INTERMESO
detikcom Awards 2023
Banyak jalur untuk memerangi kemiskinan. Dan pendidikan adalah sarana yang mujarab untuk memberantas kemiskinan itu.
Foto: Seorang siswa SMKN Jateng Kampus Purbalingga sedang mengoperasikan alat di jurusan teknik permesinan (Dok SMKN Jateng Kampus Purbalingga)
Jumat, 13 Oktober 2023Sudah empat tahun ini Rafli Saputro bekerja di Jepang. Ia harus meninggalkan orang tua dan tanah kelahiran di Kudus, Jawa Tengah, untuk menggapai cita-cita dan kehidupan yang lebih baik. Di Negeri Sakura, sejak 2019, Rafli menjadi karyawan di sebuah vendor perusahaan elektronik kenamaan.
Bekerja di luar negeri, Rafli bisa memperoleh pendapatan yang lumayan tinggi. Setiap bulannya, ia mengantongi gaji sekitar Rp 15 juta. Meski di Jepang banyak potongan pajak pendapatan, Rafli hanya membayar 60 persen untuk indekos. Selebihnya dibayarkan oleh perusahaan.
Alhasil, ia masih dapat menyisihkan penghasilannya untuk tabungan masa depan. Selain itu, ia rutin mengirimkan uang kepada orang tuanya setiap bulan. Bahkan Rafli sudah bisa membahagiakan ibu dan adiknya dengan membelikan barang-barang yang sebelumnya tak sanggup untuk dibeli.
Potret siswa-siswi SMKN Jateng Kampus Semarang (Dok. SMKN Jateng Semarang)
Foto: Dok SMKN Jateng Semarang
Rafli tak berhenti bersyukur hidupnya kini menjadi lebih berkecukupan. Anak keempat dari lima bersaudara ini dibesarkan dalam keluarga yang kurang mampu. Ibunya hanyalah seorang buruh linting tembakau, sedangkan ayahnya sudah tak bekerja karena sakit. Untuk makan sehari-hari saja, keluarga Rafli sebagian mengandalkan bantuan beras dari pemerintah.
Orang tua pada saat itu juga berusaha, tapi ekonominya memang lagi berkurang. Adik juga mau masuk SMP.”
Kehidupan Rafli dan keluarganya berubah sejak ia mendapat kesempatan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Jawa Tengah di Kabupaten Pati. SMKN Jateng adalah sekolah kejuruan milik Pemerintah Provinsi Jateng yang dikhususkan untuk warga miskin.
Rafli adalah alumnus SMKN Jateng Kampus Pati angkatan I tahun 2017. Ia mengaku beruntung dapat mengenyam pendidikan di sekolah tersebut secara gratis. Tidak hanya biaya pendidikan, namun fasilitas lainnya, termasuk asrama, seragam, dan kebutuhan hidup sehari-hari, juga disediakan pemerintah.
Sedangkan pada saat itu Rafli terancam tidak bisa melanjutkan sekolah sehabis lulus SMP karena keadaan keluarga. “Orang tua pada saat itu juga berusaha, tapi ekonominya memang lagi berkurang. Adik juga mau masuk SMP,” kenang Rafli dalam tayangan bincang-bincang Ganjar Pranowo dan alumni SMKN Jateng yang diunggah di situs YouTube, Agustus, lalu.
Rafli bercerita, ia tahu adanya SMKN Jateng dari guru bimbingan konseling di SMP. Tak hanya menyarankan mendaftar, sang guru juga membantu agar Rafli berhasil lolos seleksi SMKN Jateng di Semarang. “Saya sampai dikasih uang transportasi untuk ke Semarang,” kata Rafli, yang memilih jurusan teknik bodi otomotif di SMKN Jateng Semarang.
Alumnus SMK Jateng lainnya, Nanda Fatih, juga mengungkapkan hal yang sama. Sebagai remaja perempuan yang berasal dari keluarga kurang berada, ia merasa sangat terbantu oleh adanya SMKN Jateng. Ibunya hanya seorang pedagang kelontong yang berpenghasilan pas-pasan, sedangkan sang ayah sudah meninggal. “Saya mendaftar di (SMKN Jateng) Semarang karena ingin meringankan beban orang tua,” katanya.
Nanda adalah alumnus SMKN Jateng Kampus Semarang tahun 2022. Setelah menamatkan pendidikan di SMKN Jateng, Nanda langsung diterima bekerja sebagai pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI). Bahkan saat ini dia didapuk menjadi menjadi sekretaris kepala daerah operasi. “Semoga saya bisa membahagiakan ibu dengan gaji saya,” katanya.
***
Ketika dilantik menjadi gubernur pada 2013, Ganjar dihadapkan pada problem kemiskinan di Jateng. Salah satu upaya untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan itu adalah melalui jalur pendidikan. Ia pun menginisiasi SMKN Jateng sebagai lembaga pendidikan untuk anak-anak berprestasi dari keluarga tidak mampu.
Ganjar menggagas sekolah kejuruan gratis untuk masyarakat miskin, di mana murid-muridnya dididik untuk siap bekerja. Ketika sudah lulus dan mendapatkan pekerjaan yang layak, diharapkan murid-murid tersebut kelak akan mampu meningkatkan taraf hidup keluarga, bahkan ikut memupus kemiskinan di sekitar tempat tanggal mereka.
“Kami serius mengikis kemiskinan. Visinya sekolah ini adalah pelopor, penggerak pemberantasan kemiskinan. Lulusannya setelah lima tahun harus bisa mengentaskan kemiskinan dirinya dan lingkungannya,” kata Ganjar kepada detikcom, Kamis 16 Maret 2023.
Di berbagai kesempatan, Ganjar juga mengungkapkan inspirasi pendirian SMKN Jateng berasal dari kondisi kehidupan ekonomi keluarganya di saat kecil yang serbakurang. Kedua orang tuanya harus bersusah payah untuk menyekolahkan Ganjar dan kelima saudara kandungnya.
Ganjar membuat terobosan dengan mendirikan sekolah kejuruan tingkat provinsi. Langkah ini terhitung berani, karena ia membuat sekolah gratis dan dengan sistem asrama (boarding). Hal itu menyedot anggaran cukup besar. Setiap tahun, Rp 30 miliar digelontorkan untuk membiayai sekolah itu.
Kini, SMK Jateng sudah mempunyai tiga kampus, yaitu di Semarang, Pati, dan Purbalingga. Berbagai jurusan disediakan, mulai teknik konstruksi dan properti, teknik kendaraan ringan, teknik instalasi tenaga listrik, teknik elektronika industri, teknik permesinan, pengelasan, hingga agribisnis pengolahan hasil pertanian.
Tahun 2023 ini, terdapat total 258 siswa-siswi yang lulus dan merupakan angkatan ketujuh dari tiga kampus yang ada. Perinciannya adalah 118 lulusan SMKN Jateng Kampus Semarang, 92 siswa lulusan SMKN Jateng Kampus Purbalingga, dan 48 siswa lulusan SMKN Jateng Kampus Pati.
Disebutkan juga, 70 persen lulusan sudah terserap di dunia kerja dengan rincian 113 lulusan sudah diterima kerja, 22 lulusan diterima kuliah, 35 lulusan ikut kursus bahasa Jepang untuk kerja dan kuliah ke Jepang, 10 lulusan ikut kursus bahasa Jerman. Sedangkan 78 lulusan lainnya pada bulan Mei masih berproses mengikuti rekrutmen perusahaan, termasuk TNI, Polri, maupun perguruan tinggi.
Tidak hanya berhenti pada tiga sekolah, Ganjar mengembangkan SMKN Jateng dengan sistem semi-boarding untuk menampung lebih banyak siswa tak mampu. Hingga sekarang, sudah ada 15 SMKN dengan sistem semi-boarding yang dirintis di 15 kabupaten/kota. Dalam sistem tersebut, siswa belajar dengan yang siswa reguler, namun mereka tinggal di asrama.
SMKN Jateng yang diinisiasi Ganjar mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Bahkan, pada 30 Agustus 2023, Presiden Joko Widodo juga berkunjung ke SMKN Jateng Semarang untuk melihat langsung proses belajar mengajar di sekolah tersebut.
“Kalau saya melihat SMK di provinsi lain, ini juga jauh lebih bagus. Mesin-mesinnya sampai ke CNC (computer numerical control) semua mesin dasar. Kemudian me-link-kan dengan industri,” kata Jokowi.
Atas keberhasilan mengembangkan SMKN Jateng itu pula, Ganjar dianugerahi penghargaan detikcom Awards pada 21 September lalu. Ganjar mendapatkan penghargaan sebagai ‘Tokoh Pendongkrak Kualitas Pendidikan Keluarga Miskin’.
Penghargaan itu diberikan langsung oleh Chairman CT Corp Chairul Tanjung kepada Ganjar dalam malam penganugerahan detikcom Awards 2023 di Hotel The Westin, Jakarta. Selain Ganjar, beberapa tokoh nasional juga mendapatkan penghargaan dalam berbagai kategori pada malam itu.
Penyerahan tropi penghargaan "Tokoh Pendongkrak Kualitas Pendidikan Keluarga Miskin" dari Chairman CT Corp Chairul Tanjung kepada mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
Foto: Ari Saputra/detikcom
Penilaian dilakukan oleh Komite Assessment detikcom melalui serangkaian riset dengan menggunakan data-data valid sepanjang Juli hingga September 2023. Ganjar pun dinilai telah membuat gebrakan baru bagi upaya pengentasan kemiskinan melalui jalur pendidikan.
Pendirian SMKN setingkat provinsi merupakan yang pertama di Indonesia dan bahkan selanjutnya menjadi role model bagi daerah-daerah lainnya. Di samping itu, kebijakan tersebut sangat berdampak pada peserta didik maupun keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Ganjar dalam sambutannya mengatakan, selain ide pendirian SMKN Jateng terinspirasi oleh pengalaman masa kecilnya sendiri, ia juga melihat banyaknya anak yang tak mendapat akses pendidikan dengan bagus. Dirinya cukup merasa surprise ketika mengetahui lulusan-lulusan SMKN Jateng banyak yang berhasil.
“Dan yang mengharukan adalah, ‘Hei, kamu sekarang sudah lulus, kamu ada di mana?’ ‘Saya di Korsel, Pak’. ‘Saya di Jepang, Pak.’ ‘ Saya kerja di BUMN’ ‘Saya jadi TNI, Polri’. ‘Saya kuliah, Pak.’ ‘Sekarang saya sudah bayar utang orang tua.’ ‘Saya sudah bikinkan rumah orang tua.’ Dan mereka sekarang hidupnya lebih baik karena pendidikan. Terima kasih untuk detikcom,” ujar Ganjar.
Penulis: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban