"Di sini itu kawah candradimuka-nya pasukan Kostrad. Seluruh prajurit Kostrad latihan awal digodok di sini, mulai dari seleksi sampai latihan sudah jadi," ungkap Perwira Seksi Pengamanan dan Operasional Detasemen Pemeliharaan Daerah Latihan (Denharrahlad) Kostrad Kapten Alipudin.
Hal tersebut dikatakannya di tengah-tengah melatih para pewarta dalam hal kedaruratan di Sanggabuana, Sabtu (13/6). Ali pun bercerita awal mula dijadikannya lokasi tersebut sebagai daerah pelatihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daerah latihan Kostrad di Sanggabuana terbentang seluas 500 hektar. Pembangunan dimulai sejak tahun 1999 dan selesai pada 2001, mulai dari bangunan di bagian bawah hingga bangunan di lereng bukit tempat latihan.
"Spesiliasi latihan di sini tingkat Batalyon, tempur, infantri, lawan gerilya, patroli," kata pria yang berparas mirip mantan Pangab Jenderal (Purn) Wiranto itu.
Menurut Ali, lokasi di Sanggabuana bukan secara ekslusif diperuntukkan bagi pasukan Kostrad atau personel TNI AD saja. Dari berbagai matra maupun kesatuan pun diperbolehkan untuk berlatih di Sanggabuana.
Bahkan jika waktu dan kondisinya memungkinkan, pelatih bisa memfasilitasi memberikan pelatihan bagi instansi pemerintahan dan pendidikan. Saat pewarta sedang mendapat pelatihan kedaruratan di Sanggabuana, saat itu prajurit dari POM AL juga sedang melakukan pelatihan.
Kala itu juga pasukan khusus Kostrad, intai tempur (taipur) sedang berlatih. Dari kacamata sipil, latihannya terlihat sangat berat. "Itu mereka untuk jadi pasukan Taipur diseleksi dan dilatih 6 bulan. Bagaimana mereka menjaga rahasia saat disandera juga dilatih, intinya jangan sampai bocor," terang Ali.
"Kalau ada organisasi yang mau latihan di sini juga boleh yang penting mau berlatih, bukan rekreasi, mau latihan mental dan disiplin. Nggak bayar, tapi mungkin hanya ada biaya untuk pemeliharan saja. Tapi tetap yang diutamakan untuk prajurit. Kalau nggak ganggu bisa digabungan," Ali menuturkan.
Biasanya yang sering melakukan pelatihan di wilayah Kostrad adalah siswa-siswa dari sekolah yang sering tawuran. Salah satunya adalah SMA 70 Jakarta. Mereka digojlok secara fisik dan mental agar energi yang dimiliki tidak tersalurkan untuk hal-hal negatif. Pecandu narkoba pun juga ada yang mendapat pelatihan di Sanggabuana.
Menurut Ali, secara organisasi ada 167 personel Kostrad yang bertugas di Detasemen tersebut. Itu terbagi di 3 daerah latihan yakni di Sanggabuana, Cibenda, dan Jatiluhur. Saat ini Denharrahlad berada di bawah pimpinan Mayor Inf Eros Djatmika.
"Tapi sekarang hanya ada 134 personel. Terbagi di 3 daerah. Kami bergantian di lokasi-lokasi tersebut, tergantung di bagian mana," ucap perwira yang pernah bertugas di Satuan-81 Gultor Kopassus unit bahan peledak itu.
Pada dasarnya untuk warga sipil, daerah latihan ini mengajarkan kedisiplinan untuk membentuk mental dan karakter. Meski para pelatih terkesan galak saat pelatihan, semua bersahabat. Pelatih pun juga selalu menyelipkan materi mengenai bela negara.
"Kalau negara kita dalam bahaya, anda-anda bisa membantu kami. Kalian harus mempertahankan NKRI. Itu kewajiban seluruh warga negara," tukas Ali.
Saat 87 pewarta yang mendapat pelatihan di Sanggabuana, ada belasan pelatih yang membantu memberikan pelatihan termasuk Kapten Ali. Di antaranya adalah Lettu Agus Priyanto, Serka Subhan AS, Sertu San Oci, Sertu Sopian, Serda Suwondo, Serda Joni Barudin, Kopral Rosyidi, Praka Agung, Praka Fajar Afifi, Praka Sukadaya, dan Praka Sutrisno. (ear/imk)