Crime Story

Sabu Iran dari Tengah Samudra

Penyelundup narkotika dari Iran dikenal nekad dan berani. Memasok sabu ke Indonesia lewat lautan yang ganas.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Jumat, 19 Juni 2020

Jaringan narkoba internasional terus menjadikan Indonesia sebagai tujuan penyelundupan barang haram itu dari luar negeri. Sabu adalah jenis narkoba yang paling banyak diselundupkan oleh para pelaku. Kristal setan itu tak melulu berasal dari negara-negara yang disebut sebagai The Golden Triangle (segitiga emas) dalam dunia hitam penyelundupan narkoba, seperti Thailand, Laos, Kamboja, dan Myanmar. Jaringan narkoba asal Iran pun bermain di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Jaringan narkotika Iran sebenarnya telah terendus di Indonesia sejak lama. Berdasarkan data Bareskrim Polri, sindikat narkoba dari negara di Timur Tengah itu mulai beroperasi di Indonesia sejak 2009-2020. Dalam rentang waktu sebelas tahun tersebut, setidaknya sebanyak 1,797 ton sabu telah disita oleh aparat. Bila dikonversi ke dalam mata uang, nilai total sabu itu sungguh fantastis, Rp 2,15 triliun. Penyelundupan sabu oleh jaringan Iran terbesar terjadi pada 22 Mei 2020 di Serang (821 Kg) dan berikutnya 4 Juni 2020 di Sukabumi (402 Kg).

Para pelaku yang terlibat dalam jaringan Iran ini dikenal sangat nekat dan berani. Sebab, mereka menyelundupkan narkoba ke Indonesia melalui jalur laut yang ombaknya tergolong ganas, seperti Samudra Hindia. Penyelundupan narkoba dilakukan dengan metode ship to ship atau dari kapal ke kapal di tengah lautan lepas. Selain itu, dari hasil penyelidikan aparat sejauh ini, diketahui pula bahwa para pelaku menyusupkan berkilo-kilo sabu ke dalam perahu yang berisi pengungsi atau imigran gelap.

Penemuan sabu dari Iran sebanyak 821 Kg di Serang, Banten, oleh Satgasus Merah Putih 
Foto : Istimewa

Di tengah pademi virus corona (COVID) yang melanda dunia, sindikat narkoba dari Iran itu terus beroperasi di Indonesia, seperti yang terjadi di Serang dan Sukabumi. Pengungkapan jaringan narkoba Iran paling anyar itu dilakukan Satuan Tugas Khusus (Satgasus) Merah Putih. Satgasus Merah Putih adalah sebuah satuan tugas pemberantasan narkoba yang dibentuk pada 2017 oleh Kapolri pada saat itu, Jenderal Tito Karnavian.

Kebetulan yang kita tangkap di Sukabumi itu ternyata pendananya adalah orang yang sedang menjalani hukuman, dia divonis 14 tahun pada waktu melakukan kejahatan di tahun 2013.'

“Mereka memanfaatkan momen ini untuk selundupkan narkoba, karena konsentrasi polisi terpecah ke penanganan COVID-19. Jadi intinya ya kita nggak boleh lengah,” kata Ketua Tim Khusus Satgasus Merah Putih, Komisaris Besar Polisi Herry Heryawan saat berbincang dengan detikX di Jakarta Selatan, Sabtu, 13 Juni 2020.

Sabu-sabu di Sukabumi disita Satgasus dari sebuah rumah di Perumahan Villa Taman Anggrek, Blok D7 No. 12, RT 01/RW 25, Sukaraja dan di Pelabuhan Ratu pada Rabu, 3 Juni 2020. Namun, sebelum terungkapnya kasus di Sukabumi tersebut, pada Desember 2019, Satgasus lebih dahulu menerima informasi rahasia bakal ada pengiriman sabu langsung dari Iran menuju perairan Indonesia. Pengiriman sabu itu akan dilakukan melalui Perairan Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten.

Tim terus menguntit pergerakan jaringan Iran hingga akhirnya menggerebek sebuah ruko yang dijadikan gudang penyimpanan sabu di Jalan Takari, Taktakan, Kota Serang, Banten pada 22 Mei 2020. Di tempat itu, polisi berhasil menemukan sabu sebanyak 821 kilogram dan menangkap dua pelaku. Kepala Bareskrim Polri, Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo, dalam keterangan kepada wartawan di Polda Banten, 23 Mei 2020 lalu menyebut kedua pelaku itu bernama Bashier Ahmad asal Pakistan dan Adel Saeed Yaslam Awad asal Yaman.

Kombes Pol Herry Heryawan (Tengah)
Foto : Iswahyudi/detikcom

Saat digerebek, sabu sudah dibungkus dalam berbagai kemasan, mulai dari tupperware sebanyak 517,2 kg, plastik putih bening 147,26 kg, plastik lakban kuning 92,9 kg, plastik lakban coklat 74,46 kg dan plastik kecil sebanyak 210 gram. Kedua pelaku sudah lama berada di Indonesia dan menyamar sebagai pedagang rempah-rempah serta tercium jejaknya hingga Surabaya, Jawa Timur.

Berbekal temuan itu, Satgasus menelusuri penyebaran barang haram tersebut hingga mendapat informasi keberadaan jaringan narkoba Iran lainnya di perumahan elit di Sukabumi. Di rumah kosong itu, polisi menemukan sabu seberat 393,94 kg. Bubuk kristal bening itu pun sudah dikemas menjadi 333 bungkusan mirip bola yang dilapisi plastik wraping bening. Lalu lima bungkusan plastik wraping hitam seberat 5,6 kg, satu bungkusan lagi seberat 1,18 kg. Di Pelabuhan Ratu yang berjarak 60 km dari Sukaraja, polisi juga menemukan dua bungkusan mirip bola dari plastik wraping bening seberat 2,36 kg.

Total semua sabu itu hasil temuan di Sukabumi itu beratnya mencapai 402,38 kg atau setara Rp 482,4 miliar. Semua sabu-sabu itu memiliki semacam cap atau logo bergambar pohon palem dengan tulisan berhuruf Arab dengan bahasa Persia, ‘khalifah’ yang dibubuhi angka tahun. Di tempat itu, polisi membekuk enam pelaku, yaitu BK (45), I (33), S (36), NH (40), R (41) dan YFC (31). Satu di antaranya kapten kapal, tiga anak buah kapal (ABK) dan dua orang fasilitator dan penyewa rumah.

“Kebetulan yang kita tangkap di Sukabumi itu ternyata pendananya adalah orang yang sedang menjalani hukuman, dia divonis 14 tahun pada waktu melakukan kejahatan di tahun 2013. Itu yang sebetulnya kita cukup prihatin juga, di saat menjalani hukumannya, dia masih bisa mengendalikan jaringannya,” kata Herry Heryawan yang akrab disapa Kombes Herimen.

Simbol dalam pembungkus sabu dari Iran
Foto: Istimewa

Sabu yang ditemukan Satgas Merah Putih di Sukabumi
Foto : Istimewa

Setelah dilakukan tes laboratorium, kualitas sabu produksi Iran tergolong paling bagus atau mendekati 100 persen. Walaupun kemungkinan besar sumber narkobanya sama, polisi masih terus melakukan pendalaman apakah jaringan di Serang dan Sukabumi itu memiliki keterkaitan. Selain itu, Satgasus juga menduga kemungkinan kapal yang mengantar sabu di kedua tempat itu sama.

“Sel-nya beda, tapi kami masih mau membuktikan kalau kapal yang mengantar itu sama. Ada sedikit keyakinanlah, tapi itu masih perlu pembuktian. Karena ini di laut kan, susah harus ngubek-ngubek laut,” jelas Ketua Tim Penyelidik Satgasus Merah Putih, AKBP Sapta Maulana Marpaung, saat ditemui detikX di Jakarta Selatan, Sabtu, 13 Juni 2020.

Transaksi narkoba yang dilakukan di tengah laut oleh jaringan Iran memaksa polisi memakai berbagai cara untuk melacaknya. Di antaranya berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya untuk melakukan patroli laut, patroli udara, bahkan sampai menerbangkan drone (pesawat nirawak). Memang tak mudah mencari target sasaran para penyelundup narkoba di laut lepas. Beda halnya bila mereka bergerak di darat.

“Karena di laut sana kan, susah kita kalau harus ngubek-ngubek laut. Karena ya pada saat saya terbang juga nggak banyak yang bisa kita perbuat. Walaupun sudah dengan kamera dan peralatan yang canggih juga nggak banyak yang bisa kita lakukan. Bahwa di laut itu ada kapal, iya, tapi kan kita tidak bisa memastikan kapal tersebut kapal yang membawa barang itu (narkoba) atau bukan,” imbuh Sapta lagi.

Penampakan rumah yang menjadi tempat penyimpanan sabu jaringan Iran di Sukabumi
Foto : Syahdan Alamsyah/detikcom

Ia menerangkan, kapal pengirim narkoba itu tak masuk wilayah perairan Indonesia. Kapal membuang jangkar di tengah samudra, lalu menunggu kedatangan kapal-kapal yang lebih kecil untuk membawa barang itu ke darat. Dan sebenarnya tidak mudah bagi pelaku untuk menyewa kapal yang bersedia mengarungi Samudra Hindia di sekitaran pantai Selatan Jawa yang dikenal ganas akan ombaknya itu. Tapi ada saja yang kapten kapal yang mau karena tergiur dengan bayaran Rp 240 juta sekali angkut.

“Kapal yang menjemput itu biasanya pemilik kapal lokal, kontraknya biasanya Rp 240 juta sekali jalan. Kaptennya juga yang harus agak-agak sinting lah yang jalan. Karena kita pernah nyoba mencari kapten kapal untuk menjemput di Pelabuhan Ratu nggak ada yang mau, nggak ada yang berani. Apalagi sekitar bulan Desember itu musim hujan dan ombak besar,” paparnya.

Sementara itu menurut Deputi Bidang Pemberantasan BNN Irjen Pol Arman Depari, sindikat jaringan narkoba Iran kerap menggunakan rute Samudera Hindia. Yaitu melalui pantai barat Sumatera hingga ke Lampung, Jakarta, Chrismas Island di Australia dan Selandia Baru. Salah satu tempat transitnya yaitu di Pelabuhan Ratu dan Ujung Genteng, Sukabumi. Sedangkan sindikat Segitiga Emas biasanya transit di Malaysia. Lalu diselundupkan melalui pantai timur Sumatera, seperti Aceh, Medan, Riau, Kepulauan Riau hingga ke Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. “Dari kapal besar, biasanya terus diangkut dengan sekoci-sekoci ke daratan. Pernah kejadian mereka menimbunnya dengan pasir di pantai,” kata Arman dalam program Blak-blakan, Jumat, 12 Juni.


Reporter: Syailendra Hafiz Wiratama
redaktur: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE