INTERMESO

TikTok yang Lebih dari YouTube

TikTokers umumnya pengguna aplikasi media sosial yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan followers TikTok dipandang lebih cepat dibandingkan YouTube.

Ilustrasi : Edi Wahyono

Selasa, 11 Agustus 2020

Fauzi Cahya cuma seorang mahasiswa biasa di Telkom University, Bandung, Jawa Barat. Tapi, Fauzi punya nyali buat ‘ngobrol’ sambil ‘ngegombalin’ sejumlah artis dan penyanyi papan atas. Sebut saja Pevita Pearce, Chelsea Islan, Brisia Jodie, Ghea Indrawari, dan masih banyak lagi.

Fauzi bukan sedang berkhayal atau mimpi kejatuhan durian runtuh. Semua bisa terjadi berkat kreativitas pria asal Sumedang, Jawa Barat ini. ‘Dialognya’ dengan para artis itu terekam dalam video yang sudah lebih dahulu disunting oleh Fauzi.

Di lini masa, Fauzi dikenal sebagai konten kreator spesialis video komedi. Kontennya yang paling terkenal adalah parodi artis. Rekaman wawancara artis dalam program televisi dipotong-potong alias disunting, sehingga terlihat seolah Fauzi sedang berbicara dengan si artis. Seperti dialog Fauzi dengan penyanyi Nissa Sabyan, misalnya, sudah disaksikan lebih dari 2,8 juta penonton YouTube.

Fauzi memang jagonya bikin konten hiburan. Selera humornya tidak perlu ditanyakan lagi. Video kocak Fauzi segera memiliki banyak penggemar dan menyebar ke platform lain. Mulai dari YouTube dan Instagram. Sampai di awal tahun 2018, Fauzi merambah ke aplikasi bikinan ByteDance yaitu TikTok. Awalnya, Fauzi iseng menggunakan aplikasi buatan China ini hanya untuk menyunting video komedinya. “Saat itu aku melihat TikTok nilai plusnya bisa edit di handphone. Jadi konten yang nggak sulit aku bikin di TikTok dan aku upload di Instagram Story,” tutur mahasiswa semester 7 jurusan Informatika ini.

Fauzi Cahya
Foto : Dok Pribadi (Instagram)

Saat itu, konten TikTok lebih didominasi joget dan transisi. Fauzi pun kepikiran mengunggah kontennya ke aplikasi tersebut. Tak disangka, Fauzi mendapatkan penghargaan Tiktok Awards 2018 kategori komedi. Lewat akun TikTok @fauzicahya pula Fauzi menggaet banyak fans baru. Kenaikan pengikut dan penontonnya bahkan berhasil melampaui YouTube dan Instagram.

“Peningkatannya drastis banget, terutama karena pandemi COVID-19 ini, ya. Sebelum pandemi followers aku sekitar 330 ribuan. Itu di bulan Maret. Nah, per Agustus ini, sudah 675 ribu lebih. Kalau aku upload video juga biasa yang nonton cuma ratusan ribu, sekarang bisa jutaan orang,” ujar Fauzi. Seiring dengan kenaikan pengikut yang dirasakannya, banyak juga bermunculan pemain baru. “Tiktokers baru lebih hebat lagi. Mereka bahkan bisa nyalip aku dengan sangat cepat.”

TikTokers asal Timika, Papua, yang kini sedang menetap di Manado, Helda Delmince Tabuni, juga merasakan peningkatan pesat followers-nya. Dengan akun bernama @helda0999 di TikTok, Helda baru membuat akun di bulan April. Dalam waktu 4 bulan, Helda berhasil mengumpulkan 183.4 ribu followers dan total 2,3 juta likes. Ketenarannya di TikTok membuat banyak orang kaget.

“Hebat sekali TikTok ini. Sampai satu asrama dan di kampung halaman saya di Timika juga pada heboh. Waktu itu bahkan video saya sempat masuk televisi juga,” cerita Helda yang saat ini sedang kuliah di Universitas Katolik De La Salle, Manado.

Namun, sayangnya, dengan pertumbuhan secepat itu, konten kreator di Tiktok belum bisa mendapatkan penghasilan dari video yang ia buat. Sampai hari ini TikTok belum memiliki sistem monetasi. Berbeda dengan YouTube, jika sudah memiliki banyak pengikut, YouTuber bisa menghasilkan sampai miliaran dari sistem AdSense.

"Di YouTube, bisa dapat uang dari berapa banyak yang menonton video, tapi di TikTok setahu aku belum bisa mendapat uang dari jumlah penonton," ucap Helda.

Helda Delmince Tabuni 
Foto : Dok Pribadi (Instagram)

Cara untuk menguangkan konten adalah dengan mendapatkan sponsor. Ketika TikTokers sudah mendapat banyak pengikut atau semakin sering ditonton, brand kemudian akan mengirimkan email dan mengajak kerja sama untuk mengiklankan produknya di video. “Aku bisa dapat minimal satu permintaan video sponsor per minggunya,” kata Fauzi. Bentuk kerjasama sponsor sendiri bisa hanya berupa audio atau produknya ditampilkan berbarengan konten video yang anda upload.

Belakangan TikTok meluncurkan fitur Live Streaming. Sama seperti Bigo Live, penonton siaran bisa memberikan 'hadiah' kepada streamer. Hadiah itu berasal dari koin yang terlebih dahulu dibeli dengan uang sungguhan. Di Indonesia sendiri, fitur ini masih belum bisa digunakan oleh seluruh TikTokers. Hanya akun terpilih yang mendapatkan kesempatan untuk uji coba.

Seperti Brian Hector, TikTokers berusia 18 tahun asal kota Athens, Georgia, menghasilkan pundi-pundi dari fitur Live Streaming. Ia mengaktifkan fitur ini sambil tertidur lelap. Followers-nya berdatangan untuk menonton Brian tidur, beberapa di-antaranya ikut memberikan hadiah. “Saya bangun-bangun langsung mematikan live streaming dan langsung lari ke ibu saya dan berkata, ‘Ibu, saya baru saja menghasilkan uang saat saya tertidur,” ceritanya, seperti dikutip Metro.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE