Emak-emak pendukung pasangan Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin
Foto: Rifkianto Nugroho/Detik.com
Minggu, 31 Maret 2019Selepas ibadah salat Jumat, puluhan orang yang sebagian besar kaum perempuan memadati sebuah rumah toko kecil di ujung Jalan Arus Jati, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, beberapa hari lalu. Tak sanggup menampung tamu yang berjubel, beberapa lembar karpet panjang digelar di atas jalan depan ruko. Tak berapa lama rombongan tamu yang ditunggu tiba.
Calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hizbiyah Rochim datang bersama beberapa orang kerabatnya. Setelah memperkenalkan diri, Ketua Forum Silaturahmi Pengasuh Pondok Pesantren dan Bu Nyai itu mulai berkampanye. Forum itu merupakan kelompok relawan untuk pemenangan pasangan Joko Widodo-KH. Ma'ruf Amin di wilayah DKI Jakarta.
Namun tak ada nama Jokowi yang terlontar dari mulut putri salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Abdul Wahab Hasbullah dari Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, itu. "Ibu sudah diwanti-wanti supaya tidak ngomong nama Jokowi di kampung ini," ujar salah seorang pendamping Hizbiyah berbisik.
Rupanya, saat pemilihan presiden pada 2014 silam, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla kalah di kampung tersebut. Kampung itu memang bukan merupakan basis pendukung Jokowi. Spanduk besar seruan pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab untuk memilih Prabowo tergantung melintang di atas jalan. Bahkan rumah sebelahmerupakan Posko Pemenangan Relawan Kelurahan Jatinegara Kaum untuk pasangan Prabowo-Sandi.
Namun Hizbiyah bukan politikus kemarin sore. Ia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta selama empat periode. Tak kehilangan akal, Hizbiyah yang juga Ketua Muslimat NU DKI Jakarta itu menyisipkan dalam pidatonya imbauan agar kaum perempuan di wilayah tersebut menghindari membaca berita-berita hoax dan tidak ikut-ikutan menyebarkan fitnah.
"Kalau ada berita fitnah yang menjelekkan pemimpin di media sosial atau grup Whatsapp jangan disebar," ujar perempuan kelahiran Jombang yang juga caleg nomor urut satu di daerah pemilihan Jakarta 1 itu. "Lebih baik ibu-ibu banyak-banyak selawat dan istighfar. Mendoakan anak-anak agar ke depan bisa sukses dan negara ini terhindar dari marabahaya."
Baca Juga : Blusukan Emak-emak Prabowo
Jokowi dan muslimat NU
Foto : Istimewa
Hizbiyah tak sendiri bekerja keras menepis peredaran berita bohong yang menggerus popularitas Jokowi. Ia bahu membahu dengan putrinya Ita Rahmawati. Berbeda dengan ibunya, Ita turun di wilayah Jakarta Pusat, tempatnya mendaftarkan diri sebagai caleg untuk DPRD DKI Jakarta dari Partai Persatuan Pembangunan.
Ita yang juga anggota Pengurus Pusat Muslimat NU menyebut Forum Silaturahmi Pengasuh Pondok Pesantren dan Bu Nyai dibentuk sebagai wadah menampung aspirasi politik anggota Muslimat NU. "Secara lembaga Muslimat NU netral. Tapi ada aspirasi yang tidak bisa dibendung. Apalagi Kiai Ma'ruf nyalon. Jadi forum dibentuk untuk pemenangan pasangan 01," ujar Ita kepada detikX.
Kalau anti Islam tidak mungkin Jokowi akan ambil wakilnya Kiai Ma'ruf, Rais Syuriah yang merupakan jabatan tertinggi di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama'
Forum tersebut tak hanya berisi anggota Muslimat NU. Anggota-anggota badan otonom NU lainnya seperti Fatayat NU dan Ikatan Pelajar Perempuan NU turut bergabung sebagai relawan di dalamnya. "Sebelumnya kami membantu pemenangan bu Khofifah di Jawa Timur dan Gus Yasin dalam Pemilihan Gubernur di Jawa Tengah," kata Ita.
Fokus kerja relawan di forum itu hanya satu, yakni meluruskan berita-berita yang dinilai berisi fitnah kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. "Caranya kita sasar majelis-majelis taklim punya NU dan guru-guru ngaji," ujar Ita. "Karena mereka ini yang langsung bersentuhan dengan masyarakat di akar rumput."
Khusus wilayah DKI Jakarta saja terdapat 5700 majelis taklim yang menjadi binaan Muslimat NU. Satu majelis taklim paling sedikit memiliki anggota 30 orang. "Cukup banyak juga yang percaya kepada berita hoax yang tersebar. Karena kurang dalam menyaring cerita tidak ada yang bisa klarifikasi," kata Ita.
Kabar yang paling banyak dipercaya, kata Ita, bahwa Jokowi merupakan sosok anti Islam. Berita ini menyebar dengan cepat selain melalui media sosial juga dari mulut ke mulut. "Begitu juga cerita soal Jokowi pernah jadi anggota Partai Komunis Indonesia," ujar Dekan Fakultas Ekonomi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah, Jombang, itu.
Emak-emak pendukung Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin
Foto : Rifkianto Nugroho/Detik.com
Ustazah yang bertugas di masing-masing majelis taklim sudah dibekali narasi untuk meredam isu-isu miring tersebut. "Kalau anti Islam tidak mungkin Jokowi akan ambil wakilnya Kiai Ma'ruf, Rais Syuriah yang merupakan jabatan tertinggi di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama," ujar Ita.
Berhasil meredam isu tersebut tak membuat pekerjaan para relawan selesai. Muncul isu baru yang tak kalah hebatnya. Ada isu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan menggantikan Kiai Ma'ruf setelah terpilih nanti. Lalu pesantren-pesantren akan ditutup kalau Jokowi memenangkan Pemilihan Presiden.
"Semakin mendekat ke hari pemilihan itu frekuensi hoax yang diterima semakin banyak. Kami bekerja tambah ekstra," ujar Ita. "Ada anggota taklim yang sudah mengarahkan dukungan ke Jokowi eh balik arah atau jadi ragu-ragu karena dengar berita jelek lagi. Mereka jadi kembali percaya Jokowi anti Islam karena dengar pesantren mau ditutup."
Pemilih perempuan memang menjadi perhatian besar dua pasangan yang bertarung di pilpres 2019. Jumlahnya lebih banyak dari pemilih laki-laki. "Semua pasangan calon pasti mengkonsentrasikan upaya pemenangannya di segmen perempuan," ujar Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Kiai Ma'ruf Ida Fauziah.
Menurut Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang disampaikan Komisi Pemilihan Umum pada Desember lalu, ada 192 juta pemilih yang berhak memberikan suaranya pada Pemilu 2019 nanti. Dari 192 juta pemilih, lebih dari setengahnya, 96.557.044 pemilih merupakan perempuan. Menurut hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada akhir Februari lalu, 61 persen suara emak-emak, diberikan kepada pasangan Jokowi-Kiai Maruf. Sementara pasangan Prabowo-Sandi disokong oleh 30 persen emak-emak.
Menurut Ida tak mudah untuk berkampanye di masa banyaknya kabar beredar yang dinilainya merupakan hoax. Meski beberapa survei menyebut Jokowi mendapat dukungan dari perempuan yang lebih besar."Ibu-ibu harus jadi duta untuk menyampaikan kebenaran. Jangan berita bohong dibalas dengan berita bohong, jangan fitnah dibalas dengan fitnah," kata Ida.
Redaktur/Penulis: PASTI LIBERTI
Editor: Sapto Pradityo