China terjebak di antara sengketa wilayah empat negara Asia Tenggara, termasuk dua negara sekutu AS yakni Vietnam dan Filipina. Pada Oktober lalu, AS mengirimkan kapal perangnya ke dekat gugusan Pulau Spratly, dengan menegaskan hak kebebasan navigasi di perairan tersebut.
Singapura maupun AS menekankan perlunya kehadiran militer AS yang kuat di kawasan tersebut. Pesawat pengintai P8 Poseidon milik AS dikerahkan sejak Senin (7/12) dan akan terus dikerahkan hingga 14 Desember mendatang. Demikian seperti dilansir AFP, Selasa (8/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akan mempromosikan operasi antar militer kawasan, melalui partisipasi dalam latihan bilateral maupun multilateral," demikian pernyataan gabungan AS dan Singapura itu. Pengerahan pesawat pengintai AS ini juga dimaksudkan untuk mendukung pemulihan bencana dan keamanan maritim.
Diplomat setempat menyebut pengerahan ini memberikan pesan kepada China bahwa AS tegas menolak tindakan agresif China di Laut China Selatan, termasuk pembangunan pulau buatan tepat di perairan sengketa dan yang menjadi jalur perdagangan global.
"Pesan tidak langsung dari pengerahan ini ditujukan kepada China. Dan pesan itu adalah AS ada di sini, siap mendukung negara sahabat dan sekutunya di kawasan tersebut," sebut seorang diplomat negara Asia Tenggara yang enggan disebut namanya kepada AFP.
Pesawat pengintai P8 merupakan pesawat jenis Boeing 737 yang dimodifikasi dan dilengkapi dengan sensor serta radar canggih yang didesain khusus untuk mengumpulkan informasi intelijen dan memburu kapal selam.
China mengklaim seluruh wilayah perairan di Laut China Selatan, termasuk perairan dekat dengan pantai Asia Tenggara. Brunei Darussalam, Malaysia dan Taiwan juga mengklaim wilayah perairan sengketa Selatan, namun Filipina dan Vietnam merupakan pihak yang paling kritis terhadap China. Singapura tidak ikut mengklaim wilayah di perairan itu, namun mereka menegaskan kepentingan negara ini terhadap kebebasan navigasi di perairan tersebut.
(nvc/nwk)