Setitik Susu di Tengah Nila Sebelanga

Muhammad Zen Gomo(2)

Setitik Susu di Tengah Nila Sebelanga

- detikNews
Minggu, 18 Jul 2004 09:30 WIB
Jakarta - Gomo menamatkan Sekolah Rakyat (SR) di Solok tahun 1956. Sempat vakum beberapa tahun, ia lantas melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Batusangkar dan menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Padang pada tahun 1963. Kemudian, ia meneruskan pendidikan ke Akademi Keuangan dan Perbankan di Jakarta, selesai 1968. Pada 1974, Gomo lulus di Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jakarta.Di tengah-tengah perkuliahan, sejak 1965, Gomo telah menjadi karyawan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sebagai bankir, karir tertingginya menjadi Kepala Cabang BRI di Sibolga, Sumatera Utara. Untuk suatu alasan moral, karirnya di dunia perbankan ini hanya ditekuninya sampai dengan tahun 1995. Sebagai gantinya, mulai tahun 1992, ia menekuni pekerjaan sebagai dosen di AKBP Padang, 1996 ia menjadi Direktur Asuransi Islam Takaful Padang, dan tahun 1997 pindah menjadi Direktur Akademi AMIK Jaya Nusa Padang. Gomo juga menjadi ketua koperasi BMT Taqwa Muhammadiyah Padang.Kiprah Gomo di dunia politik dimulai sejak era reformasi. Ia bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN). Parpol pimpinan Amien Rais ini yang mengantarkannya duduk menjadi anggota DPRD Sumbar periode 1999-2004. Luasnya pengalaman hidup membuat ia memiliki banyak kolega dari banyak kalangan. Pada titik ini, tak urung keputusannya mundur dari anggota DPRD dan konsistensinya memberantas korupsi menimbulkan riak pada wilayah pergaulannya.Kabarnya, ketika mogok kerja itu, Anda mendapat tantangan yang cukup besar dari rekan-rekan anda di DPRD Sumbar?Ya. Tapi, itu risiko saya. Saya sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dengan rekan separtai Anda?Sejak awal, ketika memutuskan untuk aktif di partai, saya sudah bertekad untuk menjalankan amanat partai dengan benar. Bila kemudian saya menemukan ketidakbenaran maka harus saya lawan. Walau itu tak sejalan dengan rekan-rekan. (Belakangan, sebanyak 8 rekan Gomo di PAN dipecat oleh Ketua Umum Amien Rais setelah divonis bersalah oleh PN Padang-red).Apakah semua anggota dewan memang mencerca Anda?Tidak juga. Di dewan ada berbagai macam reaksi. Ada yang mendukung, ada yang marah. Kalau yang mendukung, setahu saya mereka tidak berani mengungkapkannya secara terbuka. Apa yang Anda lihat dari mereka?Saya melihat, kebanyakan orang-orang yang duduk di dewan melihatnya sebagai kesempatan untuk merubah hidup. Sedangkan bagi saya duduk di dewan bukan untuk mencari hidup tapi bagaimana menghidupkan rakyat.Sekarang mereka sudah dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Pendapat Anda?Mengenai anggota DPRD Sumbar yang telah dinyatakan bersalah, saya pikir itu risiko mereka. Berani berbuat maka harus berani menanggung akibatnya.M. Zen Gomo menikahi Syafridal. Gadis itu bukanlah orang jauh. Ia murid mengaji Zen Gomo ketika masih aktif mengajar di sebuah surau. Beda usia mereka 9 tahun. Pernikahan ini menghasilkan 3 orang anak, kesemuanya perempuan. Dua di antaranya sudah berkeluarga dan ikut suaminya, sedangkan satu lagi, yang bungsu, bekerja di Jamsostek setelah lulus Pasca Sarjana Jurusan Farmasi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.Keluarga inilah yang memberikan sumbangsih Gomo saat berada di tengah pusaran badai untuk menegakkan nurani kebenarannya. Mereka selalu mendukung setiap langkah yang diambil Gomo. Sebelumnya, dukungan keluarga sudah teruji ketika Gomo memutuskan keluar dari BRI tahun 1995.Kabarnya, ini bukan pertama kali Anda menunjukkan sikap antikorupsi?Sebenarnya saya tak ingin mengingat. Tapi memang benar. Peristiwanya sekitar tahun 1987. Waktu itu saya Saya mengendus ada praktik korupsi di tubuh BRI di wilayah tugas saya. Saya lalu mencoba mengingatkan.Dan yang terjadi?Saya malah sempat diganjal tidak naik pangkat selama empat tahun. Promosi sebentar tapi tahun depannya, tahun 1992 didepak ke bagian operasional BRI Banda Aceh. Setelah berbicara dengan keluarga, saya akhirnya memutuskan mengundurkan diri tahun itu juga.Apa kegiatan Anda saat ini?Sejauh ini saya sudah ikut di sejumlah kegiatan kemasyarakatan dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Dalam kegiatan LSM, saya ikut di ICW (Indonesian Corruption Watch), Demos, Bako Sumbar, dan lainnya. Saya cukup aktif disitu. Bagi saya, apapun peluang yang saya dapatkan, selagi untuk menuntaskan cita-cita reformasi, saya akan ikut.Waktu untuk Anda pribadi?Saya banyak mengisi waktu dengan membaca. Itu hobi saya. Saya suka membaca karya-karya HAMKA, Pramoedya Ananta Toer, Karl May, terjemahan Al-Quran, dan tulisan-tulisan filsafat. Sesekali juga menonton sepakbola dan badminton yang menjadi kegemaran saya sejak kecil. Rencana anda ke depan, bagaimana?Sampai saat ini, saya masih tercatat sebagai Wakil Ketua DPW PAN Sumbar. Saya akan perjuangkan bagaimana partai dapat mengendalikan fraksi PAN di lembaga legislatif sehingga tidak kembali terperosok pada lubang yang sama alias korupsi. Saya berharap fraksi-fraksi di dewan itu nantinya bisa betul-betulaspiratif.Apa pesan Anda berkaitan korupsi di Indonesia?Saya melihat, selama masalah korupsi tidak juga dituntaskan di negara ini maka masalah lainnya juga akan sulit untuk diselesaikan. Bagi saya, perilaku korup itu harus dilawan. (Yonda Sisko/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads