Sutrisno juga punya alasan lain di mengajukan dua istrinya di Pilkada tahun 2010 silam dan kini kembali mengajukan istrinya, Bupati Kediri incumbent Haryanti di Pilkada 2015.
"Namanya pembangunan itu kan selalu ada dan belum selesai, banyak... Misalnya salah satu contoh rumah sakit juga belum selesai, terus Gunung Kelud meletus, akhirnya pemasukan masyarakat berkurang. Ini kita harus kreatif," kata Sutrisno saat berbincang dengan wartawan detikcom di Kediri, Selasa (14/7/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang jalan-jalan desa hampir semua bagus akhirnya nilai tawar produknya petani jadi naik. Jalannya bagus sampai pelosok-pelosok akhirnya harga barang tinggi. Sekarang penduduk tiap bulan beli motor baru ada 5.000 per bulan, apa itu namanya bukan sejahtera?" katanya.
"Sekarang contoh Nggumul, Kediri kalau tidak ada nggumul bagaimana. Kediri itu dengan adanya Nggumul terangkat kotanya, akhirnya kota tetangga kalau rekreasi ke sini. Nggumul akhirnya jadi icon, landmark-nya bahkan di Indonesia nggak ada, di Asia Tenggara saja nggak ada," pamernya lagi.
Baginya setiap orang punya hak asasi untuk memilih dan dipilih. Dinasti politiknya yang tertanam kuat di Kediri bagi Sutrisno bukanlah suatu kebetulan.
"Siapa pun kan mempunyai hak asasi untuk berkembang dengan cara masing-masing. Contoh sekarang sedulur 7 orang jadi PNS apa itu kebetulan, aku sak dulur jadi wiraswasta apa itu kebetulan? Ya itu mungkin pintunya saja di situ," pungkasnya.
(van/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini