"Hasil pemeriksaan korban meninggal karena sesak napas," kata Kapolsek Licin, AKP Jupriyadi ketika ditemui di ruang jenazah RSUD Blambangan, Jumat (9/10/2015).
Meski wisata Gunung Ijen telah dibuka kembali sejak 2 hari lalu, kata AKP Jupriyadi, pihak pemangku kebijakan tetap melaksanakan pemberlakuan jadwal buka tutup pendakian.
Pendakian ke puncak ijen hanya diperbolehkan siang hari dan ditutup total saat malam hari. Lalu terkait kasus tewasnya wisatawan asal Bogor ini, pihak kepolisian menyatakan jika jadwal pendakian mereka telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
"Siang hari diperbolehkan, tapi dilarang naik pada malam hari. Kita sudah berikan sosialisasi dan warning pada pengunjung. Kalau kasus meninggalnya wisatawan ini mereka sudah sesuai prosedur, berangkat dari titik awal sekitar pukul 5 pagi," imbuhnya.
Putra kedua korban, Hisyam (17) menambahkan, sebelum tiba di Banyuwangi ia dan keluarganya menghabiskan liburan dengan mendaki Gunung Bromo. Lalu secara estafet mereka melanjutkan liburan ke Banyuwangi untuk menikmati puncak Gunung Ijen dan Pantai Sukamade.
Pendakian mereka ke Gunung Ijen dimulai sekitar pukul 05.00 wib. Ditengah perjalanan sekitar 2 km dari titik awal, korban mengaku jika ia mengalami kelelahan. Akhirnya korban memilih beristirahat dan meminta Hisyam beserta adik juga istrinya untuk melanjutkan pendakian dan berjanji akan menyusul ke puncak Gunung Ijen.
Takdir berkata lain, janji sang ayah tersebut tak bisa ditepati lantaran korban meninggal dunia ketika perjalanan menuju Puskesmas Licin. Hisyam beserta adik dan ibunya yang saat itu telah sampai di Puncak Ijen, justru mendapati kabar duka tersebut dari salah satu penambang belerang yang sempat membantu korban menuju ke Puskesmas Licin.
"Bapak cuma bilang kelelahan terus minta kita lanjutin jalan, nanti nyusul ke atas katanya. Yang kasih tahu penambang belerang kalau bapak lagi di Puskesmas. Tapi waktu kita sampai disana, bapak sudah meninggal," jelas Hisyam.
Terkait status Gunung Ijen yang sempat ditutup akibat timbulnya gas beracun, Hisyam dan keluarganya telah mengetahui tentang berita tersebut dari agen tour travell yang melayaninya. Namun niat liburan itu tetap mereka lakoni sebab larangan pendakian telah dicabut dan mereka mengaku dalam kondisi kesehatan yang prima. Hisyam juga menyatakan jika ayahnya tidak pernah memiliki riwayat sakit jantung atau penyakit kronis saluran pernapasan. Meski begitu putra kedua korban tersebut tak menampik jika ayahandanya adalah perokok berat.
"Bapak gak pernah punya riwayat sakit jantung atau sesak napas. Kondisi sebelum mendaki sehat. Tapi bapak memang perokok berat," pungkasnya.
Saat ini jenazah masih berada di kamar mayat RSUD Blambangan dan sedang dipersiapkan untuk dibawa ke kediamannya di Bogor. (bdh/bdh)