Investigasi

The Serial Killers Cianjur

Dua Topeng Lakon Wowon

Wowon menyamar sebagai dukun bernama Aki Banyu untuk melakukan pembunuhan berantai keluarganya sendiri. Dia juga memakai nama palsu sebagai Deden untuk melakukan penipuan dengan modus penggandaan uang.

Ilustrasi : Edi Wahyono

Senin, 30 Januari 2023

Wowon Erawan adalah otak pembunuhan berantai di Bekasi dan Cianjur. Lelaki 60 tahun yang hanya lulusan sekolah dasar itu berasal dari Cimahi, Jawa Barat. Sejak usia 8 tahun, Wowon dan adiknya diminta ayahnya belajar silat di Perguruan Pencak Silat Setia Kawan. Dia anak ke-4 dari enam bersaudara dan tak akur dengan kerabatnya sendiri.

“(Penyebab tak akur) sepertinya karena warisan,” kata Yunengsih, adik kandung Wowon, saat berbincang dengan reporter detikX.

Wowon kerap meminta uang kepada saudaranya yang bekerja sebagai buruh migran. Itulah sebabnya mengapa Yunengsih selalu menyembunyikan nomor ponsel saudaranya dari jangkauan Wowon. “Wowon bilangnya susah terus, nggak ada duit,” tuturnya.

Sejak 2005, Wowon pindah ke Cianjur. Setelah 10 tahun menetap, Wowon bergabung ke sanggar seni tradisional jaipong. Wowon mengklaim diri sebagai seorang dalang yang memiliki perlengkapan wayang golek seharga Rp 30 juta.

“Kata dia (Wowon), di Cimahi, tempat asal dia, ada sanggar khusus dalang,” kata Nung, perempuan berusia 44 istri pemilik sanggar seni itu.

Seolah-olah (suara) itu Aki Banyu tokoh yang paling sakral, spiritual. Padahal itu si Wowon juga. Nah, tugas Wowon itu, selain nganter korban untuk dieksekusi, ternyata dia juga jadi Aki Banyu. Dia otak pelakunya semua.”

Tak ada yang percaya klaim itu sampai akhirnya Wowon menggelar pentas wayang golek pada Februari 2022. Pementasan itu dilakukan untuk merayakan khitanan anaknya. Wowon sendirilah yang menjadi dalang dalam pagelaran itu. 

“Dia sendiri yang mendalang. Dari jam 9 malam sampai 4 pagi,” kata Iis, istri ke-4 Wowon. Mereka berdua menikah pada 2005 dan telah bercerai. 

Pagelaran itu sukses memukau banyak orang. Mereka tak menduga, selain jago silat, Wowon bisa mendalang. “Kami juga kaget karena beneran bisa. Selama ini dia bilang bisa tapi, sebelum itu, belum pernah nonton,” kata Dedi, pria berusia 55 tahun yang merupakan ketua RW di lingkungan tempat tinggal Wowon.

Itu pertunjukan pertama dan terakhir yang diketahui keluarga dan warga di tempat Wowon tinggal. Wowon memanfaatkan bakatnya sebagai dalang wayang untuk melakukan pembunuhan berantai. Dia menciptakan tokoh fiktif bernama Aki Banyu. 

Perintah Membunuh dari Aki Banyu

Suatu hari, sekitar akhir 2022, Aki Banyu memerintahkan Duloh alias Solihin, 63 tahun, mencari rumah kontrakan kecil di Bekasi. Rumah itu, kata Aki Banyu, bakal digunakan untuk tempat tinggal istri Wowon, Ai Maemunah, dan anak-anaknya, yaitu Ridwan Abdul Muiz, 20 tahun, dan Riswandi, 17 tahun.

Di rumah kontrakan kecil di wilayah Ciketing Udik, Bantargebang, Bekasi, itu, Aki Banyu juga memerintahkan agar Duloh menggali tanah berukuran sekitar 1x2 meter. Saban ditanya tetangga, lubang untuk apa, Duloh selalu menjawab untuk septic tank.

“Dia (Aki Banyu) ngomong-nya (memberikan perintah) lewat telepon. Jadi (Duloh) gak pernah ketemu sama Aki Banyu, nih,” kata Kepala Subunit Jatanras Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Indrawienny Panjiyoga saat berbincang dengan reporter detikX di kantornya, Kamis, 26 Januari lalu.

Sampai pada suatu malam, Duloh mendapat wangsit dari Aki Banyu melalui sambungan telepon. Aki meminta Duloh untuk menghabisi nyawa Maemunah dan anak-anak tiri Wowon. Ridwan dan Riswandi merupakan anak Maemunah dari suami sebelum menikah dengan Wowon.

Duloh mengajak Dede Solehudin untuk melaksanakan perintah Aki Banyu. Mereka berdua tak tahu Aki Banyu adalah karakter fiktif yang dibuat oleh Wowon. Wowon ini memiliki dua nomor ponsel berbeda. Saat menghubungi Duloh dan Dede, Wowon memakai nomor khusus Aki Banyu. Dia memanfaatkan bakatnya sebagai dalang untuk membuat suara serak dan bijak sebagai Aki Banyu.

“Seolah-olah (suara) itu Aki Banyu tokoh yang paling sakral, spiritual. Padahal itu si Wowon juga. Nah, tugas Wowon itu, selain nganter korban untuk dieksekusi, ternyata dia juga jadi Aki Banyu. Dia otak pelakunya semua,” terang Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Haryadi saat berbincang dengan reporter detikX di kantornya Kamis, 26 Januari lalu.

Istri keempat tunjukan foto wajah Wowon di kediamannya, Jumat (20/1/2023).
Foto : Ikbal Selamet/detikJabar

Rabu, 11 Januari 2022, sore, Duloh mengajak Dede Solehudin untuk melaksanakan perintah Aki Banyu. Mereka datang ke rumah kontrakan Maemunah. Duloh membawa kudapan dan beberapa saset kopi. Semua dihidangkan hanya untuk Maemunah dan anak-anaknya. Di situ, Maemunah mengadu kepada Duloh bahwa anaknya, Riswandi, sedang sakit batuk. Di kampung halamannya di Ciranjang, Cianjur, Duloh memang dikenal sebagai seorang guru spiritual yang punya kesaktian untuk menyembuhkan segala macam penyakit.

Sore itu, setelah menyantap kudapan dan menyeruput kopi susu, Maemunah dan anak-anaknya diminta Duloh tidur. Malam nanti, sekitar pukul 12, kata Duloh, semua harus bangun dan melakukan ritual penyembuhan.

“Kita minum kopi lagi,” kata Duloh.

Saat semua tertidur itu, Dede menyeduh air panas dengan beberapa lembar daun pandan untuk memunculkan bau harum. Duloh kemudian meracik kopi hitam dari air panas yang telah dimasak Dede itu. Lalu, saat semuanya sudah siap, Maemunah dan anak-anaknya diminta bangun dan menyeruput racikan kopi itu. Dede juga ikut meminumnya.

Sesaat kemudian, mereka merasakan lehernya seperti tercekik. Tidak bisa bernapas. Ridwan dan Riswandi mencoba sekuat tenaga berteriak mencari pertolongan. Tapi Duloh malah mencekik keduanya hingga tewas. Sedangkan Maemunah sudah tidak bergerak sama sekali. Dede selamat setelah dilarikan ke rumah sakit.

“Duloh ngaku panik,” kata Panjiyoga. “Andaikan dia lebih tenang saja, sudah dikubur di belakang (di lubang yang sudah digali Duloh dan Ridwan).”

Pembunuhan berencana itu terendus oleh Polda Metro Jaya setelah melihat kondisi para korban yang tidak wajar. Di leher Ridwan dan Riswandi ditemukan luka seperti memar bekas cekikan. Dari situlah kemudian polisi melakukan analisis forensik di tempat kejadian perkara untuk memastikan penyebab kematian ketiga korban.

Tubuh para korban diautopsi dan cairan di lambung diambil untuk dianalisis. Dari analisis itu ditemukan butiran-butiran racun tikus dan cairan sejenis pestisida untuk membasmi hama. Temuan ini sinkron dengan zat-zat yang ditemukan tim forensik dari sisa-sisa makanan dan kopi di lokasi kejadian.

Hengki Haryadi menuturkan, setelah keluar analisis forensik itu, tim dari Jatanras langsung memburu Duloh di kampung halamannya di Ciranjang, Cianjur. Bersama Duloh, ditangkap juga Wowon. Wowon ditangkap lantaran diduga turut terlibat dalam pembunuhan berencana itu.

“Kemudian kita adakan pemeriksaan terhadap dua tersangka ini, kemudian interogasi secara intensif. Datang lagi bukti baru, bahwa ternyata ada entry point (titik masuk) bahwa ini bukan kejahatan yang pertama,” jelas Hengki.

Dari keterangan kedua tersangka ini, polisi akhirnya menahan Dede, yang saat itu masih dirawat di Rumah Sakit Kramat Jati, Jakarta Timur. Dede sengaja meminum racun yang diraciknya sendiri untuk membangun alibi bahwa dia juga korban atas pembunuhan yang direncanakan Duloh dan Wowon.

Belakangan diketahui, selain membuat karakter fiktif bernama Aki Banyu, Wowon mengaku sebagai Deden. Nama Deden dia pakai untuk melakukan penipuan.

Memakai Nama Deden untuk Menipu

Untuk waktu yang lama, tidak ada yang berani mengganggu Deden dari semadinya. Semua terdiam, begitu pula Aslem, 43 tahun, perempuan pekerja migran yang tiga bulan terakhir tinggal di rumah Deden bersama istri dan anak-anaknya. Deden adalah nama palsu Wowon. Deden dikenal sebagai dukun sakti pengganda uang.

Aslem tak mengetahui semua itu. Yang ia tahu, orang yang bersila di hadapannya adalah Deden. Di dekat Deden terdapat sesajen berupa beberapa gelas kopi hitam, buah-buahan, dan amplop kosong. Deden mengikat kepalanya dengan totopong. Dia sedang menyaru sebagai dukun yang bisa menggandakan uang.

Dini hari itu, hanya terdengar alunan langgam karawitan yang suaranya terdengar sember dari ponsel Deden. Suara bonang, demung, kenong, siter, gambang, gong, slenthem, dan kendang bertalu membuat waktu terasa lebih lambat. Malam terasa kian panjang.

“Nggak tidur, kadang-kadang sampai pagi,” kata Aslem mengingat-ingat peristiwa asing yang dialaminya pada 2019.

Sesekali jemari dan tangan Deden berlenggak-lenggok seperti baru saja kerasukan roh seorang dalang. Bibirnya berkomat-kamit membacakan mantra yang entah apa. Dari tempatnya duduk, Aslem tidak bisa mendengar apa pun yang terlontar dari bibir Deden. Yang dia ingat setelah ritual semalam suntuk, paginya Deden menunjukkan amplop di depannya yang sudah terisi uang ratusan ribu rupiah.

“Kelihatan amplopnya ada uang banyak,” kenang Aslem kepada reporter detikX. “Nggak tahu isi dalamnya (ada berapa), cuma dilihatin sedikit.” 

Aslem dan Hana, TKW korban penipuan serial killer Wowon cs, Kamis (26/1/2023). 
Foto : Wildan Noviansah/detikcom

Aslem kian percaya Deden betul-betul sakti. Itu bukan pertama kalinya Deden menunjukkan kesaktiannya di depan Aslem. “Ada tiga kali,” katanya.

Aslem hanya mengenal Deden sebagai murid Aki Banyu. Setahu Aslem, Aki Banyu adalah dukun sakti dari Mataram, Lombok. Aslem percaya Aki Banyu mampu menggandakan uang dalam amplop hanya dengan cara mengetukkan jari telunjuk sebanyak tiga kali. Aslem mendapatkan cerita palsu itu dari rekannya sesama pekerja migran di Dubai pada pertengahan 2016. 

Belakangan, Aslem baru mengetahui Deden dan Aki Banyu adalah Wowon. Tokoh fiktif dan nama palsu itu digunakan Wowon untuk melakukan tindak pidana penipuan dan pembunuhan. 

Wowon alias Aki Banyu alias Deden tidak pernah punya kesaktian menggandakan uang. Tim penyidik Polda Metro Jaya pernah meminta secara langsung menunjukkan keterampilan sulapnya itu. Tapi dia gagal. Dari keterangan Dede dan Duloh, kesaktian merubah uang dari nilai kecil menjadi besar itu hanya dilakukan dengan trik sulap receh.

Wowon bakal memberi targetnya amplop berwarna putih dengan satu tangan. Kemudian dia bakal meminta targetnya mengisi amplop dengan uang ribuan rupiah dan menyegelnya. Sementara di tangan Wowon yang lainnya, dia sudah menyiapkan amplop lain yang berisi uang dengan jumlah yang lebih besar. Simsalabim. Isi amplop pun berubah dari hanya Rp 1.000 menjadi Rp 30 ribu.

“Keterangan itu kami ambil secara terpisah,” kata Kepala Subunit Jatanras Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Indrawienny Panjiyoga kepada reporter detikX.

Kini, polisi tengah mencari kemungkinan adanya korban lain. Sebab sekarang, istri Wowon lainnya, yakni Endi dan Heni belum diketahui keberadaannya. Polisi juga menduga masih ada korban lain dari kluster pekerja migran, mereka adalah Evi dan Nene yang sampai sekarang tidak diketahui kabarnya. Nene dan Evi juga merupakan korban penipuan dengan modus melipatgandakan uang yang dilakukan trio pembunuh berantai itu


Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Ahmad Thovan Sugandi
Penulis: Fajar Yusuf Rasdianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE