Menyongsong siang di Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat, sambil menghirup udara segar membuat perut lapar. Berdiri di kumpulan penjaja pangan di sana adalah Pak Parno (54), seorang penjaja mie ayam.
"Mie ayam saya yang paling lama di sini, di hutan ini. Dari hutan ini belum digali sampai sekarang jadi hutan saya jualan mie ayam terus," tutur Pak Parno sembari memasak sajian mie ayam, Jumat (13/6/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari jual mie ayam ini saya bisa sekolahkan 5 anak saya sampai lulus SMA semua. Sekarang yang 4 sudah kerja, yang 1 sudah bikin cucu buat saya," ujar Pak Parno.
Lima belas tahun sudah Pak Parno menjadi saksi berdirinya Hutan Kota Srengseng. Dari mulai hutan menjadi kebanggaan, hingga kini seakan terlupakan.
Seperti sebuah kehidupan, pohon-pohon di sana harus tetap berdiri di tempat berpijak meskk dihantam badai seperti tadi malam. Sebesar apa pun pohon, kalau akarnya tak kuat akan jatuh juga.
"Pokoknya selama saya masih kuat ya saya jualan mie ayam terus. Walau pun anak-anak saya nyuruh saya istirahat di rumah saja. Tapi saya nggak suka nganggur," ujar Pak Parno.
Melihat anak-anak yang sudah bekerja seperti memetik buah dari pohon yang sejak lama ditanam. Ada kalanya langsung dinikmati, dan yang namanya buah selalu menyehatkan.
Seperti anak-anak yang kini merawat Pak Parno, ibarat buah segar yang menyehatkan. Satu lagi langkah yang dituju Pak Parno, yakni menikahkan seluruh anaknya.
"Yang nikah baru ada satu, yang satu kerja di pabrik telur. Kalau tiga lagi jadi tukang jahit semua," ucap Pak Parno.
Mie ayam nikmat buah tangan Pak Parno kemudian tersaji hangat. Mie yang panjang menggambarkan doa Pak Parno yang panjang untuk anak-anaknya.
(bpn/trq)











































