"Sudah 2 tahun saya tinggal di sini. Awalnya saya tinggal bersama suami. Tapi suami saya meninggal setahun yang lalu. Akhirnya saya tinggal sendiri sampai sekarang di sini," kata Senija ditemui di tempat tinggalnya di Dusun Sumberlanas Timur, Desa Harjomulyo, Kecamatan Silo, Jumat (29/4/2016).
Sebelum tinggal di kandang kambing, Senija bersama suaminya tinggal di rumah salah seorang kerabat. "Saya tidak punya anak, jadi numpang di rumah saudara," kenangnya.
Namun, lama kelamaan dia merasa tidak nyaman. Karena tempat Senija dan suaminya menumpang merupakan kerabat jauh. Apalagi kemudian dia dan suaminya merasa membuat repot pemilik rumah.
Pada saat itulah, ada salah seorang warga bernama Pak Nur, yang menawari Senija dan suaminya untuk pindah.
"Kami ditawari merawat kambingnya sekaligus tinggal di sana kalau mau. Tapi tempatnya memang jadi satu dengan kandang tersebut. Daripada terus menumpang di rumah kerabat, akhirnya saya dan suami menyetujuinya," urai Senija.
Sejak saat itu, Saneja dan suaminya tinggal di kandang kambing yang terbuat dari bambu berukuran sekitar 3 x 4 meter. Meski harus menahan bau yang sangat menyengat, mereka tetap bertahan.
Setiap hari, Senija dan suaminya bekerja merawat kambing dan pekerjaan lain yang bisa mereka lakukan. "Ya pokoknya bekerja apa saja. Kadang saya membantu mencuci baju tetangga," kata Senija.
Setahun kemudian, Senija harus hidup seorang diri karena suaminya meninggal. Hingga sekarang, perempuan itu pun harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup.
"Alhamdulillah ada beberapa orang yang terkadang mengirim makanan. Karena memang umur saya yang sudah tua seperti ini, saya tidak mampu lagi bekerja terlalu berat," kata Saneja.
Dia hanya mengeluh tentang kondisi bangunan kandang yang makin memprihatinkan. Sebab kondisi atapnya yang mulai rusak dan sering bocor ketika hujan tiba. "Sekarang ini kan hampir tiap hari turun hujan, jadi hampir tiap hari ya kebocoran," tuturnya. (Yakub Mulyono/fat)