INTERMeSO
“Regina saja baru berhasil setelah tujuh kali ikut idol. Kalau dia bisa, kenapa saya nggak.”
Baity Fatika
Foto: dok. Baity Fatika
Tidak ada kata malu, tak ada kata menyerah bagi Baity Fatika untuk mengejar impiannya menjadi seorang penyanyi. Perempuan asal Sidoarjo, Jawa Timur, ini selalu teringat pada kisah Regina Ivanova atau Regina Idol, pemenang Indonesian Idol musim ketujuh, yang sebelumnya enam kali gagal pada tahap audisi.
Demi menjadi seorang idol, Baity siap melakukan apa saja. Usianya baru 18 tahun saat dia mengikuti audisi perdananya di ajang Indonesian Idol beberapa tahun lalu. Ia mempersiapkan segalanya sangat matang. Baity bahkan menyiapkan kostum istimewa. Tak hanya menyuguhkan vokal suara, ia juga ingin tampil beda dengan memakai kostum tukang jamu. Ya, bernyanyi dengan kostum mbok-mbok bakul jamu, lengkap dengan jamu di gendongan.
Dengan kostum yang lain daripada yang lain itu, Baity sukses mencuri perhatian peserta dan juri. Sayangnya, penampilan di atas panggung audisi belum mampu menggugah hati juri. “Dari awal saya memang ingin tampil beda. Karena banyak juga peserta yang pakai kostum aneh-aneh. Tapi hasilnya belum sesuai dengan keinginan saya. Saya diminta tunggu telepon pengumuman dari Jakarta. Tapi, setelah ditunggu, nggak ada telepon juga,” Baity menuturkan kepada detikX beberapa hari lalu.
Tak puas hanya berkompetisi di Indonesian Idol, setahun kemudian Baity mengikuti ajang Raising Star dan X-Factor. Pada audisi X-Factor yang diselenggarakan di Universitas Airlangga, Surabaya, lagi-lagi Baity tampil berbeda. Ia memilih berpenampilan seperti boneka Annabelle seperti dalam sebuah film horor. Baity mengenakan kostum dan makeup layaknya boneka Annabelle. Bahkan dia menjahit sendiri kostumnya. Baity membawakan lagu Cita Citata, Sakitnya Tuh di sini, dalam versi bahasa Jawa.
Sekali lagi ia harus menerima pil pahit kegagalan. “Walaupun gagal, aku masih nggak mau menyerah. Kebetulan saya berhalangan ikut Indonesian Idol tahun ini. Saya akan ikut lagi jika ada kesempatan. Regina saja baru berhasil setelah tujuh kali ikut idol. Kalau dia bisa, kenapa saya nggak,” ujar Baity bersemangat.
Baca Juga : Semua Boleh Bermimpi di Akademi Fantasi
Baity Fatika
Foto : Dok Pri Baity Fatika
Melihat antrean sangat panjang di setiap audisi ajang pencarian bakat, sepertinya ada banyak sekali orang, dari yang masih remaja sampai orang tua, yang punya mimpi seperti Baity. Mereka bersedia antre seharian, bahkan menginap di tempat audisi. Dony Prayoga salah satunya.
Setelah membongkar lemari seisi rumah, Dony akhirnya menemukan barang yang sedari tadi ia cari. Sebuah mikrofon usang berwarna kuning keemasan tersembunyi di balik tumpukan perkakas rumah. Mikrofon itu dulu sering dipakai ayahnya berkaraoke di rumah, tapi kini ditinggal tuannya sejak alat itu tak lagi berfungsi dengan baik. Dony sebetulnya tak begitu peduli pada kondisi mikrofon itu. Karena sejatinya hanya akan ia gunakan untuk bergaya di depan cermin kamar.
Sudah beberapa minggu belakangan ini Dony rajin bersembunyi di dalam kamar. Mengunci rapat pintu kamarnya, lalu ia menyetel lagu dari ponsel. Dengan mikrofon di tangan kanannya, Dony sudah siap manggung. Sesekali ia merapikan rambutnya yang jabrik. Meski agak kesusahan di bagian reff, Dony tetap menyanyikan lagu Aku yang Tersakiti karya Judika Sitohang dengan penuh semangat.
Dony tergila-gila pada Judika sejak kemunculannya di ajang Indonesian Idol. Meski Judika ‘hanya’ keluar sebagai runner-up Indonesian Idol II setelah dikalahkan oleh Mike Mohede, Dony tetap memuja olah vokal Judika, terutama saat melantunkan lagu mendayu dengan gaya rock-nya dan vokal yang melengking.
Ingin pula seperti Judika, Dony jauh-jauh hari juga mempersiapkan diri untuk menembus panggung Indonesian Idol. Siapa tahu ia juga dapat bertemu dengan Judika pujaannya. “Saya ikut audisi 2014 di Bandung. Sebelum hari audisi, saya sudah daftar online dan mendapat nomor antrean,” Dony mengenang.
Baca Juga : Jatuh Bangun Jadi Idol
Antrian peserta Indonesia Idol
Foto : Dok. Instagram/indonesianidolid
“Ikutilah ajang atau kontes menyanyi. Kalau lolos atau menang, cakep. Kalau kalah, bukan berarti jelek. Cari jalan lain."
Anji, mantan vokalis DriveAudisi diadakan di gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), Kota Bandung. Gerbang pendaftaran audisi dibuka pukul 9 pagi, tapi Dony sengaja datang dua jam lebih awal dari jadwal. Dony telah memperkirakan panjangnya antrean setelah melihat beberapa audisi yang diadakan di kota lain. Sayangnya, perkiraan Dony meleset jauh. Antrean telah mengular di depan Sabuga. Petugas keamanan yang bersiaga memerintahkan peserta membentuk barisan sebelum gerbang pendaftaran dibuka.
“Ternyata pesertanya nggak cuma dari Bandung. Ada yang datang dari daerah lain dan mereka sudah menginap di depan Sabuga satu hari sebelumnya. Lihat antrean segini saja saya sudah ngeluh. Sedangkan mereka yang dari jauh perjuangannya untuk dapatin golden ticket lebih luar biasa,” kata Dony.
Audisi tidak sesederhana seperti yang ditayangkan di televisi. Dony berharap, setelah mengambil nomor antrean, ia dapat segera tampil di depan juri. Ternyata masih banyak tahapan sebelum bertatap muka dengan Ahmad Dhani, yang saat itu menjadi salah satu juri. Setelah gerbang dibuka, selanjutnya ia mesti berpindah dari satu antrean ke antrean lain seolah tanpa ujung.
Setelah menunggu hampir lima jam, akhirnya tibalah saatnya Dony mempertunjukkan kebolehannya. Belum sampai bertemu dengan Ahmad Dhani, Dony terlebih dahulu tampil di depan juri yang merupakan perwakilan dari stasiun televisi RCTI. Tak sampai satu menit atau lebih tepatnya baru satu bait, seorang juri perempuan memotong aksi Dony.
“Juri minta saya menunggu di luar. Ternyata benar saja, saya dinyatakan gagal. Kecewa juga sih karena ekspektasi saya sudah telanjur tinggi,” kata Dony, yang kini telah bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta. Indonesian Idol menjadi audisi pertama dan terakhir yang pernah Dony ikuti. “Saya sadar mungkin keberuntungan saya bukan di situ. Tapi bagi saya, itu pengalaman yang sangat tidak terlupakan. Setidaknya saya punya bahan lelucon yang bisa diceritakan ke anak-cucu nanti.”
Indra Widjaja Talkshow di Bogor 9 November 2012
Foto : Dok. Pribadi
Berbeda dengan Baity dan Dony, golden ticket, yang menjadi tanda lolos audisi Indonesian Idol, sudah di tangan Indra Widjaja. Dia sudah tinggal selangkah lagi menembus babak final Indonesian Idol enam tahun silam. Lagu Sampai Nanti, Sampai Mati milik Letto berhasil membawa pria berambut kribo itu ke tahap selanjutnya. Indra mendapatkan dua 'yes' dari Nina Tamam dan Anang Hermansyah.
Musik memang sudah menjadi bagian hidup Indra sejak kecil. Di waktu senggang, ayah dan ibunya kerap berduet. Biasanya sang ayah, yang bekerja di kepolisian, bernyanyi sambil bermain keyboard. Sedangkan sang ibu bernyanyi sambil memetik gitar. Melihat kebiasaan keluarganya itu, Indra terbiasa mendengarkan lagu-lagu hit dari album Number Ones-nya Michael Jackson.
Dari hobi mendengarkan musik, Indra pernah punya beberapa band. Tak hanya itu, Indra juga senang mengunggah cover lagu di akun YouTube miliknya, yaitu flyingfixie. Modal inilah yang membuat Indra percaya diri dapat menembus panggung spektakuler. Takdir berkata lain, Indra gagal saat babak 24 besar.
“Nah, pada eliminasi kedua waktu babak grup, baru saya gugur karena waktu itu suaranya hilang, kebanyakan begadang. Barulah juri tidak bisa berbuat apa-apa,” ujar Indra, yang pernah ikut ajang Pop Singer Malang 2007.
Selepas kegagalannya di Indonesian Idol, Indra, yang juga mengidolakan Raditya Dika, menuangkan kisahnya ikut audisi di blognya. Indra juga merayakan kegagalannya dalam sebuah buku berjudul Idol Gagal, yang diterbitkan pada 2012. Meski tak lagi terobsesi mengikuti ajang pencarian bakat, Indra telah memiliki kesibukannya sendiri di luar menulis. Tahun ini grup duo Indra Dinda berencana merilis lagu.
Buku yang di karang Indra Widjaja
Foto : Credit By
Indra juga menjadi salah satu pemain dalam film Yowis Ben, yang dibintangi oleh Bayu Skak dan Brandon Salim. “Jangan takut gagal. Anggap saja kegagalan adalah batu-batu yang menimpa kita. Kalau batu-batu itu terus datang, pada akhirnya kita bisa merangkai mereka untuk mendaki ke atas,” kata Indra.
Kegagalan audisi memang tak selalu menjadi akhir dunia. Siapa pun pernah merasakan sakitnya gagal, bahkan penyanyi papan atas di Indonesia, seperti Afgansyah Reza, Vidi Aldiano, Cakra Khan, hingga mantan vokalis band Drive, Anji. Meskipun tidak lolos, kegagalannya di ajang pencarian bakat menjadi salah satu dorongan terbesar bagi mereka untuk bisa mencapai kesuksesan sekarang.
“Ikutilah ajang atau kontes menyanyi. Kalau lolos atau menang, cakep. Kalau kalah, bukan berarti jelek. Cari jalan lain. Saya mau jadi inspirator, yang menginspirasi orang melalui cerita yang sudah saya lalui,” Anji menulis di Instagram beberapa bulan lalu.
Reporter/Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Sapto Pradityo
Desainer: Fuad Hasim