INTERMESO

Bagaimana Rasanya Hidup Tanpa Bra?

Para perempuan ini mengungkapkan berbagai alasan untuk tidak lagi memakai bra.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Kamis, 14 Oktober 2021

Saat masih kecil, Desi, bukan nama sebenarnya, iri dengan teman laki-lakinya. Sambil duduk di pinggir lapangan, Desi memperhatikan teman-temannya tengah bermain bola. Desi yang pada saat itu masih berusia 11 tahun iri hati karena mereka tak perlu memakai pakaian dalam penutup dada

Seperti Boy, teman sebayanya yang ke mana-mana selalu hanya memakai kaos kutang. Sementara dirinya baru saja dipaksa ibunya memakai miniset berwarna kuning. Desi tetap tidak suka memakai pakaian dalam itu meski ada gambar karakter power ranger kuning kesukaannya. 

“Dulu, tuh, dalam hati aku selalu bertanya sendiri, kenapa, sih, perempuan harus pakai penutup dada, sedangkan teman-teman aku yang cowok nggak?” ucap Desi yang sedari kecil tomboy dan kebanyakan bergaul dengan teman laki-laki. 

Meski ibunya selalu membelikan miniset yang lucu-lucu, Desi tetap merasa tidak nyaman. Ia lebih suka berpergian tanpamengenakan pakaian dalam itu. “Saking bencinya sampai setiap lagi mandi aku pukulin dada sendiri, pikirnya supaya nggak tambah besar, jadi kan aku nggak perlu lagi pakai miniset,” tawa Desi saat baru mengenal pakaian dalam perempuan itu. 

Namun seperti perempuan pada umumnya, Desi menjadi bisa karena terbiasa. Ia tumbuh menjadi perempuan dewasa yang menggunakan bra. Meski dalam hati ia masih menyimpan keinginan untuk tidak memakai bra. Apalagi kini ia punya masalah kulit. Terutama saat sedang berkeringat, kulit yang bergesekan dengan bra menjadi gatal kemerahan.

Ilustrasi bra
Foto : Getty Images/iStockphoto/Zhenikeyev

“Aku sampai konsultasi ke dokter dikasih obat macam-macam, tapi sampai sekarang masalah kulitnya masih kambuh-kambuhan,” kata perempuan yang kini berusia 25 tahun.

Kesempatan itu datang ketika pandemi COVID-19 melanda. Desi yang bekerja sebagai desain grafis di sebuah perusahaan iklan tidak perlu harus ke kantor. Mulailah ia tidak menggunakan bra di rumah. Rasanya sesak yang ia rasakan ketika memakai bra hilang seketika. Kini rasanya jauh lebih bebas, ditambah lagi Desi tidak perlu merasa gatal lagi. 

Tapi Desi belum berani sepenuhnya tidak memakai bra saat keluar rumah. Desi masih khawatir dengan pandangan orang lain jika ia ketahuan tidak memakai bra. Apalagi kini setelah pandemi COVID-19 mulai melandai, Desi jadi kembalidiwajibkan kembali masuk kantor. 

“Pengen banget, sih, pergi ke kantor atau ke mana pun tanpa pakai bra. Cuma takut nanti dilihat orang lain. Jadi sekarang aku masih lebih sering pakainya. Di rumah aja yang nggak pakai bra,” ujarnya.

Berawal dari buku Dress To Kill: The Link Between Breast Cancer and Bras yang Marissa baca, ia jadi enggan memakai bra saat tidur. Buku yang terbit tahun 1995 itu cukup meresahkan kaum hawa. Si penulis mengatakan para perempuan harus mengistirahatkan payudaranya jika ingin terhindar dari resiko kanker. Alasannya karena bra menekan sistem limfatik yang menjebak racun dalam tubuh. Dan disarankan perempuan memakai bra kurang dari 12 jam per hari.

“Selain baca dari buku itu, aku juga sering banget denger teman-teman ngomong kalau tidur itu baiknya dilepas aja (bra-nya),” kata Marissa yang minta identitasnya dianonimkan. Sejak saat itu ia jadi terbiasa tidak mengenakan bra saat tidur. 

Kebiasaan itu terus berlanjut meski banyak penelitian ilmiah menyanggah klaim penulis buku Dress To Kill. Seperti dilansir dari Huffington Post, kata seorang profesor dari Breast Cancer Surgery Multidisciplinary Fellowship, di NYU Langone Medical Center, belum ada bukti yang menyatakan kalau tidur dengan bra berbahaya. Ahli itu juga mengatakan cara atau waktu memakai bra tidak memiliki kaitan dengan kanker payudara.

Judul Foto
Foto : Credit By

Begitu pula dengan sebuah hasil studi pada 2014 di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, Amerika Serikat. Hasil studi itu menemukan kalau tidak terdapat hubungan antara mengenakan bra dengan meningkatnya risiko kanker payudara.

Lambat laun, Marissa jadi terbiasa tidak memakai bra saat keluar rumah. Awalnya hanya sekedar tidak memakai bra saat pergi ke warung atau pasar yang tak jauh dari rumah. Lama kelamaan ia berani tidak memakai bra saat pergi ke kantor.

“Pertimbangannya karena ukuran payudara aku nggak besar-besar amat jadi walaupun nggak pakai bra aku rasa nggak ada masalah. Selama ini aman aja,” kata Marrisa yang bekerja sebagai staff administrasi yang berkantor di Sudirman, Jakarta Pusat.

Saat pergi ke luar rumah, Marissa selalu mengakalinya dengan memakai pakaian longgar. Kalau pun sedang pergi ke kantor, biasanya Marissa melapisi pakaiannya dengan jaket atau blazer.  “Asal jangan nggak pakai bra saat lagi pakai pakaian ketat nanti jeplak,” canda Marissa.

Sebagai perempuan yang memakai jilbab, keputusan untuk tidak lagi memakai bra sempat membuat Yulida, bukan nama sebenarnya, kepikiran. “Awalnya aku mikir boleh nggak ya aku nggak pakai bra? Terus malu dan takut kalau ketahuan orang,” tuturnya. 

Namun rasa nyeri dan tidak nyaman saat memakai bra membuat Yulida mengambil keputusan nekat itu. “Awalnya berani di tempat kos aja. Tapi lama-lama malah keterusan,” ucap mahasiswi di salah satu universitas swasta di Jakarta Timur.  Walaupun tidak memakai bra, Perempuan asal Malang, Jawa Timur ini pun memakai jilbab yang menutup sampai ke dada. “Pakaian aku kan longgar dan aku lapisin juga pakai jaket kalau mau ke kampus.”


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE