"Karena kita yang kita tangani itu, tidak ada cerita-cerita barter itu. Kita nggak tahu dari mana sumbernya," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Patrige Renwarin saat dihubungi, Senin (14/9/2015).
Partige mengatakan, pihaknya menangani kasus itu berdasarkan adanya laporan kasus orang hilang yang masuk ke polisi. Sejauh ini, belum ada keterangan bahwa dua WNI itu disandera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, Lanjut Partige, pihaknya belum dapat memberikan keterangan terkait kelompok-kelompok separtis yang diduga melakukan penyanderaan.
"Artinya TKP (kejadian penembakan) ini 1 km dari batas RI-PNG, pasca kejadian tanggal 9 September itu, karena berdekatan, kemudian ada laporan orang hilang, ya diduga saja, kemungkinan korban melarikan diri, kita lakukan pencarian tahap awal,"
"Setelah sehari dua hari, kita lewat konsul RI di PNG, kita sampaikan ke konsul RI-PNG. Konsul RI koordinasi ke Army, tentara PNG. Kemudian ada info berkembang, mereka ada di wilayah PNG, ada di kelompok-kelompok yang berseberangan, itu semua informasi, belum berdasarkan fakta, fakta-fakta ini belum kita dapatkan," sambungnya.
Patrige menjelaskan, saat ini polisi sedang mencari keberadaan dua orang yang dilaporkan hilang itu yang hingga kini belum dipastikan apakah mereka berada di wilayah RI atau pun di wilayah Papua Nugini.
"Bisa di wilayah RI bisa di PNG, kita belum tahu. Kita masih terus melakukan pencarian," tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Endang Sodik mengatakan bahwa pihak OPM meminta barter terhadap dua rekannya yang saat ini menjadi tahanan polisi atas kasus narkoba jenis ganja.
Dua rekan mereka itu saat ini ditahan di Polres Keerom, Papua. Endang mengatakan untuk barter tahanan dengan WNI yang sandera ini tidak mudah dilakukan, karena harus lintas departemen.
"Harus koordinasi dulu dengan Kepolisian RI, soalnya kan ini lintas departemen," ucap Endang. (idh/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini