Korea Selatan dan Thailand. Nah, Dito menyumbang perak dalam kompetisi ini.

"Soal 18. 8 Pilihan ganda, 8 isian singkat, 2 essay. Waktunya 90 menit. Saya ada 2 nggak dikerjakan, karena belum tahu rumusnya," terang Dito yang waktu kecil ingin menjadi pembalap ini.

Saat mengikuti kompetisi, Dito tetap menjalankan puasa Ramadan. Meski otaknya terperas mengerjakan soal, namun tidak membuat dia membatalkan puasa lantaran lapar.

Sebelumnya, bocah yang mengaku kerap lupa menaruh barang ini juga bergabung dengan kontingen Indonesia di lomba matematika Wizard at Mathematics International Competition (WIZMIC) pada 2011 lalu. Belum lama ini Dito juga mengikuti International Mathematical Olympiad (IMO) di Hong Kong, pada 28 Juni hingga 1 Agustus. Medali perak diraih sulung dari dua bersaudara ini.

Di sekolah, siswa kelas 8 SMPN 1 Bogor ini kerap diminta teman-temannya untuk membantu mengajari menyelesaikan soal matematika. Dengan senang hati Dito menyanggupinya. Apalagi baginya, berbagi ilmu dengan orang lain juga sama artinya dengan belajar.

"Harus berusaha keras, belajar. Lalu berdoa yang banyak karena ada pengaruhnya. Kata Pak Ridwan (pembimbing) juga harus rendah hati. Karena orang yang rendah hati temannya banyak. Kalau teman banyak, bantuan juga bisa banyak," terang penyuka pelajaran Bahasa Inggris ini.

Jalan di depan Dito masih terbentang panjang. Seperti anak-anak lainnya, dia akan menikmati waktu untuk belajar, bermain, dan beraktivitas biasa. Dia berharap suatu hari nanti, keinginannya menjadi ilmuwan atau desainer komputer bisa terwujud.

"Waktu kecil dulu ingin jadi pembalap, tapi tidak direstui orang tua," kata Dito sambil tertawa.


(vit/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads