Ilustrasi: Edi Wahyono
Ratusan orang memenuhi pelataran Masjid Falahuddin di Jalan Tamin Nomor 45, Sukajawa, Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung, Lampung, Minggu, 13 September 2020, pukul 16.30 WIB. Warga datang untuk menyaksikan wisuda tahfiz Taman Pendidikan Quran (TPQ) dan Rumah Tahfidz Falahuddin tahun ajaran 2019-2020 serta merayakan tahun baru Islam 1442 Hijriah. Tak hanya itu, warga ingin melihat secara langsung Ali Soleh Mohammed Ali Jaber, pendakwah kondang yang dikenal dengan sebutan Syekh Ali Jaber, yang datang dalam acara itu.
Sekitar pukul 17.00 WIB, Ali Jaber datang untuk memberikan ceramah. Ia terlihat mengenakan pakaian gamis panjang berwarna cokelat dan berkafiyah. Sekitar pukul 17.10 WIB, sebelum acara ceramah, sang syekh meminta seorang anak perempuan berumur 9 tahun membacakan surat Al-Fatihah. Ali Jaber kagum atas hafalan dan kefasihan anak itu membacakan ayat-ayat penghulu Al-Qur’an tersebut. Ia berniat akan memberikan hadiah kepada anak tersebut.
Spontan Ali Jaber juga memanggil ibu anak itu ke atas panggung. Tak lama, Ali Jaber bersama ibu dan anak itu berfoto menggunakan ponsel ibu tersebut. Ketika Ali Jaber tengah asyik bersama ibu dan anak itulah, sekonyong-konyong datang pemuda berkaus warna biru dari arah jemaah yang tengah duduk. Secepat kilat ia meloncat ke atas panggung dan mengeluarkan sebilah pisau yang langsung dihunjamkan ke arah leher pria kelahiran Madinah, Arab Saudi, 3 Februari 1976, itu. Ali Jaber sempat terkesiap.
Syekh Ali Jaber setelah ditusuk.
Foto: Screenshot via YouTube Syekh Ali Jaber
Ulama yang baru delapan tahun menjadi warga negara Indonesia itu menangkis serangan itu. Tapi nahas, pisau yang dihunjamkan pemuda itu mengenai tangan kanan bagian atasnya. Mata pisau malah sempat patah dan menancap di tangannya itu. Awalnya warga tak menyangka pemuda itu akan melakukan penusukan. Warga mengira pemuda kurus itu hendak minta berfoto. Melihat serangan itu, warga pun marah dan ramai-ramai menarik pemuda itu dari atas panggung serta memukulinya.
Secara pribadi, saya tidak ada tuduhan apa-apa ke beliau (pelaku), bahkan saya mendoakan semoga Allah mengampuninya.”
Sempat terdengar suara Ali Jaber agar pemuda itu tak dipukuli. Lantas warga menggelandang pemuda itu ke pos keamanan terdekat. Detik-detik peristiwa itu terekam video ponsel warga dan menyebar dengan cepat di media sosial sejak pukul 18.00 WIB. Ali Jaber oleh jemaah masjid langsung dibawa ke Puskesmas Gedong Air untuk dirawat. Ali Jaber mendapatkan sepuluh jahitan di tangannya yang terluka itu. Tak lama kemudian, polisi dari Polsek Tanjung Karang Barat tiba di lokasi dan mengamankan pemuda tersebut.
“Alhamdulillah, innalillahi wa innailaihi rojiun. Subhanallah, pengalaman baru bagi saya, yang biasa selama ini hidup 12 tahun di Indonesia mengajak masyarakat menjaga keamanan, kesatuan, dan bersamaan, damai, sejahtera. Ternyata nasib saya ada di Bandar Lampung mengisi acara. Allah takdirkan ada orang datang dan Allah selamatkan dari pembunuhan,” ungkap Ali Jaber dalam video yang viral, Minggu, 13 September 2020.
Siapa identitas pemuda penusuk Ali Jaber? Ia diketahui bernama Alpin Andria, 24 tahun. Ia beralamat tak jauh dari Masjid Falahuddin, Jalan Tamin, Sukajawa. Ia langsung diamankan bersama orang tuanya, Rusdi, 46 tahun., hari itu juga pada pukul 17.50 WIB. “Untuk tersangka ini atas nama inisialnya adalah AA, berusia 24 tahun,” ungkap Kepala Bidang Humas Polda Lampung Kombes Zahwani Pandra Arstad yang dihubungi, Minggu, 13 September 2020.
Polisi sampai saat ini masih melakukan pemeriksaan secara mendalam terhadap pelaku, termasuk kondisi kejiwaannya. Pasalnya, pelaku selalu memberikan keterangan yang berubah-ubah saat diperiksa. Apalagi sejak awal keluarganya mengakui pelaku ini mengalami sakit jiwa sejak empat tahun lalu. “Kalau gangguan jiwa itu hanya statement keluarga. Penyidik kan, begitu ada statement begitu, kan mengumpulkan fakta-fakta lain, scientific investigation crime,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Bandar Lampung Kompol Rezky Maulana, Senin, 14 September 2020.
Mengenai motif penyerangan, polisi juga terus didalaminya. Dari pemeriksaan awal, Alpin mengaku melakukan penusukan karena merasa dihantui Ali Jaber. “Ini secara logika masih apa… karena dia berawal dari halusinasi visual. Kalau bahasanya dia di BAP (berita acara pemeriksaan), itu dihantui oleh Syekh Ali Jaber. Sebelumnya pernah ditemui setahun yang lalu. Sering lihat di TV, live,” jelas Rezky. Karena itu, lanjut Rezky, pihaknya masih melakukan observasi dan wawancara.
Baca Juga : Samin Mabuk, Mencuri, Lalu Membunuh
Alpin Andria, tersangka penusukan Syekh Ali Jaber.
Foto: Screenshot via 20detik
Sampai sejauh ini banyak kalangan, politikus, dan tokoh agama serta organisasi keagamaan yang mengutuk aksi penusukan yang dilakukan terhadap Ali Jaber. Mereka meminta polisi tidak putus berhenti pada masalah kejiwaan pelaku, yang menurut pengakuan orang tuanya gila. Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), PP Muhammadiyah, Persis, juga anggota DPR meminta agar diselidiki kemungkinan adanya otak pelaku utama yang memerintahkan pelaku. Apalagi belakangan ini sudah ada beberapa kasus penyerangan terhadap ulama lainnya.
“MUI benar tidak bisa menerima perilaku dan tindak ini, karena yang namanya tindak kekerasan dan tindak penusukan, itu adalah musuh kedamaian, perusak persatuan dan kesatuan,” kata Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md menginstruksikan kepada aparat penegak hukum untuk serius menyelidiki kasus penusukan Ali Jaber. Ia meminta kepada aparat keamanan untuk melindungi para ulama tanpa perlu memperhitungkan pandangan politiknya. Bahkan Mahfud meminta kepada Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Badan Intelijen Negara (BIN) ikut menyelidikinya. “Kepada semua aparat yang saya sebutkan tadi, dari sekarang supaya terus melakukan pemantauan dan perlindungan penuh kepada dai, terutama ulama. Dai, apa pun pandangan politiknya, itu harus dilindungi,” kata Mahfud melalui rekaman video di akun Instagramnya, Senin, 14 September 2020.
Mahfud mengingatkan, budaya Indonesia yang baik selama ini karena adanya peran para ulama dan pendakwah. Tanpa peran ulama dan pendakwah yang ikhlas, Indonesia tidak akan mampu membangun bangsa dengan baik. Apalagi sosok yang tersakiti adalah ulama yang baik, seperti Ali Jaber. “Oleh karena itu, orang-orang sebaik ini jangan sampai mengalami hal seperti itu, sehingga semua aparat saya instruksikan agar bekerja sebaik-baiknya,” imbuhnya.
Sementara itu, Ali Jaber mengatakan penusukan yang dialaminya itu merupakan ketetapan Allah SWT. Namun, sesuai aturan hukum yang berlaku, ia telah melaporkan kejadian itu ke Polsek Tanjung Karang agar kasus itu dituntaskan seadil-adilnya. Ia pun tak mau mengomentari lebih dahulu soal pelaku yang dikabarkan mengalami gangguan jiwa. Masalahnya, polisi sampai saat ini masih terus mendalami kasus tersebut. “Secara pribadi, saya tidak ada tuduhan apa-apa ke beliau (pelaku), bahkan saya mendoakan semoga Allah mengampuninya,” ucapnya.
Menko Polhukam Mahfud Md menjenguk Syekh Ali Jaber yang jadi korban penusukan
Foto : Via Twitter Mahfud Md
Malah, menurut Ali Jaber, ia sempat meminta kepada warga agar tak menganiaya pelaku yang bisa menyebabkan masalah yang lebih besar. Ia sempat menolong pelaku dari amukan massa. Tapi sebelumnya Ali Jaber, dalam keterangan persnya di Bandar Lampung, seperti dilansir dari Antara, 14 September 2020, tak terima bila pelaku dianggap gila. Sebab, melihat reaksi pelaku saat berhadapan dengan dirinya sudah langsung berusaha menusuknya ke leher, tapi gagal, malah pisau menancap di tangan bagian atas. Pelaku sempat menarik pisau sekuat tenaga, tapi malah patah. “Melihat itu, mohon maaf, ini bukan seperti orang gila. Dia sangat berani, bahkan terlatih,” jelas Ali Jaber.
Penulis: M. Rizal Maslan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban