INTERMESO

Risiko dan Cuan Pacar Sewaan

“Enaknya memang dibayar sih, tapi yang orang nggak tahu, kerjaan kayak gini tuh nguras mental juga."

Ilustrasi: Edi Wahyono

Minggu, 22 Mei 2022

Dari tadi sebuah handphone berwarna putih tak berhenti berdering. Bella, begitu dia ingin disapa, memang sengaja mengabaikan panggilan masuk itu, namun lama kelamaan dia jengah juga. Dengan terpaksa ia meladeni suara di ujung telepon.

“Kamu ke mana aja, sih, beb? Aku, kan, kangen mau denger suara kamu,” samber laki-laki yang menelepon Bella tanpa menyapa. Ia pun tidak memberikan kesempatan Bella untuk bicara lebih dahulu.

Bella yang sudah terlanjur malas menghadapi laki-laki itu lalu menghidupkan fitur pengeras suara di handphone-nya dan membiarkan dia berceloteh panjang lebar. Sementara Bella sibuk dengan laptop di depan pangkuannya.

“Aku, tuh, lagi Work From Home di rumah, tapi dia nelfonin aku terus,” geram Bella saat bercerita kepada detikX. “Masa aku harus ngeladenin dia 24 jam? Aku kan juga punya kerjaan.”

Namun, Bella tidak kuasa menolak permintaan laki-laki itu untuk ditemani lewat sambungan telepon. Bella sudah setuju untuk menjadi pacar sewaan dengan upah sebesar Rp 250 ribu. Laki-laki itu tinggal di Jakarta dan Bella menetap di Semarang. Karena terpaut jarak, mereka berdua menjalani LDR alias Long Distance Relationship yang kontraknya hanya akan berlangsung selama dua minggu.

“Enaknya memang dibayar, sih, tapi yang orang nggak tahu, kerjaan kayak gini, tuh, nguras mental juga,” ucap Bella.

Sudah delapan bulan belakangan ini Bella terjun ke bisnis jasa sewa pacar. Bella bergabung dengan sebuah manajemen yang berbasis di Twitter. Saat itu Bella mempunyai banyak waktu luang karena pekerjaan utamanya sebagai admin di sebuah toko online tidak terlalu banyak menyita waktu dan bisa dilakukan dari rumah. Alasan itu yang membuatnya terpikirkan untuk mencari pekerjaan tambahan.

“Aku cuma mikirnya lumayan, nih, buat tambahan penghasilan. Lagian aku juga masih single, nggak ada yang keberatan kalau aku jadi pacar sewaan,” katanya.

Ilustrasi pacaran
Foto: Shutterstock

Jika orang-orang lain ada yang membuka bisnis jasa sewa pacar secara mandiri, Bella sengaja memilih untuk bergabung dengan sebuah manajemen supaya dirinya punya tempat melapor jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena berdasarkan pengalamannya selama ini, laki-laki yang ditemui oleh perempuan berusia 23 tahun ini kerap kali bertingkah laku aneh.

“Kebanyakan aneh-aneh. Perbandingannya antara yang aneh dan normal itu 8:2,” ungkap Bella. Itu pula yang menyebabkan Bella tidak bisa cinlok alias cinta lokasi dengan laki-laki yang ia temui. “Rata-rata cowok yang pakai jasa aku itu antara kesepian, nggak pernah punya pacar atau pura-pura nggak punya pacar juga ada.”

Seperti laki-laki barusan yang minta diperhatikan sepanjang hari entah itu melalui chat, telepon maupun video call. Mentang-mentang membayar jasa Bella, mereka pikir bisa menyuruh Bella melakukan apa saja. Termasuk meminta Bella untuk mengirimi foto selfie sebelum tidur.

“Aku nggak bisa ngomong 'nggak'. Kalau nolak dengan berbagai alasan nanti dikiranya aku nggak profesional. Misalnya aku nolak karena bilang udah capek, itu nggak bisa aku lakuin,” keluh Bella. Menemani punya masalah kejiwaan. “Ya udah pernah ketemu orang depresi tingkat akut dia gak bisa seneng, ditinggal sebentar ngerasa nggak merhatiin.”

Demi meladeni klien yang telah membayarnya, Bella bisa saja menahan sabar. Tapi Bella paling tidak bisa mentolerir jika ada klien yang berbuat tidak sopan kepadanya, seperti mengirimkan gambar tidak senonoh. "Akhirnya langsung di blok sama manajemen. Itu sudah ada rules-nya,” tegas Bella.

Daniel, bukan nama sebenarnya, juga mengaku pernah menggunakan jasa sewa pacar semacam ini. Laki-laki berusia 27 tahun yang meminta identitasnya dirahasiakan ini sempat kesal dengan mantan pacarnya. Perempuan itu ketahuan selingkuh lalu pacaran dengan selingkuhannya. Daniel begitu kesal karena ia belum sempat balas dendam. Hingga akhirnya mereka bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan kerabatnya. Daniel yang pada saat itu belum ada gandengan akhirnya memakai jasa sewa pacar untuk menemaninya kondangan.

“Waktu itu gua sengaja nyewa cewek yang jauh lebih cantik dari dia supaya dia nyesel,” kata Daniel yang setelah diingat-ingat, ia malu juga dengan tingkahnya sendiri. Untuk membaca pacar palsu itu ke kondangan, Daniel memberikannya upah sebesar Rp 300 ribu. Belum termasuk dengan ongkos bensin yang harus ia keluarkan untuk menjemput pacar bohongannya itu.

Ilustrasi pacaran
Foto : Agung Pambudhy/detikcom

Sandy Lim baru enam bulan mendirikan Somebuddy, sebuah bisnis berbasis website yang ditujukan untuk mencari teman maupun pacar sewaan. Melalui teman atau pacar sewaan itu, Sandy berharap pengguna jasanya dapat melakukan berbagai aktivitas bersama. Seperti jalan-jalan atau berburu kuliner hits.

“Kalau kita kebanyakan request-nya diminta untuk temenin curhat, kondangan, acara keluarga atau manas-manasin mantan pacar yang baru putus juga pernah,” katanya. Saat ini mitra yang telah bergabung berjumlah 300 orang di seluruh Indonesia. Namun, yang masih aktif ada sekitar 50 hingga 100 orang dan kebanyakan didominasi perempuan.

Persyaratan untuk menjadi mitra Somebuddy cukup mudah. Calon mitra harus berusia 17 tahun dan memiliki KTP. Sudah mendapatkan vaksin COVID-19 dosis ke dua dan menyerahkan SKCK. Menurut Sandy, penghasilan yang didapatkan mitranya lumayan, apalagi jika mitranya sudah memiliki basis pengikut di sosial media.

Payment rate kami mulai dari Rp 50 ribu sampai Rp 1 juta atau bahkan lebih. Harga tergantung mitra sendiri yang set harganya. Salah satunya ada mitra kami, dia kalau nggak salah semacam influencer atau selebgram. Pokoknya pernah diundang di Podcast Nikita Mirzani. Buat jalan sama dia bayarnya Rp 1,5 juta per jam,” kata laki-laki berusia 33 tahun ini. Ia juga memiliki bisnis lain di bidang digital.

Meski usia bisnisnya masih tergolong sangat muda, Sandy optimis bisnis penyewaan teman sekaligus pacar ini akan semakin banyak dikenal dan digunakan orang.

“Kedepannya bisa jadi banyak orang yang membutuhkan buddies. Kita bisa membuka lapangan kerja untuk orang-orang yang hobinya jalan dan punya personality friendly, bisa bikin nyaman orang lain. Siapa tahu suatu hari bisa jadi main job mereka,” kata Sandy. Ia juga berwacana untuk membuka jasa sewa keluarga seperti di Jepang. “Kita ke depan pengen, sih, rekrut mitra usia lansia. Mereka bisa jadi disewa oleh anak-anak yatim misalnya yang ingin merasakan kasih sayang orang tua. Atau untuk lansia kesepian yang sudah ditinggal pasangannya.”


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE