Ilustrasi : Edi Wahyono
Jumat, 7 Januari 2022, malam, Acep Mahmudin disibukkan dengan masalah muridnya yang positif COVID-19 varian Omicron. Sebagai Kepala SMA Negeri 71 Jakarta Timur, Acep langsung berkoordinasi dengan puskesmas setempat dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
Keputusan yang langsung diambil Acep: menghentikan kegiatan pelajaran tatap muka (PTM) selama lima hari. Selanjutnya, dilakukan pelacakan kontak erat.
Esoknya, Acep mengadakan rapat daring bersama orang tua siswa untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi di sekolahnya.
Baca Juga : Waswas Gelombang Ketiga COVID-19 Akibat Omicron
Pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen telah digelar di Jakarta sejak Senin (3/1/2021).
Foto : Pradita Utama/detikcom
Ya memang cukup sulit melakukan tracing ini karena kita nggak tahu. Orang kan nggak ingat dia ketemu 14 hari sebelumnya sama siapa saja. Gimana kita mau nyari-nya, ya kan?”
“Semuanya support dan siap melakukan tracing dan PCR pada Senin karena Minggu puskesmas libur,” ujar Acep kepada reporter detikX akhir pekan lalu.
Acep tak yakin seorang siswanya terjangkit COVID-19 varian Omicron. Sebab, status awalnya masih probable. Namun Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Indra Setiawan dan Lurah Cipinang Cempedak terkonfirmasi bahwa murid sekolah tersebut terjangkit virus Omicron.
Acep menuturkan, pada hari pertama kegiatan PTM, murid yang positif Corona beserta ibunya datang ke sekolah. Mereka mengambil rapor dan mengikuti sosialisasi PTM. Murid tersebut dalam kondisi sehat, menggunakan masker dobel, dan membawa bekal makanan sendiri. Interaksinya terbatas.
“Jadi interaksinya hanya wali kelas dengan siswa yang ada di kelas itu,” tuturnya.
Pada keesokan harinya, murid tersebut tidak masuk sekolah karena merasakan gejala COVID-19. Dia bersama keluarganya melakukan tes usap reaksi berantai polimerase atau polymerase chain reaction (PCR). Hasilnya, murid tersebut beserta ibunya positif COVID-19. Mereka lantas melakukan isolasi mandiri di rumah dan enggan dibawa ke RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet.
SMA 71 ini bukan satu-satunya sekolah yang kegiatan PTM-nya dihentikan. Akhir pekan lalu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria bahkan mengungkapkan ada 15 sekolah, termasuk SMA 71, yang PTM-nya dihentikan. Penyebabnya, ada siswa dan guru yang terjangkit COVID-19.
Di luar kegiatan sekolah luring, persebaran varian Omicron juga terjadi. Seorang warga Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat, terjangkit virus yang tiga kali lebih menular dari varian Delta tersebut. Saat dimintai konfirmasi reporter detikX, Ketua RW 02, Kelurahan Krukut, Hadi Riswanto menegaskan langsung dilakukan micro-lockdown terhadap daerahnya. Pembatasan mobilitas warga itu dilakukan guna menjaga dan memulihkan kesehatan di lingkungannya.
Hadi menjelaskan warganya yang terjangkit COVID-19 varian Omicron tersebut memiliki riwayat perjalanan ke luar kota, yaitu ke Anyer dan Puncak. Hadi lantas menggalakkan pelacakan kontak erat. Hasilnya, terdapat 67 warga yang terkonfirmasi positif COVID-19. Sebanyak 45 orang di antaranya dievakuasi ke RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet. Sisanya melakukan isolasi mandiri.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan mayoritas varian Omicron masih berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
“Kalau kita bicara jumlah transmisi lokal, itu kan hanya 84 kasus ya, sedangkan pelaku perjalanan luar negeri kan lebih banyak, ya,” ujar Siti Nadia ketika dihubungi reporter detikX akhir pekan lalu.
Meski begitu, pemerintah Indonesia menghadapi kendala tersendiri dalam melakukan pelacakan kontak erat. Sebab, sebagian besar masyarakat tidak ingat terhadap riwayat perjalanan dirinya.
“Ya memang cukup sulit melakukan tracing ini karena kita nggak tahu. Orang kan nggak ingat dia ketemu 14 hari sebelumnya sama siapa saja. Gimana kita mau nyari-nya, ya kan? Dia ketemu siapa, dia nggak pakai masker di mana itu. Kan sulit ya melakukan tracing-nya,” ungkapnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktaviani mengungkapkan kendala lain dalam melakukan tracing mata rantai penularan COVID-19. Menurutnya, kebanyakan pasien kurang kooperatif dan belum mau menerima terkait kondisi yang dialaminya.
“Kalau orang masih belum mau nerima, masih denial, kan berarti harus dijelaskan dulu. Kemudian dibangun trust-nya kepada petugas kesehatan yang melakukan wawancara. Wawancara itu tidak bisa juga sekali langsung tergali info pentingnya. Mungkin harus sampai beberapa kali,” ujar Dwi kepada reporter detikX akhir pekan lalu.
Suasana Pembelajaran Tatap Muka 100% di Jakarta.
Foto : Andhika Prasetia/detikcom
Dwi memaklumi kendala tersebut. Menurutnya, skill tenaga pelacakan kontak erat untuk membangun trust kepada pasien COVID-19 itu penting. Kemampuan melakukan pendekatan secara baik terus dilatih seiring dengan berjalannya waktu.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan saat ini lebih dari 500 orang terkena COVID-19 varian Omicron yang dirawat di rumah sakit. Sebagian besar sudah sembuh dan pulang.
“Yang pulang sudah 300-an, yang butuh oksigen hanya 3, dan itu pun masuk kategori ringan. Jadi tidak perlu sampai ventilator, masih oksigen biasa yang dipasang di mulut, tidak dimasukkan ke dalam,” kata Budi akhir pekan lalu.
Sedangkan epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono berharap masyarakat tidak panik terhadap varian Omicron. Sebab, sejauh ini varian Omicron ini tidak separah varian Delta.
“Kita kan sudah pengalaman dengan Delta. Nah, itu kita perkuat lagi, jangan kemudian kita bingung sendiri, panik sendiri.” ujar Pandu saat dihubungi reporter detikX akhir pekan lalu.
Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Syailendra Hafiz Wiratama
Penulis: Syailendra Hafiz Wiratama
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban