INTERMESO
Ada yang minta daging babi hitam dari Spanyol, tiram dari Prancis sampai masak gulai kepala kakap dengan daun ganja.
Chef Adrian Aryo Bismo
Foto : dok. pribadi
Sabtu, 16 Februari 2019Apa yang tak bisa dibeli oleh orang-orang kaya macam keluarga Rothschild? Pengin mencicip masakan dari restoran dengan 3 bintang Michelin pun tak perlu repot pesan tempat. Mereka bisa memboyong seluruh juru masak restoran itu dan memintanya masak di dapur mereka.Keluarga Rothschild misalnya selama bertahun-tahun mempekerjakan Roux bersaudara, Albert dan Michel, juga Jean-Christophe Novelli. Baik Roux bersaudara maupun Novelli adalah juru masak sangat kondang dan punya restoran dengan bintang Michelin.
Wajar saja jika keluarga Rothschild mempekerjakan chef kondang. "Tamu mereka dari Presiden sampai Ratu," kata Novelli. Di Paris, Novelli punya tempat khusus untuk berbelanja bahan makanan bagi keluarga Rothschild ; toko-toko sepanjang Rue des Belles-Feuilles. Hanya mereka yang punya akun yang bisa berbelanja di toko-toko elite ini. "Semua barang tak ada label harganya. Jadi aku tak pernah tahu sudah berapa banyak aku berbelanja. Salah satu yang paling disukai keluarga Rothschild adalah kaviar. Aku belanja kaviar untuk mereka sudah seperti belanja telur ayam." Demikian pula di Indonesia, cerita soal orang-orang kaya di negeri ini tak jauh beda.
Semua orang di Jakarta dan sekitarnya tahu, kawasan Pondok Indah merupakan tempat berkumpulnya pemukiman orang-orang tajir di Jakarta. Tapi baru kali itu Adrian Aryo Bismo melihat dengan mata kepala sendiri mewahnya isi hunian yang terletak di daerah Jakarta Selatan itu. Ceritanya, suatu kali pria yang berprofesi sebagai chef ini mendapatkan undangan untuk memasak di salah satu rumah di kawasan paling elite dari Pondok Indah.
Sambil menurunkan perkakas masak dari dalam mobil, AB, begitu ia akrab disapa, tak berhenti berdecak kagum. Rumah itu memang sangat mengesankan. Tak cuma sangat lapang dan mewah, pemandangan sekeliling rumah membuat AB termangu. Dari rumah itu, dia bisa menikmati hijaunya rumput padang golf Pondok Indah. Di halaman, berjejer rapi rupa-rupa jenis mobil-mobil super mahal.
Empat jam lagi acara makan segera dimulai. Dibantu beberapa chef dan pelayan, AB mulai mengatur meja makan untuk acara fine dining. Ketika memasuki area dapur bersih untuk menyiapkan makanan, AB kembali dibuat terkejut dengan peralatan masak yang tersedia. Hanya dengan melirik merek kompor, oven, sampai pisau, sebagai seorang juru masak yang punya jam terbang lumayan panjang, AB sudah bisa menaksir berapa nilai dapur itu.
“Dapur bersihnya mahalnya setengah mati...Dari lihat merknya saja, dengan gampang gua bisa bilang total harganya Rp 2 milyar. Dan waktu gua tanya mereka masak apa sih dengan dapur semahal ini, mereka malah bilang dapur itu nggak pernah dipakai,” AB menuturkan pengalamannya memasak untuk orang-orang kaya saat ditemui di Hatchi, Jakarta, beberapa hari lalu.
Baca Juga : Sepotong Perkedel Ni Nyoman untuk Raja Yordania
Chef Adrian Aryo Bismo
Foto : dok. pribadi
Di dapur semahal itu, bahan yang dimasak AB tentu bukan barang sembarangan. Lantaran sudah sering sekali mendapat macam-macam permintaan untuk mencari bahan makanan langka dari kliennya, dia tak terkejut lagi jika ada permintaan agak 'aneh' dari pelanggan jasanya. Tapi AB sempat pula dibuat kelabakan saat diminta mencari Secreto Iberico, potongan daging babi yang berasal dari babi hitam jenis Iberico dari Spanyol.
Di samping daging ikan Fugu, daging sapi Kobe dari prefektur Hyogo, Jepang, dan Ayam Cemani atau ayam hitam, Iberico merupakan salah satu jenis daging paling mahal di dunia. Pada Maret 2016 lalu, Guiness World Records pernah mencatat penjualan kaki babi Iberico paling mahal dengan harga US$ 4620,28 atau setara dengan Rp 65 juta jika dihitung berdasarkan kurs saat ini. Daging-daging sangat mahal seperti itu tentu tak dijual di sembarang tempat.
Di Indonesia sulitnya setengah mati menemukan penjual Secreto Iberico yang sering disebut sebagai wagyu-nya daging babi itu. AB sempat kelimpungan saat mencari agen sekaligus distributor yang dapat mendatangkan daging babi dari Spanyol sesuai jadwal . Apalagi klien istimewanya ini meminta AB segera menghidangkan salah satu hidangan favoritnya tersebut.
Buat pelanggan gua, uang kan nggak masalah, yang penting mereka dapat yang mereka inginkan'
“Gua minta tolong teman gua yang kerja di perusahaan pemasok. Untungnya dalam dua hari gua udah bisa dapat barangnya. Tapi lu harus bayar mahal buat barang ini. Beratnya cuma tiga kilogram, tapi kalau dihitung harga plus ongkos kirim, total sampai Rp 8 juta. Tapi buat pelanggan gua, uang kan nggak masalah, yang penting mereka dapat yang mereka inginkan,” kata AB. Kejadian semacam ini bukan cuma sekali dua kali terjadi. Pada kali lain, AB juga pernah diminta mendatangkan tiram dari kota Cannes, Prancis.
Sejak terjun menjadi seorang private chef alias juru masak pribadi, AB makin banyak kenal dengan pengusaha-pengusaha kaya dan pejabat-pejabat tinggi di negara ini. Kepada pelanggan yang ingin memakai kelihaiannya di dapur, AB menawarkan sensasi fine dining layaknya restoran berbintang di rumah. Lebih dari itu, orang memanggil AB untuk memasak dengan harapan agar acara santap di rumah dapat menjadi lebih eksklusif.
Namun karena klien yang ditangani AB bukan 'orang biasa', ada saja syarat-syaratnya. Beberapa kali AB harus melayani banyak pertanyaan dari calon pelanggan layaknya interogasi di kantor polisi. Ada pula pelanggan yang tak menghendaki segala hal dalam acara makan-makan ini 'bocor' kemana-mana dan meminta AB yang tahun ini berusia 25 tahun menandatangani surat perjanjian untuk menjaga kerahasiaan.
Di negara-negara kaya, jasa juru masak pribadi sudah hal biasa. Dari kelas chef bintang Michelin sampai juru masak biasa. Di Jakarta, tren chef on call ini di Jakarta sudah muncul sejak beberapa tahun lalu. AB memulai bisnis private dining selepas mewujudkan mimpinya untuk menjadi chef dengan mengambil kuliah Diploma of Culinary Arts di At-Sunrice Global Chef Academy, Singapura. AB sempat bekerja di restoran Namaaz Dining, sebelum kemudian membuka usaha Portie Private Dining.
Awalnya Portie Private Dining dibuat untuk menyasar anak-anak muda milenial, tapi ternyata pasarnya tidak sesuai harapan. “Di Portie dulu, kami bikin caters murah banget Rp 300-500 ribu per paket agar anak muda bisa cobain sensasi private dining seperti apa. Tapi pasarnya memang nggak ada. Karena kalau private dining, mereka mesti siapin sendiri, sedangkan mereka mungkin masih belum punya tempat tinggal sendiri atau masih tinggal bersama orang tua,” ujar AB yang terinspirasi menjadi juru masak oleh Jamie Oliver ini.
Chef Adrian Aryo Bismo
Foto : dok. pribadi
Belakangan pelanggan AB justru datang dari kalangan yang secara ekonomi sudah lebih matang. “Pasarnya sangat eksklusif, usianya rata-rata sudah 30 tahun ke atas. Pasar gua paling banyak umurnya 40 tahun ke atas. Karena mereka yang punya uang. Kalau gua kasih harga murah, yang tua malah tanya, 'Kok murah banget, nggak ada yang mahalan?'”
Sebagai juru masak pribadi, AB punya pengalaman lumayan lengkap. Dia pernah bekerja sebagai juru masak pribadi di Inggris saat melanjutkan sekolah di Westminster Kingsway College. Selain bekerja di restoran, AB juga dipekerjakan sebagai juru masak pribadi di Wimbledon Stadium. Di sana terdapat sebuah ruangan khusus untuk melayani tamu-tamu penting yang hendak menonton pertandingan tenis, termasuk menyediakan hidangan fine dining.
Di luar pekerjaannya di Wimbledon, AB juga masih memenuhi panggilan sebagai juru masak pribadi dari satu rumah ke rumah lain. Dia pernah diminta memasak di kastil milik seorang Duke, bangsawan tinggi di Inggris. Tak hanya berlaku di London atau Jakarta, menurut AB, kekuatan koneksi sangat dibutuhkan saat memulai bisnis juru masak pribadi, terutama untuk chef muda.
Di Portio maupun London, AB mulanya juga mengandalkan koneksi dari keluarga dan kerabat. “Sebetulnya segmennya ada dan besar, tapi lu nggak bisa dengan mudah masuk ke lingkaran itu. Tapi sekali lu bisa masuk ke lingkaran itu, maka lu udah tinggal merem aja. Gua di Portio, setelah lewat satu tahun baru bisa bernapas dengan enak,” kata AB.
Sampai saat ini AB masih menjalankan private dining sebagai bisnis sampingan. Pekerjaan utamanya sekarang adalah Executive Chef yang menangani operasional tiga restoran sekaligus di Jakarta. Selain itu AB juga bekerja sebagai konsultan restoran.Pekerjaan private chef tidak mudah jika dijalankan secara full time, butuh kerja keras ekstra karena tidak selalu ada pemakai jasa setiap saat. Dalam sebulan AB hanya sesekali saja menerima pesanan juru masak pribadi karena banyak pekerjaan lain yang ia tangani.
Biasanya layanan private dining baru bisa ia persiapkan dengan matang jika pesanan dari klien datang dua pekan sebelumnya. AB menawarkan paket standar seharga Rp 1 juta per orang, terdiri dari enam jenis courses. Harga itu sudah termasuk ongkos jasa dan bahan masakannya. Bahan ini bisa diganti sesuai keinginan pemakai jasanya. Bisa saja sang pelanggan tiba-tiba menambahkan bahan-bahan yang ada di kulkas mereka.
“Kalau yang high profile, gua nggak pasang harga. Orangnya punya uang, maunya yang bagus, ya kami ikutin aja. Anda mau makan apa bisa fleksibel sesuai dengan yang dia mau. Gua pernah masak gulai ikan kakap pakai campuran ganja, bahannya dari klien semua,” kata AB yang kebanyakan menyajikan makanan jenis fusion ini. Acara makan pribadi ini juga tidak melulu dalam bentuk fine dining, beberapa kali AB menangani klien yang ingin makan tengah hari. Intinya, apa yang diinginkan sang pelanggan, selama dia mau bayar, AB dan timnya siap mengerjakan.
Baca Juga : Ada 'Gordon Ramsay' di Dapur Kami
Chef Adrian Aryo Bismo
Foto : dok. pribadi
Untuk menyewa jasa private chef, klien hanya perlu menyiapkan dapur tempat memasak. AB tidak merinci kriteria dapur yang dibutuhkan. AB hanya mensyaratkan ruang yang cukup untuk memasak. Ia sangat jarang menerima permintaan private dining di apartemen maupun kondominium. Seingatnya ada satu klien dari Singapura yang tinggal di apartemen yaitu di kawasan Orchard Road. Apartemen mewah itu punya lift khusus untuk mobil supaya bisa naik ke depan pintu apartemen.
Dalam menjalankan aksinya, AB dibantu chef dan server. Lantaran mesti beradaptasi dengan pelbagai bentuk dan ukuran dapur, dibutuhkan persiapan dan kemampuan mengorganisasi yang tepat. Beruntung AB sudah terlatih bekerja dan mengikuti berbagai kompetisi masak kelas dunia. Salah satunya Bocuse D’or. Berkat pengalamannya ini, AB terbiasa bekerja cepat. Saat menangani makan malam untuk sebuah perusahaan dengan 400 tamu, AB sanggup menanganinya cukup dibantu tiga juru masak.
Meski AB selalu menyediakan perkakas makan, kadang kliennya punya permintaan untuk menggunakan koleksi pribadinya. Yang namanya koleksi pribadi ini tentu saja bukan peralatan makan yang biasa dipakai sehari-hari. Bahkan ada satu pelanggannya, menyiapkan piring bertabur kristal Swarovski, jaringan toko perhiasan mewah.
Pernah waktu itu gua bawa pulang tunai Rp 100 juta, sampai ngeri juga gua bawa pulangnya
“Yang paling takut itu kalau sampai kami mecahin, karena yang menyajikan pelayan. Itu yang gua takut, karena harganya mahal banget. Ada piring dessert Swarovski, coba bersihinnya bagaimana, kalau pas dibersihin kristalnya hilang bagaimana. Saya sampai berkali-kali tanya, beneran pakai ini? Saya takut loh cucinya,” ujar AB. Bukan cuma piring bertabur kristal, ada pula pelanggannya yang menggunakan sendok emas atau koleksi piring keramik peranakan yang harga satuannya bisa lebih dari Rp 1 juta.
Selama berhubungan dengan klien, AB paling beruntung jika bertemu klien yang loyal. Jika sudah senang dengan pelayanannya, mereka bisa memberikan tips lumayan besar. Pria yang pernah bekerja di Hotel Mandarin Oriental, Singapura ini pernah diganjar uang tips yang jumlahnya berkali-kali lipat dari ongkos perjanjian. Belum lagi tambahan oleh-oleh dari klien dalam bentuk anggur yang harganya Rp 5 juta per botol.
“Gua pernah ditawarin bayar pakai uang tunai dan dolar. Pernah gua bawa pulang uang tunai Rp 100 juta, sampai ngeri juga gua bawa pulangnya. Biasanya kalau orang kaya baru bayarnya transfer, tapi kalau orang kaya sudah lama, mereka biasa pakai uang tunai,” tutur AB. Suatu kali ia juga pernah terpaksa menolak klien karena ogah diajak mabuk-mabukan seusai makan. “Ada klien gua kerjanya mabuk terus. Gua dicekokin whiskey Macallan 18 sama Macallan 21 yang harganya di atas Rp 5 juta per botol.”
Meski bergelimang barang mahal, bukan berarti orang-orang kaya ini anti makan makanan murah. Setelah sesi makan hampir usai, salah satu klien yang masih lapar pernah minta dibuatkan mie instan. “Mintanya spesifik lagi, mie instan goreng dua bungkus masaknya harus seperempat matang. Gua bikin sampai dua kali karena yang pertama salah lantaran terlalu matang.... Orang kaya mah ada-ada aja maunya,” ujarnya.
Penulis: MELISA MAILOA
Editor: Sapto Pradityo