Ilustrasi : Denny Putra
Setelah adanya rentetan desakan di grup WhatsApp Staf dan Penasihat Ahli Kapolri, Fahmi Alamsyah akhirnya menyatakan mengundurkan diri. Pernyataan itu diumumkannya pada Selasa, 9 Agustus 2022, siang. Ini terjadi sebelum Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menggelar konferensi pers, yang menetapkan Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
"Diminta atau dipaksa mundur, saya berencana mundur sebagai Penasihat Ahli Bidang Komunikasi Publik," tulis Fahmi dalam grup itu seperti dilihat reporter detikX.
Pengunduran diri Fahmi dari tim Penasihat Ahli Kapolri berkaitan dengan upaya penghilangan jejak kasus pembunuhan berencana terhadap Yosua di rumah dinas Ferdy Sambo. Fahmi disebut terlibat dalam pembuatan kronologi palsu yang dinarasikan Sambo.
Kronologi tersebut adalah peristiwa ‘tembak-menembak’ antara Yosua dan Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E, yang dipicu tindakan pelecehan Yosua kepada Putri Candrawathi, istri Sambo. Belakangan, Mabes Polri menyatakan kronologi itu tidak sesuai fakta. Fakta yang ditemukan penyidik Bareskrim Mabes Polri, Yosua ditembak berkali-kali dalam posisi tidak berdaya.
Baca Juga : Empat Carik Kertas Pembongkar Kebohongan Sambo
Komnas HAM meninjau TKP penembakan Brigadir J di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Senin (15/8/2022).
Foto : Pradita Utama/detikcom
Jauh sebelum kejadian pembunuhan Yosua ini, saya seleksi anggota penasihat dan staf ahli. Saya sudah mengusulkan agar Fahmi dicopot karena tidak memiliki kapasitas."
Desakan dari para Penasihat Ahli Kapolri terhadap Fahmi pertama kali muncul pada hari sebelumnya, Senin, 8 Agustus 2022. Kala itu, ada pemberitaan yang menyebut Fahmi membantu Sambo menyusun kronologi bohong pembunuhan Yosua. Fahmi tidak mengklarifikasi hal tersebut meski sudah disindir para anggota grup.
Padahal, ketika pertama kali kasus Yosua muncul ke permukaan, Fahmi aktif memberi informasi dengan rujukan berbagai pemberitaan media. Berita-berita yang dia bagikan ke dalam grup menguatkan narasi ‘tembak-menembak’.
Fahmi tidak pernah mengabarkan dirinya sempat mendengar langsung cerita dari Sambo setelah membunuh Yosua. Di mata para Penasihat dan Staf Ahli, Fahmi terkesan seolah-olah tidak mengetahui apa pun. Alih-alih menjelaskan, Fahmi justru berusaha menggiring opini Yosua memang terbunuh karena peristiwa ‘tembak-menembak’ dengan Bharada E.
Semenjak ada dugaan keterlibatan Fahmi dalam pembuatan skenario palsu Sambo, percakapan di grup WhatsApp Staf dan Penasihat Ahli Kapolri pun berubah jadi liar. Satu per satu para anggota grup mulai meyakini dugaan tersebut dan berkomentar.
Seorang staf ahli mengatakan sebenarnya sudah mengetahui persahabatan Fahmi dengan Sambo sejak lama. Karena itu, Fahmi terkesan menutupi kejadian. "Pantesan, waktu awal-awal muncul kasus ini, Fahmi Alamsyah gencar sekali menggiring opini dalam WhatsApp group staf dan penasihat ahli bahwa Brigadir Yosua telah melecehkan istri Ferdy Sambo," tulisnya.
Di GetContact, aplikasi pelacak nomor ponsel berdasarkan catatan para pengguna, Fahmi memang terindikasi memiliki kedekatan dengan Sambo. Nomor ponsel Fahmi dicatat dengan nama-nama seperti 'Fahmi Rekan Bang Sambo', 'Fahmi Sambo', 'Fahmisonic Media Bang Sambo', 'Fahmisonic Bang Sambo Pers', dan sejenisnya. Fahmisonic merupakan username akun Twitter milik Fahmi Alamsyah.
Sekretaris Staf Ahli Kapolri Inspektur Jenderal (Purnawirawan) Aryanto Sutadi turut memberi komentar di grup itu. Dia berpendapat, Fahmi sudah mengaburkan fakta bahwa dirinya sempat membantu Sambo. Efeknya, pemberitaan di media telah memunculkan kecurigaan terhadap tim Penasihat dan Staf Ahli Kapolri.
"Kecurigaan bahwa penasihat ahli isinya orang yang menutupi kebusukan," tulis Aryanto. "Saya kira tidak usah dibuktikan kebenarannya. Yang jelas, Fahmi Alamsyah selama ini sudah membuat frame bahwa Bapak Ferdy Sambo benar, ternyata kan tidak."
Menurut Aryanto, Fahmi patut diduga merekayasa berita di media dengan maksud mengaburkan fakta dan membangun opini sesat dengan tujuan menghalangi penyidikan. Eks Kepala Divisi Hukum Polri ini bahkan memandang Fahmi bisa dipidana.
Sedangkan Penasihat Ahli Kapolri Bidang Politik Hermawan Sulistyo memandang setidaknya Fahmi telah membohongi tim Penasihat dan Staf Ahli Kapolri. Kiki, sapaan Hermawan, juga menilai Fahmi telah membebani tim dengan atribusinya sebagai penasihat ahli.
"Sebulan dikibulin teman sendiri. Sorry, Bung Fahmi, kita harus bersikap," tulis Kiki. "Fahmi, silakan keluar."
Fahmi pun akhirnya mengundurkan diri. Kepada para Penasihat dan Staf Ahli Kapolri, ia menyampaikan permohonan maaf tanpa menjelaskan detail keterlibatannya. Fahmi hanya mengungkapkan informasi bahwa Ferdy Sambo telah mengaku sebagai orang yang paling bertanggung jawab.
"Kemarin FS sudah mengaku dan dia yang mengaku paling bertanggung jawab," kata Fahmi, dalam pernyataannya di grup, sebelum konferensi pers penetapan tersangka Sambo, Selasa, 9 Agustus 2022. "Menurut rencana, hari ini FS akan ditetapkan sebagai tersangka sekaligus mengungkap motif penembakan."
Di mata para Penasihat Ahli Kapolri, Fahmi dikenal sebagai orang yang pernah aktif di media. Berdasarkan penelusuran detikX, Fahmi memang pernah menjadi petinggi salah satu media online.
Sekretaris Staf Ahli Kapolri Aryanto Sutadi mengatakan Fahmi menjadi penasihat ahli atas rekomendasi seorang jenderal bintang dua kepada Kapolri era sebelumnya, Jenderal Idham Azis. Aryanto menyebut jenderal bintang dua itu memang punya kedekatan dengan Idham sehingga rekomendasinya didengarkan.
Meski begitu, karena kinerjanya tidak signifikan, Fahmi sempat diusulkan Aryanto kepada Kapolri Listyo untuk dipecat. Namun hingga kini Listyo belum mengeluarkan SK pengangkatan staf dan penasihat ahlinya.
"Jauh sebelum kejadian pembunuhan Yosua ini, saya seleksi anggota penasihat dan staf ahli. Saya sudah mengusulkan agar Fahmi dicopot karena tidak memiliki kapasitas," kata Aryanto.
Kepada tim detikX, Fahmi enggan memberi penjelasan lebih lanjut mengenai pengunduran diri dan keterlibatannya dalam membantu Sambo. "Mohon maaf, supaya tidak menimbulkan polemik baru, saya tidak akan berkomentar lagi," katanya melalui pesan singkat.
Fahmi, kepada tim detikNews, mengakui Sambo memang sahabatnya. Mereka dekat sejak Sambo menjadi Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya (2015-2016). Terlebih, ketika Sambo menjabat Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri.
Menurut penuturan Fahmi, pada Minggu, 10 Juli 2022, atau dua hari setelah Yosua dibunuh, Sambo menghubunginya melalui sambungan telepon. Fahmi mengklaim Sambo mengatakan telah terjadi pelecehan seksual terhadap istrinya. “Meskipun ini aib keluarga dan memalukan, tapi demi kehormatan, istri saya sudah lapor tentang pelecehan seksual ke Polres Jakarta Selatan,” kata Fahmi meniru pernyataan Sambo kepadanya.
Sambo juga mengatakan kepada Fahmi, ada media lokal di Jambi yang sudah mengetahui peristiwa di rumah dinasnya. Media lokal tersebut menanyakannya ke Polda Jambi. Fahmi pun menyarankan agar Mabes Polri merilis kasus tersebut pada Senin, 11 Juli 2022.
Fahmi kemudian membuat draf rilis berdasarkan cerita Sambo. Sambo pun, menurut Fahmi, meneruskan draf itu kepada Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo.
"Sebetulnya, faktanya seperti apa saya juga tidak tahu. Tapi saya harus percaya sebelum ada pembuktian sebaliknya,” katanya. “Saya menolong dalam rangka teman, sahabat, bukan dalam kapasitas Penasihat Kapolri.”
Fahmi Alamsyah.
Foto : Dok Pribadi
Seseorang yang dekat dengan Sambo bercerita kepada reporter detikX bahwa dirinya turut dimintai bantuan oleh Sambo. Tidak jelas bantuan yang dimaksud, tetapi sumber ini meyakini bantuan itu untuk menyusun kronologi guna dirilis ke awak media.
Kala itu, siang sebelum Mabes Polri mengumumkan kasus itu publik, Senin, 11 Juli 2022. Sambo bercerita tentang kejadian di rumah dinasnya kepada sumber ini. "Dia menceritakan peristiwa pelecehan seksual yang disertai penodongan pistol oleh Yosua kepada istrinya," kata sumber ini kepada reporter detikX pekan lalu.
Menurut sumber ini, Sambo mengatakan Yosua telah meremas payudara dan memegang bokong sambil menodongkan pistol ke arah istrinya, Putri Candrawathi. Namun dia meragukan cerita Sambo itu. "Ada relasi kuasa di sana. Saya pikir tidak mungkin Yosua melakukan pelecehan kepada istri bosnya," kata sumber ini.
Karena keraguan itu, sumber ini merekomendasikan Sambo untuk berfokus terhadap tindakan penodongan pistol. Namun Sambo menolaknya. "Tidak bisa! Ini pelecehan!" kata sumber ini menirukan ucapan Sambo kepadanya.
Permintaan bantuan Sambo pun ditolaknya. Belakangan, ia mengetahui Fahmi Alamsyah menyetujui permintaan bantuan Sambo.
Menurut Penasihat Ahli Kapolri Bidang Hukum Pidana Chairul Huda, Fahmi sudah dihubungi dan bertemu dengan Sambo di Divisi Propam Mabes Polri pada Jumat, 8 Juli 2022. Ini terjadi pada malam hari atau beberapa jam setelah Yosua dibunuh. Ketika Fahmi akan menemui malam itu, Huda menuturkan, Sambo dikabarkan sedang bertemu Kapolri Listyo.
"Jadi nggak ketemu langsung. Dia menunggu. Setelah Sambo kembali ke Divpropam, baru bertemu. Pak Sambo sempat menangis dan menceritakan apa yang terjadi kepada Fahmi," kata Huda pekan lalu.
Setelah pertemuan malam itu, Huda melanjutkan, Fahmi baru dihubungi Sambo pada Minggu, 10 Juli 2022. Di situlah Sambo meminta Fahmi membuat draf untuk keterangan pers. "Fahmi buatkan, lalu dikoreksi oleh Pak Sambo," kata Huda.
Penasihat Ahli Kapolri Bidang Politik Hermawan Sulistyo menambahkan, setelah pertemuan di ruang Divisi Propam Mabes Polri itu, Fahmi turut membantu Sambo membuat laporan polisi. "Dia membantu membuat laporan polisi juga di Polres Jakarta Selatan," katanya.
Fahmi diduga turut serta merancang kebohongan yang dinarasikan Sambo. Kebohongan tersebut kemudian disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan tiga hari setelah peristiwa atau Senin, 11 Juli 2022. Penjelasan Ahmad kemudian diragukan publik.
Baca Juga : Permufakatan Jahat Sambo di Duren Tiga
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengumumkan Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana Brigadir J, Selasa (9/8/2022).
Foto : Agung Pambudhy/detikcom
Belakangan, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo menjelaskan duduk perkaranya. Menurutnya, pernyataan Ahmad ke media kala itu hanya berdasarkan informasi dari Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Budhi Herdi dan Kepala Biro Provos Brigadir Jenderal Benny Ali.
"Wartawan menanyakan apa yang terjadi, kami tanyakan kepada pihak-pihak yang berada di TKP. Apa yang dijelaskan para pihak di TKP kami (Ahmad) sampaikan kepada media," kata Dedi.
Kapolri Jenderal Listyo sempat menyatakan sikap mengenai dugaan keterlibatan Fahmi dalam skenario Sambo. Listyo mengatakan akan memproses hukum Fahmi jika ditemukan unsur pidana.
"Kami sedang melakukan pendalaman, tim sedang bekerja," kata Listyo, Selasa, 9 Agustus 2022. "Tentunya, apabila kita temukan (unsur pidana), pasti kami proses."
Reporter: May Rahmadi
Penulis: May Rahmadi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban