Wahyudin kecil lahir dari keluarga sangat sederhana, ayahnya hanya tukang ojek dan bertani. Ibunya juga bertani. Wahyudin yang memiliki saudara 8 itu tak mungkin bisa sekolah kalau tidak mencari uang sendiri dari memulung.
"Saya ngeliat waktu kecil kok kakak-kakak saya nggak ada yang sekolah, saya faham Bapak saya ekonominya rendah. Kakak-kakak saya nggak sekolah karena nggak ada uang. Saya waktu kecil SD itu mikir aduh habis deh nih, kalau kakak-kakak nggak sekolah berarti saya nggak sekolah dong karena kan satu sumber keuangannya. Saya nggak mau terima nasib, saya harus keluar dari rantai kemiskinan," ucap Wahyudin saat berbincang dengan detikcom, Jumat (19/6/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu dulu bangun jam 12 malam, jam 1 siap-siap mulung sampai subuh, salat subuh terus jam 6 ganti baju sekolah, terus bawa gorengan jualin keliling komplek. Abis keliling taruh pos satpam titip. Sisanya saya bungkus buat makan di sekolah. Pulang sekolah jam 1 sudah gembala kambing, abis itu langsung dagang asongan di pinggir jalan," kenang Wahyudin.
"Abis itu lanjut mulung sampai jam 11 malam. Tidur cuma 2 sampai 3 jam doang. Sekolah bawa balsem sama minyak kayu putih buat diolesin ke mata kan panas jadi nggak ngantuk. Saya nggak mau ketingggalan pelajaran," tambahnya.
Meski waktunya habis untuk bekerja Wahyudin tetap berprestasi di sekolah. Dia selalu mendapat rangking dan jumlah IP saat S1 pernah mencapai angka 3,85.
"Perjuangan saya benar-benar berat, tapi saya nggak jadiin itu beban justru jadi cambuk untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi," katanya.
Menurutnya semangat dia untuk tetap bekerja dan belajar giat adalah karena orang tua, dia ingin merubah nasib keluarga. Selain orang tua, motivasi Wahyudin rajin dan tekun adalah orang tua angkat yang selalu memberikan dukungan, bailk itu materi ataupun kasih sayang.
"Orang tua angkat saya Umi sama abah Husen Alatas dan keluarganya termasuk kakak-kakak angkat saya. Keluarga ustad Hamzah dan Habib Husen Alhabsyi itu 3 keluarga yang menjadi role model untuk menata kehidupan saya ke depannya. Mereka memperlakukan saya dengan kasih sayang bukan cuma materi, mereka kasih contoh yang nyata untuk peduli lingkungan," kata pemuda yang aktif di kegiatan sosial ini.
Saat ini setelah Wahyudin tak lagi memulung dan dia bisa S2 di pasca sarjana ITB, dia juga membangunkan usaha untuk keluarganya. Dulunya orang tua Wahyudin hanya berpenghasilan pas-pasan kini mereka bisa punya usaha sendiri dan bisa menyimpan uang untuk ditabung.
"Orang tua saya sudah saya bukain warung sayur. Alhamdulillah sekarang kehidupannya jauh lebih baik, bisa pegang uang kan mereka. Saya bikinin warungnya, modalnya dari orang tua angkat," jelas Wahyudin.
Wahyudin tak bisa membalasa banyak apa yang sudah dilakukan oleh orang tua angkatnya. Dia berdoa agar mereka semua diberikan kebahagian dan keberkahan hidup. selain itu dia juga miminta doa kepada semua agar orang ibu angkat dia Umi Alwiyah yang saat ini tengah sakit ginjal bisa segera sembuh.
"Umi Alwiyah saya ini lagi sakit ginjal mau operasi tolong doain semoga Allah sehatkan beliau dan diberikan nikmat sehat panjang umur yang berkah,"ucap Wahyudin. (slm/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini