"Chandra dan Bibit yang paling baik mewakili unsur-unsur mereka, tidak seperti Antasari yang kontroversial," kata bekas anggota panitia seleksi pimpinan KPK tahun 2007, Mas Ahmad Santosa, saat dihubungi lewat telepon, Rabu (16/9/2009).
Berdasarkan hasil penelusuran tim investigasi pansel saat itu, Bibit adalah perwakilan Kepolisian yang paling bersih. Pengalamannya sebagai anggota Kepolisian ditunjang dengan kemampuan ilmiah sebagai Rektor Universitas Bhayangkara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, Bibit adalah lulusan Akademi Kepolisian pada tahun 1970. Ia pernah menjabat sebagai Kapolres Jakarta Utara, Kapolres Jakarta Pusat, Wakapolda Jawa Timur, dan Kapolda Kalimantan Timur.
Pria kelahiran 3 November 1945 ini pensiun dari Kepolisian pada 15 Juli 2000 dengan pangkat terakhir Inspektur Jenderal. Atas jasa dan pengabdiannya selama bertugas, pria pecinta keroncong ini pernah mendapatkan berbagai bintang jasa dan penghargaan. Di antaranya Satya Lencana Kesetiaan, Satya Lencana Dwidya Sista, Bintang Bhayangkara Nararya, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Bhayangkara Pratama.
Sementara Chandra, kata Santosa, adalah pengacara yang memiliki integritas tinggi pada pemberantasan korupsi. Dalam perjalanan karirnya, ia dikenal aktif dalam komunitas antikorupsi.
"Jadi kalau kami tidak meragukan saat itu," imbuhnya.
Chandra memang berkarir dalam dunia hukum sejak lama. Ia lulusan Fakultas Hukum UI pada tahun 1995 dan memilih aktif di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK). Pimpinan KPK termuda ini pernah bergiat di YLBHI sebagai asisten pembela umum. Sebelum berkiprah di KPK, Chandra juga sempat berkutat dalam kegiatan memberantas korupsi saat menjadi anggota Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) pada 2000-2001.
"Hanya Antasari saja yang bermasalah, makanya waktu itu sempat voting," tutupnya.
(mad/irw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini