Sebenarnya dari lokasi, kampung ini dekat dengan Kota Bandung. Namun secara administrasi, kampung ini masuk wilayah Kabupaten Bandung. Namanya Kampung Cadas Gantung, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Jarak dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bandung di Soreang, sekitar 30 kilometer.
Menuju kampung ini, melalui akses Jalan Sindanglaya Kota Bandung yang sudah dibeton dan bisa dilalui mobil. Namun 2 kilometer sebelum kampung itu, jalanan berbatu dan terjal. Hanya bisa dilalui sepeda motor. Kontur jalan sesekali menanjak dan menurun. Berbahaya apabila hujan seperti saat detikcom mendatangi kampung ini Rabu pagi (28/9/2016). Jalanan sangat licin dan banyak lumpur, karena malam sebelumnya Bandung Raya diguyur hujan.
Sekitar 30 menit menggunakan sepeda motor tiba di Kampung Cadas Gantung. Kampung itu berada di tengah bukit, sangat sepi. Hanya terdengar gongongan anjing, suara kambing dan ayam yang memecah keheningan.
Seorang warga, duduk di depan pintu rumah berdinding bilik. Senyum ramahnya mengembang. "Mangga neng calik ka lebet (silakan masuk ke dalam). Punten karotor (maafkan kotor)," ujar perempuan bernama Ina itu sambil membukakan pintu rumah sebelah yang menempel di sebelah gubuknya.
Rumah orang tua Ina, terlihat lebih layak dari rumah Ina. Luas rumah sekitar 4x6 meter, tembok dan lantainya sudah disemen, namun tetap terlihat kumuh dan kotor.
"Ini mah ditempati sama emak saya, punya emak. Saya mah yang itu, gubuk," ujar Ina sambil menggelar karpet karet dan mempersilakan detikcom duduk.
Ina baru satu tahun tinggal di Cadas Gantung. Sebelumnya, Ina tinggal di Cikored, tak jauh dari Cadas Gantung. Namun karena ibunya yang sudah paruh baya hidup sendiri. Ina kemudian pindah ke kampung tersebut.
Ina menuturkan, ada 14 rumah di kampung itu. Mayoritas rumah warga masih berdinding bilik. Hanya sekitar dua rumah yang bertembok bata dan semen. Salah satunya rumah orang tua Ina.
"Nya kieu weh neng, saurna bade aya bedah rumah, tapi teu acan. Ieu ge bumi emak nembe kenging bantosan ti desa, sakieu-kieuna. (ya seperti ini kondisinya, katanya mau ada bedah rumah, tapi belum. Ini rumah emak dapat bantuan dari kantor desa, seperti inilah)," tutur Ina.
Kondisi rumah Ibunya Ina, yang katanya termasuk 'paling layak' jauh dari kata nyaman. Dapurnya menyatu dengan gudang. Terlihat banyak kayu bakar yang digunakan untuk keperluan memasak. Ya, warga di kampung itu tak menggunakan gas subsidi dari pemerintah. Peralatan memasak juga seadanya. Jauh dari kata layak dan higienis.
Di ruangan tempat detikcom berbincang dengan Ina, terdapat televisi, dvd player, speaker dan rak alakadarnya. Rak itu digunakan untuk menyimpan peralatan makan.
Di sudut lain, tak kalah menyedihkan. Ruangan seluas 4x1,5 meter, menjadi tempat tidur Emak, yang berusia sekitar 70 tahun. Tak ada kasur nyaman atau lemari kokoh, hanya ada tikar yang dilapis kasur lepek. Terlihat tumpukan bantal dan pakaian yang menyatu di dekat alas tidur Emak. Sungguh tak layak menjad tempat istirahat seorang nenek paruh baya.
"Sudah sering sakit-sakitan neng. Sudah tua sekali," ujar Ina bercerita tentang Emak yang saat itu sedang mencari rumput.
Ina berharap bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bandung untuk melakukan bedah rumah. Tak perlu mewah, hanya ingin yang nyaman untuk keluarganya.
"Harapan saya mudah-mudahan dibedah rumah, bisa lebih layak," harap Ina (avi/ern)