INTERMESO

Sekolah Nonformal

Master Mikrobiologi Nyemplung ke Digital Marketing

“Saya ngerasa besar peluangnya di sana dibandingkan bidang ilmu yang sedang saya dalami, saya gambling dan akhirnya tertarik.”

Ilustrasi : Edi Wahyono

Rabu, 4 Maret 2020

Suandi Pratama mendapatkan prestasi gemilang ketika kuliah di jurusan mikrobiologi pertanian. Ia berhasil lulus cum laude sebagai sarjana di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Predikat itu kembali ia dapatkan begitu menuntaskan kuliah pascasarjana di Osaka University, Jepang.

Sudah terbayang di depan mata karirnya sebagai seorang peneliti handal. Namun Suandi kini malah berbelok menjadi seorang praktisi di bidang digital marketing. Sangat jauh dengan ilmu yang ia pelajari semasa kuliah.

Suandi pun tak pernah menyangka, pengalaman magang di sebuah perusahaan Jepang mengubah jalan karirnya. Waktu Suandi  tengah melanjutkan pendidikan S3 di Jepang, ia iseng melamar sebagai staf magang di sebuah perusahaan marketing dan creative agency.

Tugasnya saat itu hanya sebagai penerjemah dari bahasa Jepang ke Indonesia. Perusahaan ini menangani berbagai promosi perusahaan besar, termasuk brand Panasonic.

Suandi Pratama
Foto : Dok Pribadi

“Mereka mau bikin website dan majalah untuk pasar di Asia Tenggara. Saya kebetulan bantu untuk Indonesia. Media yang mereka pakai untuk promosi termasuk di social media. Tapi belakangan saya ditawarin mentor untuk diajarin soal digital marketing,” tutur Suandi. Dari sekadar magang, Suandi jatuh cinta dengan dunia digital marketing. “Saya ngerasa besar peluangnya di sana dibandingkan bidang ilmu yang sedang saya dalami, saya gambling dan akhirnya tertarik dan nyemplung aja.”

Suandi mulai belajar dari nol. Ilmu digital marketing mengubah pola pikir Suandi yang tadinya lebih berkutat pada angka dan logika. Kini ia juga harus bermain dengan kreatif dan desain. Di balik iklan yang dipasang di berbagai platform social media, Suandi tak mengira ada proses yang njelimet. Beruntung Suandi dibimbing mentor yang suportif. Suandi tidak menempuh pendidikan formal untuk mengasah kemampuannya di bidang digital marketing.

“Selepas magang saya inisiatif untuk ambil kelas online. Yang mengajar praktisi dari luar negeri. Seperti Jon Loomer, Nicholas Kusmich, dan Billy Gene. Yang diajarkan bukan sekedar teori tapi mereka orang agensi yang handle klien. Best practise-nya di-sharing ke kita,” ungkapnya. Suandi merasa sangat terbantu dengan kelas online yang ia ikuti. “Digital marketing sebagai ilmu teori dan praktis itu completely different, teori sangat bisa terbalik dengan kenyataan ketika kita gunakan di lapangan. Itulah gunanya belajar dari praktisi.”

Sepulangnya ke Indonesia, Suandi bekerja sebagai Performance Marketing Specialist di HappyFresh. Sudah satu tahun belakangan ini, ia juga membuka kelas webinar di platform edukasi Mau Belajar Apa. Berdiri sejak tahun 2014, platform ini mempertemukan orang yang ingin berbagi ilmu dengan orang yang mencari ilmu. Mau Belajar Apa punya banyak kategori pembelajaran bersifat nonakademik.

Banyak lulusan perguruan tinggi yang berminat mengikuti pendidikan nonformal.
Ilustrasi : istockphoto

“Saya mengajar tentang cara mendatangkan konsumen dari iklan di Facebook dan Instagram. Kadang ada yang totally newbie dan bahkan ada digital marketer-nya sendiri,” tutur Suandi yang mengadakan webinar selama 1 jam. “Di kelas awal peserta akan punya gambaran umum tentang beriklan di social media.”

Salah satu peserta, Astri Karsaning, telah bekerja sebagai digital marketer di Mau Belajar Apa. Untuk meningkatkan kemampuannya, ia juga mengikuti kelas yang diajarkan Suandi. “Buat menunjang pekerjaan aku juga sebagai digital marketing, kayak langkah atau strategi apa yang harus aku ambil di setiap social media yang mau aku pakai untuk promosi,” ujar perempuan berusia 26 tahun ini. “Di kelas ini juga aku banyak dapet insight-insight baru yang belom aku ketahui sebelumnya soal iklan.”

Ia juga merasakan manfaat dari kelas informal yang ia ikuti. Termasuk mendapatkan jejaring baru di dunia digital marketing. “Kalau kelas informal itu menurut saya kita bisa memanfaatkan networking dari situ karena di kelas informal kan kita bisa ketemu banyak orang dari berbagai background dan bisa saling menukar insight baru. Sementara kita kan gabisa ngedapetin ini di kelas formal.”


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

[Widget:Baca Juga]
SHARE