Pada gerbang sekolah itu ada seorang pria yang tubuhnya tak tinggi besar. Dengan semangat menjaga, pria bernama Abdul Rauf (42) memastikan siswa siswi pulang dengan aman.
"Pulang dijemput apa sendiri? Hati-hati ya," tutur Bang Rauf saat jam pulang sekolah di SMAN 78 Jakarta, Kemanggisan, Jakarta Barat, Rabu (16/7/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya senang kerja di sini. Murid-muridnya tidak nakal-nakal. Kalau pun ada yang bandel, itu masih bisa diarahkan. Mereka pun sebenarnya yang bandel ini kreatif, tapi kadang butuh arahan," kata Bang Rauf mengawali pembicaraan.
Bang Rauf kemudian membanggakan prestasi SMA tempat dia mengabdi yang pernah mendapat penghargaan di tahun 2011. Penghargaan itu diberikan oleh Wamenkumham atas rekam jejak yang tak pernah terlibat tawuran.
Bagi Bang Rauf, seorang penjaga sekolah tak perlu bersikap galak. Cukup bergaul bersama dengan mencoba mengenal, itu bisa membuat Bang Rauf tahu sifat-sifat murid.
Meski jam kerja normal pada umumnya adalah 8 jam, Bang Rauf ikhlas mengabdi lebih dari itu. Tak jarang sehari-semalam dia berjaga.
"Saya ijazah dulu S1, dan buat saya pekerjaan ini bukan pekerjaan abak-abal. Sudah dua puluh dua tahun saya di sini," sebut Bang Rauf.
Menanggalkan gengsinya sebagai sarjana, buat dia semua pekerjaan itu tujuannya sama untuk mencari nafkah. Hanya saja ada pekerjaan yang membawa musibah, tapi masih banyak pekerjaan lain yang membawa manfaat bagi orang lain.
"Kebanyakan sarjana kita begitu. Gengsi, jadi banyak sarjana-sarjana pengangguran di Indonesia," ucap dia.
Sedikit demi sedikit penghasilan dia kumpulkan untuk modal pencaharian tambahan. Terkumpul lah uang dia untuk mulai berladang cengkeh di Purwakarta, Jawa Barat.
Hanya harap terakhir dalam karier Bang Rauf mencuat di tahun politik ini. Sebilah harap agar diangkat menjadi pegawa negeri dari unsur penjaga sekolah.
"Supaya siapa pun yang jadi Presiden bisa mendengar harapan saya ini," ucap dia.
(bpn/trq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini