INTERMESO

Dari Baju Bekas
Jadi Duit

“Jualan baju dari Senen banyak juga yang underestimate gitu. Mereka nggak tahu saja seberapa bagusnya kualitas baju yang biasa aku dapatin.”

Ilustrator: Denny Putra

Selasa, 07 Januari 2020

Di dalam sebuah karung plastik berukuran jumbo, Gracecilia Yohanna Panjaitan mengepak hasil perburuannya dari Pasar Senen. Karung berwarna putih itu berisi aneka model sweater dan kemeja bekas. Setelah terbungkus rapi, Grace mengikat karung di atas motor bebeknya untuk kemudian di bawa pulang ke kosannya di daerah Tangerang.

“Aku sekali bawa bisa sampai 50 pieces. Karena sekarang aku sudah mulai kerja. Jadi cuma bisa belanja dan nyetok barang di hari Sabtu,” tutur Grace yang baru saja bekerja sebagai karyawan swasta di bidang teknologi pangan.

Sejak Juli tahun lalu, Grace rutin bolak balik ke Pasar Senen, Jakarta Pusat. Terkadang ia mengunjungi Pasar Baru yang juga terkenal sebagai surganya pakaian bekas. Grace membuka toko pakaian bekas alias thrift shop di Instagram dengan nama akun @hartakarun.co. Awalnya Grace menjual pakaian apa pun yang ia temui dari hasil thrifting. Mulai dari barang langka sampai brand top notch. Intinya, selama pakaian itu masih layak dan berkualitas. Baru belakangan Grace mengkhususkan untuk berburu sweater dan kemeja.

Aneka baju bekas yang dijual Gracecilia Yohanna Panjaitan 
Foto : Hartakarun.co (instagram)

Proses menaikkan derajat pakaian bekas menjadi layak dijual ini butuh ketelatenan dan keuletan. Baju yang telah dibawa pulang kemudian harus dicuci. Ada pakaian yang bisa langsung masuk mesin cuci. Tapi jika terdapat noda membandel, Grace menggunakan bantuan asam sitrat. Setelah bersih dan disetrika hingga rapi, Grace mengunggah foto barang jualannya di Instagram.

Ngejalanin ini memang harus niat dan ekstra sabar. Awal-awal setiap kali pulang dari Pasar Senen badan jadi gampang sakit karena memang capek banget. Kalau aku thrifting bisa seharian, dari pagi sampai malam,” ungkap lulusan Universitas Trilogi ini.

Mencari barang bagus di antara tumpukan baju bekas yang melimpah di pasar tradisional itu memang tidak mudah. Grace harus mensortir satu per satu barang yang akan ia jual. Ada pula pakaian yang telah dipilihkan oleh pedagang, namun harganya lebih mahal. Jual obral harga murah.

“Aku masih dapat yang satunya Rp 5 ribu, tapi itu masih campur-campur belum dipisahin. Kalau yang sudah dipajang sama pedagangnya sweater aja bisa sampai Rp 200 ribu, dia udah ngerti barang bagus,” kata Grace.

Pakaian bekas impor yang dijual di Pasar Senen
Foto : Grandyos Zafna (detikcom)

Kalau tidak mau repot, Grace bisa saja membeli baju bekas dalam bentuk karung atau bal. Tapi barang yang didapat di dalamnya tidak bisa dipilih. Kalau beruntung, Grace bahkan bisa menemukan pakaian yang masih terdapat label harga. Memang tidak semua pakaian di Pasar Senen itu bekas dipakai. Ada pula sisa stok cuci gudang toko. Tapi kalau sedang apes, bisa jadi jumlah pakaian layak jualnya lebih sedikit.

Grace sudah melakukan thrifting sejak lama sehingga ia tahu celahnya. Ia pun tak begitu kesulitan menemukan pakaian bagus dan bahkan bermerk. Sebagai perempuan yang lahir dan besar di Jakarta, sejak kecil Grace sudah diajak orang tuanya belanja pakaian bekas di Pasar Senen. Dulu istilahnya cakar bongkar. Dengan uang jajan pas-pasan ketika SMA, Grace tetap ingin tampil keren. Ia pun mengakalinya dengan membeli baju bekas.

Ada orang seperti Grace yang masa bodoh dengan label barang bekas, tapi ada pula orang yang masih memandang sinis bisnis Grace.  “Karena aku jualan baju dari Senen banyak juga yang underestimate gitu. Mereka nggak tahu saja seberapa bagusnya kualitas baju yang biasa aku dapatin. Bahkan menurutku lebih bagus dari baju online shop,” tutur Grace.

Dari baju bekas, Grace bisa mengumpulkan pundi-pundi uang yang lumayan. “Kebetulan orang tua aku dua-duanya sudah pensiun, jadi usaha ini bisa aku andalkan buat nyari tambahan,” ujar anak bungsu dari dua bersaudara ini. Grace bisa mendapatkan keuntungan hingga 200%. Sedangkan dalam seminggu, paling banyak ia bisa menjual 50 baju sekaligus.

Tren baju bekas jadi komoditas jualan generasi milenial di medsos
Ilustrator: Edi Wahyono

Bagi yang malas dan tidak mau repot berjibaku di Pasar Senen, thrift shop memang jawabannya.Tapi ada pula yang enggan berbelanja di thrift shop. Rizka Nidy lebih senang berburu ‘harta karun’ dengan tangannya sendiri. Nidy sudah belanja baju bekas sejak tahun 2006 di Pasar Senen.

“Jadi ketagihan thrifting karena dulu waktu masih kecil pernah beli jaket Denim bekas sama mama. Sampai sekarang jaket denimnya masih bagus dan masih aku pakai,” ungkap pemilik travel blog missnidy.com ini.

Karena itu Nidy sangat menyukai kegiatan thrifting. Ia menganggap kegiatan berburu pakaian bekas sebagai hiburan “Kayak nyari harta karun soalnya. Ada challenge-nya aja sih. Pulang musti dapat setidaknya dua baju,” ungkapnya. “Karena rasanya pasti beda, kalau beli di orang jualan feeling-nya beda. Kalau thrifting sendiri ada kepuasan yang bikin pingin balik lagi.”


Reporter/Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

[Widget:Baca Juga]
SHARE