Ilustrasi : Edi Wahyono
Sudah 5 tahun Aidil Wicaksono Juniarto mengajar sebagai dosen di Universitas Gunadarma. Belakangan ada hal yang mengganggu pikiran dosen manajemen komunikasi bisnis itu. Terutama ketika membicarakan soal rencana mahasiswanya selepas mereka lulus kuliah. “Kalau saya sih mau bikin usaha kopi saja,” celetuk salah seorang mahasiswa di kelasnya. Teman di sampingnya tidak mau kalah. “Saya mau coba bisnis boba Pak, kan lagi nge-trend, tuh.”
Segudang ide berbisnis keluar dari benak mahasiswa generasi Z dan Y ini. Banyak dari antara mereka yang ingin berbisnis karena tidak ingin terikat dengan jam kerja dan ribuan tuntutan pekerjaan lainnya. Tapi ucapan memang hanya manis di mulut saja. Hanya segelintir yang tahu bagaimana cara mengeksekusi idenya.
“Saya menemukan kegelisahan yang cukup nyakitin. Mahasiswa saya mau berlomba-lomba lulus. Tapi setelah lulus nggak tahu mau ngapain. Opsi pertama kerja, kedua bikin usaha. Masalahnya dari berbagai opsi itu tidak disediakan oleh kampus untuk mencapai hal itu. Di kampus lebih banyak teoritisnya saja,” ungkap Aidil kepada detikX. Sebagai dosen sekaligus praktisi, Aidil sadar betul bahwa prestasi akademis saja tidak cukup. “Itu yang buat saya sadar, kayaknya mereka butuh bimbingan lain di luar bangku kuliah, khususnya untuk meningkatkan soft skills.”
Aidil yang juga bekerja sebagai fasilitator Google ini pun membentuk sebuah wadah bagi mereka yang masih haus belajar dan mau berkembang. Bersama dengan Wahyu Alikarman, ia mendirikan Kaizen Room 2018 silam. Tujuan dari Kaizen Room adalah meningkatkan kualitas diri, memberikan pelatihan dengan konsep modern. Terdiri dari dua program yaitu #Kaizenclass dan #Kaizentalk, ada banyak kelas yang dibutuhkan untuk mengasah kemampuan soft skills masa kini, seperti public speaking, job manners, social media, personal branding, dan masih banyak lagi.
Kegiatan #Kaizenclass di Jakarta Creative Hub.
Foto : Dok Kaizen Room
“Kita bahkan megajarkan dari hal-hal basic seperti cara kirim email, how to attach file, bikin body email, greeting, bikin resume dan sebagainya. Karena ternyata hal semacam ini masih banyak yang belum tahu tata cara yang benar,” ungkapnya.
Soft skills bukan hanya berguna mengembangkan diri tapi juga untuk mengukur nilai dan potensi diri dalam dunia kerja. “Kayak kejadian anak Universitas Indonesia yang nolak digaji Rp 8 juta. Mereka nggak tahu harga mereka di dunia kerja berapa. Soft skills ini membantu mereka untuk tahu yang lagi lu kerjain value-nya berapa dan harganya berapa, soft skills bukan bicara aja tapi relasi, networking dengan baik, bisa punya branding diri sendiri,” kata Aidil sambil memberi contoh tentang fresh gradute Universitas Indonesia yang menolak ditawari gaji Rp 8 juta.
Kaizen Room tidak sendiri. Di Indonesia, banyak platform yang mengusung kelas nonformal. Seperti IndonesiaX dan Mau Belajar Apa. Perkembangan start up pendidikan ini sejalan dengan program reformasi pendidikan yang diusung Menteri Pendidikan Nadiem Makarim melalui sistem Merdeka Belajar. Nadiem percaya pendidikan yang baik bukan hanya ditempuh dengan pendidikan formal, melainkan juga pendidikan nonformal. Ia berkomitmen untuk mempermudah siswa untuk menempuh jalur pendidikan non formal.
“Saya sangat tertarik dengan potensi nonformal. Di program kesetaraan kita, kita akan mem-push mengenai fasilitas sekolah pendidikan keaksaraan. Bahwa ini akan dipermudah malah untuk mendapatkan kesetaraan secara formal yang diakui pemerintah itu kami akan mempermudah," tegas Nadiem dalam wawancara beberapa waktu lalu.
Peserta Kaizen Room berasal dari latar belakang yang amat beragam. Mulai dari mahasiswa, fresh graduate, kalangan professional dan wirausahawan. “Mereka yang punya keinginan lebih bahwa kayaknya belajar nggak cuma pas kuliah. Mereka punya kesadaran untuk menjadi long life learner,” jelas Aidil.
Para peserta kegiatan #Kaizenclass
Foto : Dok Kaizen Room
Allicia Deana Santosa, merupakan salah satu mantan peserta sekaligus fasilitator Kaizen Room. Kini ia menjadi narasumber sekaligus pengajar untuk mengantarkan materi tentang social media marketing dan personal branding. Selain itu ia juga menjadi dosen di salah satu universitas Jakarta. Sebagai dosen, Allicia masih melihat materi yang masih ketinggalan zaman tapi masih diajarkan kepada mahasiswa.
“Saya ngajar marketing tapi belum diajarin soal social media marketing, digital marketing dan content marketing. Padahal kenyataannya yang bekerja di perusahaan mau nggak mau harus mumpuni di hal tersebut,” ungkapnya. “Sebagai anak muda harus mempersiapkan diri dengan kelas di luar kampus, karena saat terjun ke dunia kerja harus menangani hal-hal terkait perkembangan teknologi yang mungkin nggak diajarkan di kampus.”
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban