JFK, Jackie, Connally, dan Nellie sebelum penembakan di Dallas, Texas, 22 November 1963.
Foto Victor Hugo King/Library Congress
Jumat, 24 Desember 2015Otoritas pemerintah Amerika Serikat mempublikasikan 1.491 dokumen hasil penyelidikan pembunuhan Presiden John Fitzgerald Kennedy (JFK), Rabu, 15 Desember 2021. Dokumen berumur 58 tahun tersebut berisi informasi hasil penyelidikan yang dilakukan Central Intelligence Agency (CIA) dan Federal Bureau of Investigation (FBI). Banyak yang tak puas karena dianggap masih ada yang ditutup-tutupi.
Melongok ribuan dokumen yang diunggah Arsip Nasional Amerika Serikat itu, tak semua terkait hasil penyelidikan terhadap Lee Harvey Oswald, pelaku pembunuhan Kennedy. Malah sebagian besar terkait pemantauan terhadap aktivitas intelijen, geng mafia, baik di AS, Meksiko, Kuba, maupun beberapa negara di Amerika Latin. Juga pemantauan terhadap aktivitas gerakan komunis pro-Kuba dan Uni Soviet serta kelompok anti-Fidel Castro.
Tampaknya sejumlah agen FBI dan CIA dikerahkan setelah terbunuhnya Kennedy untuk mencari orang-orang yang diduga bertemu dengan Oswald ketika berada di Minsk (Belarus), Moskow (Rusia), New Orleans, dan Meksiko. Penyelidikan serempak dilakukan sejak 24 November 1963, dua hari setelah JFK terbunuh di Dallas, Texas, pada 22 November 1963.
Baca Juga : Mantan Tentara Kutu Buku Pembunuh Kennedy
Presiden AS John F Kennedy dan PM Uni Soviet Nikita S. Khrushchev bertemu di Wina, Austria, Juni 1961.
Foto: JFK Library
Satu dokumen yang sempat dibaca detikX adalah terkait upaya ekstensif pemerintah AS untuk memata-matai dan mempengaruhi pemerintahan komunis Fidel Castro di Kuba. Yaitu terkait operasi ‘Mongoose’ pada 1961-1968. Operasi rahasia tersebut dijalankan setelah kegagalan penyerbuan paramiliter anti-Fidel Castro dukungan pemerintah AS dalam Perang Teluk Babi (Playa Giron) di Kuba selama lima hari, 14-19 April 1961.
Operasi Mongoose dilakukan sebuah unit khusus CIA dengan nama sandi JMWAVE, yang bermarkas di Coral Gables, Miami, Florida. Isu Kuba memanas sejak debat kampanye Pemilihan Presiden AS 1960 antara calon presiden petahana Wakil Presiden Richard Milhous Nixon melawan senator Massachusetts John F Kennedy. Dalam kampanye, Kennedy sering mengkritik kebijakan Presiden Dwight David Eisenhower dan Nixon. Alasannya, keduanya dianggap tak bisa mengusir Fidel Castro dari Kuba.
Nixon secara diam-diam dan rahasia terus menjalankan operasi di Kuba. Ketika terpilih menjadi presiden pada 20 Januari 1960, Kennedy justru dianggap enggan melanjutkan operasi tersebut. Hal itulah yang menyebabkan kekalahan dalam perang Teluk Babi. Akhirnya pemerintahan Kennedy dan Lyndon Baines Johnson mengizinkan orang buangan dari Kuba dilatih, dipersenjatai, dan dibina oleh JMWAVE.
JMWAVE langsung dikendalikan Jaksa Agung AS, yang tak lain adalah adik kandung Kennedy, yaitu Robert Francis Kennedy (Bobby). Hal itu seperti dilansir situs White House (Gedung Putih) yang mengutip buku karya Frank Freidel dan Hugh Sidey (2006) berjudul ‘The Presidents of the United States of America’. Unit khusus CIA itulah yang melatih orang Kuba untuk menggulingkan rezim Fidel Castro, tapi gagal.
Selanjutnya, Kennedy terus menekan Kuba dengan memberlakukan karantina semua senjata ofensif (rudal) dari Rusia menuju negara itu. Kennedy juga membantu kekuatan militer Jerman Barat untuk melawan kekuatan Jerman Timur, yang disokong Uni Soviet. Pemerintahan Kennedy membantu kudeta pemerintahan Irak yang tengah dipimpin Abdul Karim Qasim. Menjalin aliansi kerja sama keamanan dan militer dengan Israel.
Perseteruan AS dengan Uni Soviet berlanjut pada masalah perlombaan antariksa, terkait program Apollo dan Vostok. Kebijakan Kennedy di kawasan Asia Tenggara juga memicu perang Vietnam. Belum lagi soal persenjataan nuklir. Walau begitu, Kennedy sempat bertemu dengan Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev, membahas larangan uji coba nuklir di Wina, Austria, pada Juni 1961.
Lee Harvey Oswald dikawal sejumlah polisi sebelum ditembak Jack Ruby, 24 November 1963.
Foto : Bettmann/Getty Images
Perseteruan AS dengan Uni Soviet berlanjut pada masalah perlombaan antariksa, terkait program Apollo dan Vostok. Kebijakan Kennedy di kawasan Asia Tenggara yang memicu perang Vietnam. Belum lagi soal persenjataan nuklir. Walau begitu, Kennedy sempat bertemu dengan Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Sergeyevich Khrushchev, membahas larangan uji coba nuklir di Wina, Austria, pada Juni 1961.
Satu dokumen menarik yang diunduh dari Catatan Pembunuhan Kennedy adalah Arsip Nasional AS bernomor 201-289248 berupa memo Wakil Direktur Perencanaan Pusat Intelijen (CIA), Richard McGarrad Helms, kepada penasihat umum Komisi Warren, J Lee Rankin, pada 22 Mei 1964. Dalam memonya, Helms melampirkan satu file laporan Atase Angkatan Laut Amerika (US Navy) kepada Stasiun CIA di Canberra, Australia, pada 24 November 1963.
Laporan berisi salinan telepon seseorang anonim ke stasiun biro CIA di Canberra, satu hari setelah penembakan Kennedy, 23 November 1963. Penelepon mengatakan pemerintah Uni Soviet telah mendanai pembunuhan Kennedy. Rupanya isi telepon itu sama dengan sebuah kode rahasia yang sempat dikirimkan sebelumnya pada 15 Oktober 1962. Tapi hal itu tak diketahui pihak stasiun biro CIA di Canberra.
Setelah dipecahkan, kode panggilan tersebut berisi rencana Negara Tirai Besi membayar US$ 100 ribu untuk pembunuhan Presiden Kennedy. Salinan kode dikirimkan ke Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, FBI, hingga Secret Service. Sayangnya, otoritas keamanan Australia tak bisa melacak lebih jauh identitas si penelepon yang disebutkan orang Polandia bekerja di Kedubes Uni Soviet di Canberra.
Lalu dokumen CIA lainnya bernomor 429-149 berisi penyadapan telepon Lee Harvey Oswald dengan orang Kedubes Uni Soviet di Meksiko, 28 September 1963. Sekitar dua bulan sebelum penembakan Kennedy, Oswald berada di Mexico City. Oswald berbicara dengan bahasa Rusia yang terbata-bata dengan seorang konsul bernama Valerie Vladimirovich Kostikov, yang diyakini CIA sebagai agen Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB).
Penulis memo CIA itu menyebut dirinya diberi tahu oleh salah satu staf FBI bahwa diyakini kunjungan Oswald ke Mexico City untuk mendapatkan paspor atau visa menuju Kuba. Dokumen lainnya bertanggal 24 November 1963 menunjukkan Direktur FBI John Edgar Hoover menanggapi kematian Oswald di tangan Jack Ruby (Jack Rubenstein), pemilik tempat hiburan malam di Dallas, Carousel Club. “Tidak ada kelanjutan dalam kasus Oswald selain dia tewas,” kata Hoover dalam memonya.
Judul Foto: Presiden AS John F Kennedy tertembak di Dallas, Texas, 22 November 1963.
Foto: Mary Evans, Ronald Grant Archive/LA Times
Hoover menyebut, malam sebelum Oswald tewas, kantor FBI di Dallas menerima telepon dari ‘seorang pria yang berbicara dengan tenang’. Si penelepon menyebut dirinya anggota komisi untuk membunuh Oswald. Setelah adanya panggilan telepon itu, Kepolisian Dallas meningkatkan pengamanan pada Oswald. Tapi, tetap saja, Oswald tewas ditembak perutnya oleh Jack Ruby.
“Ruby mengaku tidak terkait dengannya dan menyangkal menelepon kantor kami di Dallas semalam,” ujar Hoover. Masih di dalam dokumen itu, Hoover menyebut FBI memiliki bukti yang menunjukkan Oswald bersalah dan penyadapan komunikasi Oswald dengan Kuba dan Uni Soviet.
Akhirnya, 10 bulan kemudian, Komisi Warren melaporkan, hasil penyelidikannya setebal 888 halaman itu diserahkan kepada Presiden Lyndon pada 24 September 1964. Kesimpulannya, Komisi Warren menyatakan Oswald merupakan pembunuh tunggal Kennedy. Sementara itu, pembunuh Oswald, Jack Ruby, dinyatakan tak terlibat dalam konspirasi dalam pembunuhan Kennedy. Keduanya bekerja secara sendirian dalam melakukan pembunuhan.
Akan tetapi muncul kritik di beberapa surat kabar, majalah, bahkan buku terkait penyelidikan tersebut. Hal itu menimbulkan ketidakpercayaan terhadap hasil kerja Komisi Warren. Beberapa percaya bahwa Oswald, yang merupakan seorang simpatisan komunis, disiapkan oleh Kuba atau Uni Soviet. Yang lain percaya bahwa ia adalah aktivis anti-Kuba, mungkin dengan dukungan intelijen AS atau FBI, yang telah membunuh Kennedy. Ada pula yang percaya bahwa pesaing politik Kennedy menjadi dalang pembunuhan itu.
Jefferson Morley, yang mengelola web tentang pembunuhan itu, JFKFacts.org, dan yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di pengadilan untuk mengupayakan perilisan dokumen-dokumen rahasia itu, mengatakan perilisan terbaru ini tetap merahasiakan catatan-catatan penting.
Salah satu yang penting, yakni wawancara yang dilakukan sejarawan William Manchester dengan istri Kennedy, Jacqueline Bouvier (Jackie Kennedy), dan saudaranya, Robert Francis Kennedy (RFK), tetap dirahasiakan. Keduanya tidak mempercayai teori resmi bahwa Kennedy dibunuh oleh satu orang saja tanpa alasan.
“Mereka mengatakan secara pribadi JFK dibunuh oleh musuh domestiknya. Itulah yang ada di rekaman ini dan itulah mengapa rekaman tersebut begitu sensitif,” tulis Morley di akun Twitternya.
Fidel Castro dan PM Uni Soviet Nikita S Khrushchev, 17 Mei 1964.
Foto: Hulton Archive/Getty Images
Sementara itu, Joan Mellen, penulis buku yang juga pengajar di Temple University, Philadelphia, meyakini Oswald merupakan aset CIA. Hal itu diketahui dari pengakuan Profesor Michael Kurtz, sejarawan dari Southeastern University Louisiana, yang sempat mewawancarai Hunter Leake, agen lapangan di kantor CIA New Orleans.
Leake kepada Kurtz mengakui CIA telah menggunakan Oswald sebagai kurir. Dia juga mengatakan, ketika Oswald datang ke kota kelahirannya pada April 1963 dalam rangka menerima operasi tertentu, Leake malah mengatakan telah memberikan uang tunai kepada Oswald karena memang terdaftar dalam sistem gaji CIA. Kurtz menanyakan kenapa tak satu pun dokumen pekerjaan Oswald ditemukan setelah pembunuhan JFK di kantornya.
“Dia (Leake) membawa file-file itu secara pribadi ke Langley, Virginia. Karena begitu banyak, ia sampai menyewa mobil trailer untuk mengangkutnya,” ungkap Mellen seraya mengulang keterangan Kurtz saat menerima jawaban dari Leake.
Hal itu diungkapkan Mellen dalam unggahannya di dalam situs pribadinya berjudul ‘The Kennedy Assassination and The Current Political Moment’ pada 28 Januari 2007. Joan Mellen telah menulis 40 buku terkait aktivitas intelijen CIA di berbagai penjuru dunia. Empat buku di antaranya terkait pembunuhan Presiden Kennedy, yaitu 'Blood in the Water', 'A Farewell to Justice', 'Our Man in Haiti', dan 'The Great Game in Cuba'.
Penulis: M. Rizal Maslan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban