Spotlight

Geliat Mesin-mesin Politik Pendukung Ganjar

Ganjar Pranowo dianggap sebagai anak tiri di PDI Perjuangan. Namun orang-orang di luar partai mendukungnya untuk maju dalam Pilpres 2024.

Ilustrasi Cover : Potret Ganjar Pranowo saat menghadiri Rakernas II PDIP, Rabu (22/6/2022). Grandyos Zafna/detikcom

Rabu, 28 September 2015

Mesin politik yang mendongkrak citra politik Ganjar Pranowo semakin besar, berkebalikan dengan dukungan PDI Perjuangan terhadapnya. Sekitar 18 kelompok relawan bergabung dalam Rumah Ganjar. Tugas mereka merancang strategi propaganda untuk perang opini membentuk persepsi publik. Tujuannya mendukung Ganjar menjadi calon presiden dalam Pilpres 2024.

Salah satu narasumber detikX mengatakan Rumah Ganjar berperan sebagai koordinator dan penyedia kebutuhan para relawan. Termasuk bertugas melakukan pemetaan di daerah dan menyediakan bahan propaganda politik bagi para relawan.

Saat ini mereka masih enggan terbuka ke publik karena menghindari benturan dengan PDI Perjuangan. "Mereka belum secara resmi pakai nama Rumah Ganjar. Sepertinya di pertemuan lanjutan akan pakai nama lain, sampai nanti jelas Ganjar dapat tiket dari partai," ujar relawan yang tak ingin disebutkan identitasnya tersebut.

Foto para perwakilan relawan Ganjar saat melakukan pertemuan di Hotel Santika, Minggu (18/9/2022). 
Foto : Doc. Istimewa


Kami optimistis saja. Itu Puan (Maharani) kan mau dipoles di DPR, di partai, dan dijadikan menteri, ya tetap sama saja. Ibarat metromini, mau diapain juga tetap metromini."

Para kelompok relawan biasanya bertemu di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di sana terdapat rumah yang disewa dengan biaya ratusan juta dan dijadikan markas Rumah Ganjar. Lokasinya terletak di Jalan Brawijaya VIII No 6, RT 2 RW 4, Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

"Sering di sana ada konsolidasi, ya ada juga kelompok relawan yang ambil dana di sana. Nggak semua, karena sebagian sudah ada juragannya masing-masing," tuturnya.

Narasumber lain mengatakan Ganjar Pranowo sebenarnya telah mengetahui segala upaya politik yang dilakukan oleh Rumah Ganjar. Dia juga sempat menuturkan beberapa kelompok relawan telah menjalin komunikasi dengan Ganjar. "Kalau di depan publik ya ngakunya belum pernah komunikasi atau ketemu," ucapnya.

Markas Rumah Ganjar berada di kawasan perumahan elite. Bangunannya dua lantai berkelir putih dengan gerbang tinggi warna cokelat yang terbuat dari kayu. Saat tim detikX datang ke sana, keadaan rumah cukup sepi, hanya ada dua ART yang sedang memperbaiki lampu garasi dan seorang yang mengaku sebagai salah satu koordinator daerah Rumah Ganjar. Sayangnya, koordinator tersebut enggan dimintai keterangan.

Di sisi lain, Ketua Umum Relawan Ganjar Pranowo (RGP) Heru Subagja membenarkan bahwa telah terjadi pertemuan dengan sejumlah organisasi relawan Ganjar lainnya. Pertemuan tersebut terjadi pada 18 September lalu di Hotel Santika, Slipi, Jakarta.

"Rumah Ganjar itu wadah bersama yang disediakan oleh pihak yang belum bisa kita sebut untuk saat ini. Di sana ada pegawai yang membantu memfasilitasi kegiatan," kata Heru kepada reporter detikX melalui sambungan telepon.

Menurut Heru, pertemuan tersebut menghasilkan beberapa rencana dan rekomendasi kerja yang akan difasilitasi oleh Rumah Ganjar. Selain itu, kelompok relawan sepakat menghilangkan istilah Cebong dan Kampret dalam kampanye.

"Kami sepakati akan terus melakukan kegiatan kerja meningkatkan elektabilitas, terutama di zona biru, daerah di mana Jokowi kalah di Pilpres 2019," tuturnya.

Selain itu, ia menuturkan, salah satu fasilitas yang disediakan Rumah Ganjar adalah aplikasi GanjaranApp. Aplikasi itu menyediakan konten-konten yang dapat digunakan oleh para relawan dalam melakukan propaganda politik. Terutama perang opini dan pembentukan persepsi publik di media sosial. Saat ini GanjaranApp terpantau telah tersedia di Google PlayStore dengan aktivitas unduhan lebih dari 100 kali.

Adapun terkait dukungan partai, ia mengklaim, selama ini banyak kader PDI Perjuangan di daerah bergabung dengannya untuk mendukung Ganjar. "Bahkan dari partai lain banyak. Saya ini Ketua DPD PAN Cirebon. Kalau dari PDIP banyak, terutama dari Jateng, tetapi belum berani terbuka," tuturnya.

Sekjen Sekretariat Ganjar Indonesia (SGI) Rimhot Turnip mengatakan, di organisasinya, relawan datang dari berbagai partai, termasuk dirinya, yang berasal dari Partai Perindo. Dia mengakui ada perbedaan pendapat di kalangan relawan terkait sikapnya jika Ganjar tidak mendapatkan tiket pencalonan presiden dari PDI Perjuangan. Sebagian besar akan memilih tetap bersama Ganjar, lainnya memilih berpaling.

"Kami optimistis saja. Itu Puan (Maharani) kan mau dipoles di DPR, di partai, dan dijadikan menteri, ya tetap sama saja. Ibarat metromini, mau diapain juga tetap metromini," kata Rimhot saat ditemui reporter detikX.

Rimhot dan kelompoknya mengaku belum menjalin komunikasi dengan Ganjar Pranowo. Pelantikan pengurus yang menghabiskan dana ratusan juta rupiah, ia klaim bisa terlaksana karena adanya swadana dari anggota. Dia juga mengklaim tidak ada konglomerat atau tokoh politik besar yang mendanai SGI.

Sebelumnya, ada salah satu mantan pengurus salah satu partai yang juga seorang pengusaha menawarkan bantuan dana ke SGI. Orang tersebut bersedia menyediakan kantor dan dana operasional. Namun, karena orang tersebut tidak berkenan diletakkan sebagai pengurus struktural, tawaran itu ditolak SGI.

Selain itu, Rimhot mengklaim sebelumnya pernah ada seorang pengusaha tambang yang memberikan cek kosong dengan syarat dipertemukan dengan Ganjar oleh SGI.

"Kami tolak karena nggak mau dia ditaruh kepengurusan. Kami mau yang jelas saja, jangan main sembunyi. Termasuk Rumah Ganjar itu, tidak ada agenda tersembunyi. Di sana ketemu dan berbagi pengalaman antar-relawan saja," ujarnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin berpendapat keberadaan dan pembentukan relawan sudah pasti diketahui oleh Ganjar. Adapun upaya penyangkalan di depan publik dipandang sebagai bahasa politis yang lazim digunakan.

Di sisi lain, upaya menggerakkan relawan dipandang realistis. Menurut Ujang, saat ini di lingkup internal partai, Ganjar tidak diberi ruang. Menggerakkan relawan dapat dilihat sebagai alternatif dalam membangun elektabilitas dan citra di publik.

Bahkan, menurutnya, kondisi PDI Perjuangan yang seolah menganaktirikan Ganjar dibandingkan Puan Maharani justru dimanfaatkan oleh para relawan untuk membangun simpati publik.

"Skenario itu tidak datang dari partai. Artinya, memang terjadi perpecahan, tetapi kondisi itu jadi jualan oleh relawannya. Jadi elektabilitas dia 3 besar terus," kata Ujang kepada reporter detikX.

Foto tampak depan rumah yang digunakan sebagai kantor Rumah Ganjar di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Foto : Ahmad Thovan Sugandi/detikX

Senada dengan Ujang, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan para relawan Ganjar ingin membangun persepsi bahwa mereka bukan lahir dari orang-orang partai. Namun dicitrakan seolah lahir dari bawah dan memiliki banyak jaringan.

"Ada asumsi yang mau dimunculkan ke publik, Ganjar ini berbeda dari Puan. Puan jelas dari struktur elite, partai solid dukung dia, sedangkan Ganjar dipinggirkan tapi ada banyak relawan," kata Adi kepada reporter detikX.

Awal munculnya anggapan pecah kongsi di tubuh PDI Perjuangan terkait pencapresan terjadi pada tahun lalu. Saat itu Ganjar Pranowo tidak diundang dalam acara pemberian arahan oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani di Jawa Tengah. Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP Bambang 'Pacul' Wuryanto mengakui tak mengundang Ganjar.

Alasannya waktu itu adalah sikap Ganjar yang dinilai mendahului keputusan partai terkait capres 2024, khususnya keputusan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terkait Pilpres 2024.

"(Ganjar) wis kemajon (sudah kelewatan). Yen kowe pinter, aja keminter (kalau kamu pintar, jangan bersikap sok pintar)," katanya di Panti Marhaen Kota Semarang, Sabtu, 23 Mei 2021.

Bambang juga menyoroti aktivitas Ganjar membangun pasukan di media sosial untuk menggaungkan pencapresan Ganjar pada Pilpres 2024.

Berselang beberapa waktu, Megawati Soekarnoputri mengingatkan kepala daerah yang merupakan kader PDI Perjuangan agar tak melakukan dansa politik menjelang Pilpres 2024. Peringatan itu disampaikan saat rapat koordinasi di Sekolah PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, 22 September 2022. Ganjar turut hadir dalam acara rapat koordinasi tersebut.

Selanjutnya, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan Megawati minta kader PDIP sabar soal capres dan cawapres. Kader PDI Perjuangan, pinta Megawati, tak perlu ikut dansa politik.

"Tidak perlu ikut dansa politik karena kerja bersama di dalam mengatasi situasi yang memang penuh tantangan ini jauh lebih penting untuk menciptakan hal yang kondusif. Yang terpenting ekonomi rakyat ini yang terus dipacu," tegasnya.

Cuplikan daftar hadir para perwakilan relawan Ganjar saat melakukan pertemuan di Hotel Santika, Minggu (18/9/2022). 
Foto : Doc. Istimewa

Kesempatan Ganjar diusung partai sendiri belum pupus. Hasto mengatakan ada empat nama yang dianggap layak berlaga pada Pilpres 2024. Nama-nama kader itu muncul di unggahan akun Instagram PDI Perjuangan, @pdiperjuangan, seperti dilihat, Selasa (9/8/2022). Unggahan itu mengutip pernyataan Hasto.

Hasto menyebutkan empat kader tersebut adalah Ketua DPR RI Puan Maharani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Abdullah Azwar Anas.

Sementara itu, berdasarkan hasil survei Charta Politika Indonesia, Ganjar menempati posisi pertama sebagai presiden yang dipilih. Dia mendulang 31,3 dukungan dari responden. Urutan kedua ditempati Prabowo Subianto, yang mendapatkan dukungan 24,4 persen. Sedangkan Puan Maharani, jauh, hanya mendapatkan 2,4 persen suara responden.

Survei tersebut dilakukan pada 6-13 September 2022 melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel 1.220 responden yang tersebar di 34 provinsi.

Tim detikX mencoba menghubungi Ganjar Pranowo terkait keberadaan dan upaya komunikasi dengan para relawannya. Ganjar mengaku tidak melakukan komunikasi dan tidak tahu-menahu terkait keberadaan para relawan tersebut.

"Tidak," jawab Ganjar singkat.


Reporter: Ahmad Thovan Sugandi, May Rahmadi
Penulis: Ahmad Thovan Sugandi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE