"Maksud politik untuk melakukan pendekatan politik dengan orang yang diincar (konstituen). Jangan terjebak dengan survei yang tidak bisa dijadikan representasi. Kalau maksud ekonomi untuk mengeruk uang para calon," ujar politisi PAN Bima Arya.
Bima mengatakan itu dalam acara diskusi dan evaluasi publik bertajuk 'Masih Patutkah Survei Publik Dipercaya' di JMC, Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (19/7/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bima menambahkan, ciri utama demokrasi adalah ketidakpastian, sedang kepastian itu hanya ada di sistem monarki. Lembaga survei berperan memperkecil ketidakpastian.
"Selain itu menekan ongkos politik dan pembelajaran politik," kata dia.
Di tempat yang sama, aktivis koalisi masyarakat sipil anti korupsi Fadjroel Rachman berharap, lembaga survei jangan permainkan ilmu pengetahuan untuk kepentingan tertentu. Karena demokrasi bukan untuk dipermainkan dalam ilmu pengetahuan.
Fadjroel meminta ke lembaga survei setia atas fakta yang ada. Sebab selama ini lembaga survei juga berperan sebagai konsultan pemenangan.
Namun, lanjut Fadjroel, akan lebih nyaman jika lembaga survei dan konsultan pemenangan memiliki dinding pembatas. "Jadi tidak ada salahnya kalau lembaga survei dibayar asal tetap jujur," kata Fadjroel.
(nik/nrl)











































