Ilustrasi: Edi Wahyono
Rabu, 22 Juli 2020Unggahan foto Rensia Sanvira mengenai sekolah online mewakili perasaan para ibu di rumah. Dalam unggahan terbarunya itu, perempuan yang berprofesi sebagai konselor anak dan pernikahan itu menunjukkan tingkah anaknya, Elsheva Orin, saat tengah sekolah online dari rumah. Baru dua menit belajar dari rumah, anaknya tidak bisa diam.
“Mamanya nggak kena Corona, tapi kena sakit jiwa, darah tinggi, stroke semua. Padahal ini anak kalau sekolah beneran mau nurut. Tapi, kalau dari layar, astaga,” tulis Rensia sambil menambahkan emoticon tangisan di belakangnya. “Kapan ini segera berakhir, ya, Tuhan?” keluh Rensia.
Sebagai followers Rensia, ibu rumah tangga seperti Lia Natasya juga merasakan kegundahan yang sama. Pada pagi hari, urusan beberes rumah jadi tak kunjung usai karena menemani anak perempuannya yang masih berusia 6 tahun sekolah online. Ditambah lagi Lia harus menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anak laki-lakinya yang masih berusia 1 tahun.
“Sepuluh menit pertama masih duduk cantik. Nggak lama bilang capek, lapar, ngantuk, teriak bosen, padahal speaker dan kamera masih on. Terus nggak boleh ada barang dekat anak, bisa-bisa mengalihkan perhatian dia,” keluh Lia, yang telah menemani anaknya belajar online dari rumah selama hampir 5 bulan.
Anak TK belajar online
Foto: Instagram rensia_sanvira
Sekolah online sangat memakan waktu istirahat Lia. Jika ada tugas yang diberikan kepada anaknya, Lia juga harus terus-menerus memberikan arahan dan pendampingan sampai tugasnya selesai. Karena urusan sekolah anak yang merepotkan ini, Lia sempat kepikiran untuk memakai jasa guru pribadi.
“Menurut saya, buat anak-anak yang masih kecil, sekolah online ini benar-benar nggak efektif. Mendingan home schooling yang gurunya datang ke rumah daripada online terus,” kata Lia. Kegiatan belajar di rumah ini juga membuat hubungannya dengan sang anak jadi tidak harmonis. Lia jadi mudah marah karena melihat tingkah laku anaknya.
Ibu rumah tangga yang merangkap sebagai karyawan swasta, Pamela Cynthia, juga menyesal telah memasukkan anaknya ke playgroup selama masa pandemi COVID-19 ini. Awalnya, Pamela tertarik mendaftarkan anaknya ke playgroup karena iming-iming diskon uang pangkal. Selama masa pandemi ini, memang banyak sekolah yang memberikan harga promosi untuk menjaring siswa baru.
“Saya lihat kalau masuk pas Maret kemarin diskon uang pangkal 70 persen. Ibu-ibu mana yang nggak tergoda? Lagi pula saya memang sudah punya rencana tahun ini anak saya masuk ke playgroup dulu.”
Ilustrasi belajar dari rumah
Foto: Iggoy el Fitra/Antara Foto
Setelah ‘membakar uang’ untuk uang pangkal dan segala atributnya, Pamela pun menyesal. Ia merasa sekolah online tidak cocok buat anaknya yang masih berusia 3 tahun. Sang mertua yang dititipi membantu mengajari anaknya pun angkat tangan. “Kita kan bukan guru. Yang ada malah kewalahan. Karena aku juga bekerja dan nggak bisa nemenin anak. Akhirnya aku setop. Mendingan tunggu tahun depan langsung masuk TK saja daripada begini,” tuturnya.
Tak hanya itu, anak sulung Pamela yang sudah kelas V SD pun tidak bisa belajar secara efektif. Pamela berharap pandemi COVID-19 segera berakhir sehingga anaknya bisa kembali sekolah dengan normal. “Anak saya yang besar juga jadi suka bangun siang. Kalau udah kelar kelas online, seharian kerjanya nonton dan main game terus. Kalau terus begini, saya yang ngelihatnya jadi ikutan pusing,” ungkap Pamela.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim