INTERMESO

Wisata Vaksin Orang Berduit

“Wisata vaksin itu buat saya sama aja kayak kalau sakit dan berobat di luar negeri. Kalau kebetulan punya dana lebih dan ada kesempatan menurut saya kenapa nggak.”

Ilustrasi: Suasana Times Square, New York (AP Photo)

Minggu, 08 Agustus 2021

Perasaan campur aduk merasuk ketika pesawat yang ditumpangi Karina, bukan nama sebenarnya, akan lepas landas. Ini pertama kalinya Karina kembali menginjakan kaki di atas burung besi di masa pandemi.

Ia tak menyangka akan begitu merindukan perasaan terbang. Padahal sebelum virus COVID-19 merajalela, pengusaha restoran di Jakarta Selatan ini kerap kali bolak bali naik pesawat. Entah untuk urusan bisnis atau sekedar berlibur bersama teman dan keluarganya.

Udah hampir dua tahun nggak pernah naik pesawat. Rasanya seperti pertama kali terbang naik pesawat,” ujar Karina saat dihubungi detikX beberapa waktu lalu. Ada perasaan cemas karena takut terpapar virus selama dalam perjalanan.

Bersama dua orang adik dan kakaknya, Karina bertolak ke Amerika Serikat untuk mendapatkan vaksin sekaligus mengunjungi anaknya yang sedang kuliah. Karina tidak menggunakan jasa agen wisata untuk mendapatkan vaksin. Sebelumnya sudah beberapa kali ia mengunjungi San Fransisco untuk keperluan survei tempat studi anak bungsunya.

“Saya juga nggak perlu repot mengajukan pembuatan visa karena kebetulan saya masih punya visa yang masih aktif dari sebelum pandemi,” tutur perempuan berusia 48 tahun ini. Ia hanya tinggal memesan tiket pesawat. Sementara untuk tempat tinggal, Karina dipersilakan untuk tinggal di apartemen milik saudaranya.

Vaksinasi di Amerika 
Foto : AP Photo

Ketika terbang awal Mei lalu, Karina hanya melakukan tes PCR satu hari sebelum hari keberangkatan. Setibanya di Bandara Internasional San Fransisco, petugas memeriksa kelengkapan perjalanan dan hasil PCR.

Kondisi bandara yang kosong melompong jadi pemandangan lumrah selama pandemi. Petugas bandara pun menyambut kedatangan Karina dengan ramah. Tidak ada karantina atau semacamnya. Karina diperbolehkan memasuki Negeri Paman Sam itu.

Tak menunggu lama, hari kedua setelah tiba, Karina berangkat untuk melakukan suntik vaksin. Karina memilih vaksin Pfizer yang mengharuskan dua kali suntik dengan jeda waktu 21 hari. Ia pun sudah berencana tinggal di sana selama satu bulan.

“Di Indonesia kan nggak mungkin kita dapat vaksin Pfizer. Jadi begitu tahu saya bisa ke Amerika buat dapetin vaksin ini excited banget,” katanya.

Total untuk pengeluaran termasuk buat makan, jalan-jalan dan belanja berdua habis sekitar Rp 100 juta."

Karina merasakan begitu mudahnya mendapatkan vaksin di Amerika. Tidak perlu ke rumah sakit atau sentra vaksinasi. Cukup ke farmasi atau supermarket terdekat. Mendapatkan vaksin semudah membeli obat di apotik.

“Ke mana pun kami pergi selalu ada papan penawaran vaksinasi. Dan di sana tidak perlu daftar dulu. Hanya walk in saja. Vaksinnya bisa di Walmart, Walgreens atau CVS. Saya pilih di CVS Pharmacy,” ungkapnya.

Di sana prosesnya pun mudah dan sederhana. Karina hanya diminta mengisi selembar formulir dan menunjukan paspor. Tak menunggu lama, Karina sudah mendapatkan vaksin Pfizer dosis pertama. Begitu pula saat mendapatkan dosis kedua di akhir bulan Mei, tidak ada kendala berarti.

“Sempat kepikiran mau vaksin di Indonesia malah nggak kebagian. Rebutan slot online nggak dapat-dapat. Saya sampai frustasi,” keluh Karina yang akhirnya memutuskan untuk mendapatkan vaksin di Amerika.

Selain Karina, orang-orang berduit bisa mendapatkan vaksin melalui wisata vaksin yang diadakan oleh jasa agen travel. Mereka menyediakan layanan wisata vaksin. Seperti Handoko, bukan nama sebenarnya, dan istri yang melakukan wisata vaksin bulan Juni lalu.

“Wisata vaksin itu buat saya sama saja kayak kalau sakit dan berobat di luar negeri. Kalau kebetulan punya dana lebih dan ada kesempatan menurut saya kenapa nggak,” tuturnya.

Handoko mengikuti paket perjalanan sembilan hari enam malam ke New York. Ia dan istrinya mendapatkan vaksin Johnson & Johnson yang hanya perlu satu kali suntik. Handoko dan istri berangkat bersama rombongan yang berisi sembilan orang. Saat itu penerbangannya transit di Jepang.

“Program ini bisa melepas kerinduan kami untuk jalan-jalan di masa pandemi dengan cara yang aman,” ujar Handoko.

Wisata vaksin ke Amerika
Foto: Golden Rama

Untuk mengikuti program ini, Handoko harus merogoh kocek Rp 28 juta per orang. Biaya ini untuk membayar paket perjalannya yang hanya termasuk hotel dan tiket pesawat. “Total untuk pengeluaran termasuk buat makan, jalan-jalan dan belanja berdua habis sekitar Rp 100 juta.”

Di dalam program itu tidak ada rute perjalanan wisata seperti biasanya. Selain jadwal vaksin, Handoko hanya diberikan tiga hari bebas. Ia pun sempat mengikuti New York Walking Tour. Berjalan menyusuri New York Times Square dan menaiki subway seperti warga lokal. Tak lupa juga Belanja di Fifth Avenue. “Kita vaksin di hari kedua, setelah itu acara bebas,” ungkap Handoko.

Wisata vaksin menjadi keuntungan bagi agen pariwisata setelah perjalanan sektor wisata mati suri selama pandemi. Salah satu agen travel yang menyediakan layanan wisata vaksin dari Indonesia ke AS adalah Antavaya. Agen travel ini memiliki beberapa opsi destinasi wisata vaksin di AS, salah satunyaLos Angeles.

Wisata Vaksin ke Los Angeles dibanderol mulai Rp 17,99 juta untuk waktu trip selama 6 hari 3 malam. Selama tur berlangsung, peserta akan mendapatkan vaksin Johnson & Johnson. Harga trip itu juga sudah termasuk tiket pesawat pulang dan pergi berikut penginapan di hotel.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE