Keluhan mereka beragam. Mulai soal pendidikan hingga soal apresiasi untuk tokoh agama yang berprestasi. Salah satunya Mafisoh yang tinggal di Kebagusan dia mengeluhkan soal kurangnya perhatian pemerintah soal prestasi hafiz cilik yang bisa menghafalkan 30 juzz Alquran.
"Selama ini pemenang lomba bulu tangkis dan sepak bola diagung-agungkan tapi hafiz yang masih kecil 9 tahun hafal 30 juzz di Mesir kok tidak diapresiasi. Mudah-mudahan bisa mengusulkan supaya diberitakan umat Islam berprestasi. Maksud saya supaya bisa menginspirasi dunia Islam lainnya," ujar Mafisoh di acara Taklim Akbar Ustazah dan Tokoh se-Pasar Minggu, di Balai Rakyat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (18/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga bermimpi akan lahir 10-20 ribu hafiz muda di DKI. Akan saya gerakkan bukan saja pemerintah provinsi tapi juga swasta sehingga bisa berprestasi hingga di internasional. Indonesia mayoritas muslim lebih dari 80 persen kita belum menunjukkan prestasi. Insya Allah kita akan lebih perhatian ke anak-anak muda dan menunjukkan Islam yang rahmatan lil'alamin," kata Sandi di hadapan ratusan ustazah yang hadir.
"Saya suka terenyuh yang ditampakkan Islam yang keras, tidak mau kompromi, padahal Islam itu lembut, penuh kasih sayang. Bahkan yang radikal diidentikkan dengan Islam. Padahal Nabi kita mencontohkan Islam yang sejuk," sambungnya. (ams/erd)