INVESTIGASI

Setelah Amien Rais Pergi

Keluarnya Amien Rais membuka jalan lapang bagi PAN untuk merapat ke Jokowi-Ma’ruf. Keinginan yang terpendam sejak tiga tahun lalu.

Ilustrator: Mindra Purnomo

Selasa, 7 September 2021

Di Rumah PAN di bilangan Jakarta Selatan, Selasa, 31 Agustus 2021, Partai Amanat Nasional (PAN) mendeklarasikan resmi bergabung dengan koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin melalui Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PAN. Peserta Rakernas siang itu pun satu suara dengan langkah politik tersebut.

“Rakernas menyetujui PAN berada di posisi partai koalisi pemerintah dalam rangka perjuangan politik untuk membawa kebaikan dan memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara,” ujar Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi kepada detikX pekan lalu.

Gestur partai berlambang matahari terbit itu sudah terang benderang terlihat saat enam hari sebelumnya, 25 Agustus 2021, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan bersama dengan Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno menghadiri pertemuan partai koalisi pemerintah di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat. Jokowi pun memperkenalkan PAN sebagai anggota baru koalisi kepada pimpinan partai politik yang hadir pada hari itu.

Sumber detikX yang merupakan kader PAN membisikkan, sebelum diundang ke Istana, Zulhas--sapaan akrab Zulkifli Hasan--beberapa kali telah bertemu dengan Jokowi didampingi Menteri Sekretariat Negara Pratikno dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. “Proses sampai kami (PAN) bergabung dengan pemerintah lancar. Saya pikir ini memang sudah ada keinginan dari kedua belah pihak bahwa PAN bergabung dengan pemerintahan,” ujar sumber itu pekan lalu.

Bergabungnya PAN dengan koalisi pemerintah salah satu penyebabnya adalah kedekatan hubungan Zulhas dengan Jokowi. Menteri Kehutanan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu telah mengenal Jokowi sejak menjabat sebagai Gubernur Jakarta pada 2012. “Pak Zul aktif mempromosikan program penanaman pohon di seluruh Indonesia, lalu ia bekerja sama dengan pemerintah daerah. Nah, waktu itu kan Pak Jokowi menjabat Gubernur Jakarta. Dari situ awal mula kedekatan mereka,” ujarnya.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Sekjen PAN Eddy Soeparno saat mengikuti pertemuan partai koalisi pemerintah di Istana Kepresidenan, 25 Agustus 2021.
Foto : Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden

Sekjen PAN Eddy Soeparno mengatakan keinginan PAN bergabung dengan partai koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf sudah ada saat Pilpres 2019. Lobi-lobi politik sudah dilakukan PAN kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai pendukung utama Jokowi-Ma’ruf. “Dua hari sebelum PAN mengumumkan pencapresan Prabowo-Sandi, sebelum pilpres. Saya bicara dengan Sekjen PDIP Mas Hasto Kristiyanto, ‘Mas, kita insyaallah akan bergabung dengan koalisi Mas Hasto,'” ujar Eddy dalam diskusi Para Syndicate secara daring.

Tetapi PAN kemudian mengurungkan niatnya. Pendiri dan tokoh senior PAN Amien Rais menjadi salah satu penyebab PAN berubah haluan. Pada Pemilihan Presiden 2019, PAN kemudian berkoalisi dengan PKS, Gerindra, dan Demokrat mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Sumber detikX yang merupakan anggota aktif PAN bilang pimpinan PAN sempat menyepakati keputusan informal akan maju sebagai partai pendukung Jokowi-Ma’ruf. Namun, kepada wartawan, Amien Rais lebih dulu mengumumkan sikap PAN: tidak akan mendukung Jokowi saat Pilpres 2019. “Secara informal sudah kita putuskan di dalam, lalu sempat komunikasi juga terhadap pihak Istana, tapi kemudian gagal karena Pak Amien, kan,” tuturnya.

Saya sudah tidak di PAN lagi. Saya tidak setuju dengan rezim yang sudah tidak ketulungan itu, sementara mereka tetap yakin bahwa bergabung rezim Jokowi akan dapat logistik, akan dapat segala macam."

Sejak 2018, gejolak di lingkup internal PAN kian panas karena dualisme kepemimpinan PAN yang bertolak belakang. Pertama, niat Zulhas menjadi ketua partai dua periode yang tidak disetujui Amien Rais. Kedua, keinginan Zulhas mendukung Jokowi dan Ma’ruf sejak Pilpres 2019. “Dari awal memang juga sudah banyak pertentangan antara Pak Amin dan Pak Zul. Pak Amin lebih setuju Mulfachri Harahap untuk menjadi ketua umum,” ujar sumber detikX.

Pembahasan dukungan capres di Rakernas V PAN yang digelar 9 Agustus 2018 di Hotel Millennium, Tanah Abang, Jakarta Pusat, diwarnai kericuhan. Kader partai saling dorong akibat perbedaan pendapat antara kubu Amien Rais dan kubu Zulhas. “Saat itu terjadi perbedaan dua pemikiran, yaitu ingin bergabung dan tetap ingin di luar pemerintah. Saya, Bara Hasibuan, dan sebagian besar DPW menghendaki bergabung dengan Pak Jokowi, tetapi pak Amin Rais dan kawan-kawan menghendaki keluar dari pemerintah,” ujar Viva Yoga.

Sandiaga Uno memijat Prabowo pada saat debat capres-cawapres Pilpres 2019
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Setelah kekalahan Prabowo-Sandiaga pada Pilpres 2019, PAN tidak mendapat apa-apa. Tidak ada keuntungan elektoral di pileg, tidak ada pula kursi jatah kabinet. Kontestasi internal partai pun mencuat keluar, Amien terus menentang keinginan Zulhas, yang ingin kembali mencalonkan diri menjadi Ketua Umum PAN periode 2020-2025.

Meski Amien tak merestui, Zulhas pada akhirnya terpilih kembali menjadi Ketua Umum PAN setelah memperoleh 331 dari 562 suara sah dalam Kongres V PAN di Kendari pada Februari 2020. Melalui video yang diunggah di Instagram oleh @amienraisofficial seperti dilihat tim detikcom, Rabu, 26 Februari 2020, pukul 18.43 WIB, yang kemudian tak lama dihapus, eks Ketua Dewan Kehormatan PAN itu meminta pemerintah tidak mengesahkan kepengurusan PAN 2020-2025.

“Saya minta pemerintah yang berwenang jangan dulu mengesahkan hasil Kongres Nasional PAN yang demikian gawat, maaf, memalukan. Membuat aib demokrasi. Maaf, maaf, maaf," ucap Amien. Zulhas tetap menjadi Ketua Umum PAN 2020-2025 yang sahih. Kegagalan Amien mempromosikan Mulfachri Harahap kemudian mendorongnya untuk mengundurkan diri dari PAN. Seperti dikutip melalui CNNIndonesia, Amien mengatakan tidak lagi di PAN karena tidak sejalan dan tidak setuju PAN bergabung dengan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.

“Saya sudah tidak di PAN lagi. Saya tidak setuju dengan rezim yang sudah tidak ketulungan itu, sementara mereka tetap yakin bahwa bergabung rezim Jokowi akan dapat logistik, akan dapat segala macam,” ujar Amien pada pertengahan 2020.

Puncak berakhirnya dominasi politik trah ‘Rais’ di kepengurusan PAN disusul oleh Hanafi Rais, yang kemudian mengikuti jejak ayahnya mengundurkan diri melalui surat tertanggal 5 Mei 2020. Melalui surat yang diteken sendiri olehnya, Hanafi mengundurkan diri dari anggota DPR RI Fraksi PAN periode 2019-2024, sekaligus hengkang dari keanggotaan PAN.

Amien Rais saat mendeklarasikan Partai Ummat 29 April 2021
Foto : YouTube

Kekecewaan Amien terhadap PAN mendorongnya membentuk partai baru. Dengan dukungan dari enam dewan pimpinan wilayah dan 183 dewan pimpinan daerah yang dikumpulkan oleh loyalisnya, Amien mengumumkan Partai Ummat pada 1 Oktober 2020 melalui kanal YouTube. Menantu Amien, Ridho Rahmadi, menjadi ketua partai anyar tersebut. Partai Ummat lalu dideklarasikan pada 29 April 2021

Saat menjadi pembicara di acara ‘Kuliah Politik untuk Ummat’ yang disiarkan secara daring, Sabtu, 28 November 2020, Amien menyatakan kekecewaannya terhadap PAN. Sebab, menurutnya, PAN telah keluar dari asas nilai-nilai Islam serta menyembunyikan Islam sebagai jati diri pembentuknya. “Maka keputusannya itu keputusan yang banci sehingga Partai PAN berasaskan nilai keagamaan rahmatan lil alamin, malah jadi Islam disembunyikan,” pungkas Amien.

Kini PAN telah bergabung dengan koalisi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Isu liar menyebutkan jabatan tertentu di kabinet telah dipersiapkan untuk partai bungsu di koalisi Jokowi-Ma’ruf. Zulhas mengatakan PAN akan mengambil peran dalam koalisi sebagai jembatan antara umat Islam dan pemerintah. “PAN akan mengisi peran penting ini. Harus ada yang mengisi peran ini. Komunikator. Jembatan. Solidarity maker. Pemerintah dan Islam tidak boleh berjauhan, apalagi dibentur-benturkan,” ucap Zulhas.


Penulis: Rani Rahayu
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE